Itulah aku, JHD. Dan ingatlah, siapapun kita… harus senantiasa HIDUP karena berhak atas hidup. Inilah cita-cita kita. Hidup tak terbatas hanya oleh dan dengan jasad yang tampak saja. Kalau memang jasad membatasi kita untuk hidup, lalu bagaimana dengan ruh dan akal kita? Keduanya akan mampu hidup, tetap dan tetap. Kalau ia harus pergi, biarkanlah ia menemui Rabbnya untuk hidup kekal dengan kedamaian abadi. Namun jangan lupa, sebelum terlambat… rintislah cita dari saat ini, agar kita tetap hidup meski telah pergi selama-lamanya dari dunia. Hidupkanlah ia dalam hidup-hidup orang yang kita tinggalkan.
Hidup, ya selamanya. Entah di neraka atau HIDUP indah di SURGA, itulah pilihan-pilihan. Yang jelas HIDUP. 
Apakah engkau kira mereka mati? Salah besar perkiraanmu… Mereka tetap hidup di sisi Tuhanmu. Itulah orang-orang yang meninggal dalam keadaan berjuang di jalan-Nya, dan alngkah indahnya kalu itu adalah aku, JHD. Alangkah!
Sahabat, gelora jiwa untuk hidup adalah pilihan. Maka tetapkanlah pilihan ini jika memang engkau memilihnya. Seriuslah!
Sungguh telah banyak jiwa yang hidup, meski telah pergi. Betapa Hasan Al Banna, Sayyid Qutb dan yang lain… hingga sekarang tetap hidup dalam diri kita. Mereka tetap hidup dalam setiap gerakan nafas panjang rintisan umat, saat ini dan esok. Tak lebih sederhana dari itu, ada yang lebih dahsyat, bagaimanakah Rasulullah dan sahabatnya telah berjuang dengan kesejatian… hingga mereka semua tetap hidup di dalam dada-dada kita… Hari ini!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar