SELAMAT DATANG DI SITUS BLOG HADZIHI SABILI - JEHADEMUSA

Kamis, 14 Juni 2018

ALUMNI SEKOLAH RAMADHAN, PRIBADI BARU DAN BERBEDA!


Hari ini, tepat di pagi ini, kita hadir di Masjid Ar Rahman, masjid yang kita cintai ini, untuk menunaikan Shalat Idul Fitri, setelah menyelesaikan proses pendidikan kita, tarbiyah kita, yakni pendidikan yang kita tempuh selama 29 hari atau satu bulan penuh di dalam Ramadhan 1439 H. Marilah kita berdoa kepada Allah, semoga sekolah Ramadan yang baru saja berlalu ini, melahirkan kita menjadi pribadi yang baru dan berbeda.

“Sekolah Ramadhan”, entah sudah belasan atau sudah puluhan kali kita pernah melewati pendidikan di sekolah ini. Dan kali ini kita harus pastikan bahwa sekolah Ramadhan kali ini harus menjadikan diri kita sebagai pribadi yang benar-benar baru dan benar-benar berbeda!

Kita jangan sampai salah memaknai Idul Fitri. Jangan sampai perasaan gembira ini lantaran kita telah bubar dari puasa, bubar shalat berjamaah, bubar shalat sunnatnya, bahkan bubar pula ketaatannya.

Jangan pula kegembiraan di hari ini dimaknai sebagai kegembiraan karena makan makanan yang banyak, memuaskan nafsu balas dendam karena baru saja terlepas dari belenggu puasa.

Apalagi jika hari ini dimaknai sebagai momentum untuk saling menunjukkan baju baru, kue-kue lebaran bervariasi, cat tembok rumah warna-warni, atau sebagai sarana hura-hura, berpesta kembang api layaknya di malam tahun baru sebagaimana orang-orang jahiliyah merayakannya. Na’udzu billahi min dzalik.

Kita seharusnya bergembira karena “idulfitri” itu maknanya “KEMBALI KE FITRAH”. Ingat hadits dari Nabi Muhammad SAW tentang shiyam dan qiyam di bulan Ramadhan. Apabila diiringi dengan imanan dan ihtisaban maka segala dosa yang pernah diperbuat akan diampuni. Kembali ke nol. Proses ini yang mewujudkan pribadi yang baru dan berbeda dari sebelumnya, pribadi yang memiliki “QALBUN SALIM”, hati yang bersih, selamat, damai yaitu hati yang telah kembali ke fitrahnya. Ingat bahwa yang diterima di sisi Allah hanyalah orang-orang yang membawa Qalbun Salim.

Semoga sekolah Ramadan kali ini benar-benar melahirkan kita kembali menjadi manusia baru, orientasi hidupnya hanya semata meraih ridha Allah, jelas tertancap dalam sanubari kita, sebagaimana janji kita yang disebut dalam Al Quran: “Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”

Hari ini kita hadir di sini, bersimpuh bersama, di hadapan Allah SWT. Dengan keikhlasan yang penuh, MARI KITA BERIKRAR UNTUK MENJADI PRIBADI BARU DAN BERBEDA!

Kita ingin menjadi alumni yang berbeda dari sekolah-sekolah Ramadhan sebelumnya.
Nilai-nilai Ramadhan harus kita lestarikan ke dalam bulan-bulan setelahnya.

Ikrar Pertama Alumni sekolah Ramadhan (1)
Kita berikrar untuk menjaga hubungan kita dengan Allah
(HABLUMMINALLAH)
Di bulan Ramadhan, ketika sedang berpuasa, walaupun di sekeliling sepi, tak mungkin kita meneguk air. Setetes air kita jaga jangan sampai masuk ke dalam tenggorokan kita. Mengapa? Karena kita sadar bahwa Allah melihat kita dan kita tidak ingin merusak ibadah kita, karena itu sama dengan merusak kesucian jiwa kita. Kita menyadari betul hal ini ketika sedang berpuasa. Kita yakin bahwa Allah selalu bersama dengan kita dan selalu pengawasannya tiap saat.

RAMADHAN MENGAJARKAN KITA BERHATI-HATI
Kita menyadari adanya pengawasan Allah atas diri kita hingga pada tingkat yang sekecil-kecilnya. Inilah sikap seorang muslim yang paling tinggi, yakni kehatian-hatian dalam gerak perilaku sehari-hari, perasaan takut kepada Allah. Ciri ketaqwaan adalah selalu menghadirkan perasaan diawasi oleh Allah.

Hubungan dengan Allah seperti ini hendaknya kita wujudkan dalam kehidupan kita secara keseluruhan. (ittaqillaha haitsuma kunta). Bertaqwalah engkau dimana saja engkau berada! Intinya, Ramadhan menjadikan kita menjadi MUSLIM KAFFAH. Kita membawa ruh masjid ke luar masjid: ke pasar pasar, ke jalan-jalan, ke pabrik-pabrik, ke mana saja kita berada, tempat kerja, termasuk ke kantor-kantor pemerintahan dan seterusnya.

Ikrar Kedua Alumni sekolah Ramadhan (2)
Kita berikrar untuk membangun hubungan dengan sesama manusia
(HABLUMMINANNAS)

Momentum Ramadhan telah membuat kita lebih peduli, mudah berbagi dan berempati. Kita sekarang sudah tahu bagaimana rasanya LAPAR dan DAHAGA itu. Sehingga tahu persis bagaimana rasanya menjadi seorang yang fakir dan miskin. Lalu di akhir Ramadhan, kita diwajibkan menunaikan zakat fitrah. Zakat yang menyempurnakan puasa kita. Intinya, Ramadhan telah menjadikan kita menjadi pribadi yang peduli.

Dan kepedulian ini harusnya lestari dalam kehidupan kita sehari-hari. Tidak tersekat oleh batas-batas geografis saja. Kepedulian kita sesama muslim tidak boleh disekat oleh batas kota, provinsi, dan batas negara. Tidakkah kita mengetahui bagaimana umat kita tercabik-cabik di mana-mana?

Masih soal kepedulian terhadap sesama. Mari sekilas mengingat saudara-saudara kita di Palestina. Tahukah kita sudah berapa banyak warga Palestina yang setiap hari berguguran? Tahukah kita bahwa 95% air di Gaza Palestina tidak layak dikonsumsi manusia! Dan 97% air laut di Gaza Palestina itu berpolutan! Warga Gaza Palestina hanya dapat menikmati aliran listrik paling lama 4 jam dalam sehari! (Kita 15 menit saja listrik padam, serasa sudah kiamat). 70% dari warga Gaza Palestina adalah pengungsi dan setengah dari jumlahnya adalah balita dan anak-anak!

Saya bahkan tidak tahu, apakah kita yang hadir di dalam ruangan masjid ini, punya hak untuk tertawa lepas dan bergembira ria di hari ini!??

Ikrar Ketiga Alumni sekolah Ramadhan (3)
Kita berikar untuk selalu bersatu, karena kebersamaan itu indah dan berkah!

Puasa Ramadhan membuktikan bahwa kebersamaan (berjamaah) adalah penuh berkah dan menjadikan sesuatu yang berat menjadi sangat ringan. Bukankah berpuasa, bertarawih, itu sebenarnya berat? Namun karena dilakukan secara beramai-ramai maka menjadi terasa sangat ringan. Bahkan indah sekali!

Kita umat Islam ini adalah umat yang satu. Andaikan semangat kebersamaan ini benar-benar kita wujudkan maka kita pasti menjadi umat yang paling baik, kuat dan hebat! Tak mungkin tertandingi. Tapi sebaliknya, ketika kita tidak bersatu padu, bercerai berai, karena faktor beda suku, beda mazhab, beda bahasa, beda ormas, bermusuhan karena beda dukungan politik, maka ini adalah musibah bagi diri dan agama kita!

CONTOHNYA?
Kita umat Islam meskipun sangat besar tapi nyaris tak memiliki kekuatan apa-apa. Apa yang bisa kita lakukan saat saudara-saudara kita di Palestina dibantai oleh kaum Yahudi dari negara kecil itu? Kita hanya bisa kaget-kaget saja. Padahal kaum Yahudi sudah bertahun-tahun berbuat biadab seperti itu dan menguasai Masjidil Aqsha.

Termasuk di negeri tercinta kita sendiri. Jumlah kita sangat besar, tetapi nyaris tak berdaya. Boleh dikatakan semua kekuatan lepas dari tangan kita, terutama kekuatan ekonomi yang sudah dikuasai oleh ASENG dan ASING. Bahkan, di negara yang mayoritas Islam ini, muslim sering masuk dalam tuduhan-tuduhan yang menyudutkan. Hingga label-label radikal, fundamentalis, teroris, dan sebagainya selalu dialamatkan kepada kita kaum muslimin. Mengapa? Karena kita lemah, tak bersatu padu. Mudah diacak-acak!

Ramadhan hendaknya segera menyadarkan kita semua untuk berjamaah secara benar. Yaitu berjamaah atas dasar Islam. Kita boleh saja memiliki suku berbeda, bahasa berbeda, ormas dan mazhab berbeda, tapi kita semua haruslah berjamaah dan bersatu padu di bawah ikatan Islam.

Bukankah selama Ramadhan kita kompak berpuasa dan beribadah? Marilah kita buang fanatisme sempit yang membuat umat Islam bercerai berai. Mari kita masuk dalam ikatan Islam yang utuh dan satu. Nabi bersabda yang diriwayatkan oleh Imam Muslim “Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.”

BAGAIMANA CARA MEMULAI DAN MELATIH KEBERSAMAAN?

Ayo ke MASJID. Mari kita makmurkan masjid. Kita jadikan masjid sebagai pusat pengembangan umat. Pusat pemberdayaan umat. Pusat pendidikan. Generasi muda harus kita didik dengan aqidah yang lurus, keimanan yang kokoh kepada Allah, ini bekal untuk mengarungi kehidupan yang serba sulit di masa yang akan datang. Pengurus Masjid harus menjadi “orangtua kedua” bagi adik-adik kita generasi muda di lingkungan kita. Saya melihat di sekitar Masjid Ar Rahman BKP ini banyak pemuda-pemuda Islam, mari kita ajak ke masjid. Kita berlatih dan belajar bersama.

Ikrar Keempat Alumni Sekolah Ramadhan (4)
Kita berikrar bahwa dunia ini bukanlah tempat abadi kita.

Bumi ini hanya tempat singgah saja, dan kita akan segera berlalu meninggalkannya! Lihatlah, Ramadhan yang begitu cepat berlalu di hadapan kita. Baru saja kita tarawih di malam pertama Ramadhan, kemudian hari ini kita menunaikan shalat ied. Baru saja kita meneguk segelas air ketika sahur, tidak berapa lama kemudian kita meneguk air kembali ketika berbuka. WAKTU CEPAT BERLALU.

Kalau pada hari ini ada di antara kita yang sedang sakit, itu tak mengapa. Kalau ada yang hartanya berkurang, tak mengapa. Kalau ada yang matanya mulai rabun, pendengaran berkurang, gigi-gigi mulai hilang, tak mengapa. Tak perlu bersedih. Karena pada dasarnya memang badan ini semuanya PADA AKHIRNYA takkan bergerak sama sekali. Saat itu tak perlu khawatir. Di mana pun kita meninggal dunia, maka tubuh ini pasti ada yang mengurusnya.

Ada yang memandikannya, ada yang mengafaninya, ada yang menshalatinya dan ada yang menguburnya. Itulah urusan dan nasib tubuh kita. Yang cantik, yang kaya, yang sehat sama. Akhirnya bercampur dengan tanah dan jadi makanan binatang-binatang di dalamnya.

APAKAH URUSAN SELESAI SAMPAI DI SITU?
Tidak. Yang mati hanya jasad atau tubuh kita saja.
Tapi ruh kita, jiwa kita masih ada!

Di situlah babak kehidupan yang sejati dimulai.  Tak ada sandiwara dan tak ada basa basi. Tiada lagi kepalsuan dan senda gurau. SERIUS.

Yang dipanggil bukan lagi jasmani ini. Tapi JIWA yang berada di dalam tubuh ini. Yang baik mendapatkan kebaikannya dan yang buruk mendapatkan keburukannya. Semoga kita semua ini nanti dipanggil oleh Allah dengan panggilan: “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.”

Kesimpulan:
Kita harus menjadi pribadi yang baru dan berbeda, sebagai alumni sekolah Ramadhan tahun ini: HARUS BEDA. Kita berikrar untuk melestarikan 4 hal:
1.      Kita berikrar untuk menjaga hubungan dengan Allah. Merasa diawasi oleh Allah, bagaimanapun keadaan, dimana saja kita berada.
2.      Kita berikrar untuk menjaga hubungan dengan sesama manusia. Meningkatkan kepedulian atas derita orang-orang yang berkekurangan, lemah dan tertindas.
3.      Kita ikrar untuk senantiasa berjamaah! Kebersamaan dan persatuan itu indah dan berkah, membawa kekuatan dan kedamaian. Masjid adalah pilar utamanya.
4.      Kita mmenyadari bahwa waktu akan terus berlalu, sangat cepat berlalu sebagaimana Ramadhan yang telah pergi di sore kemarin. Seriuslah berbekal.

Semoga Allah memberikan kepada kita kekuatan untuk beramal lebih baik pada bulan-bulan akan datang. Ramadhan pasti datang lagi dan kita belum pasti bertemu lagi dengannya.

(Ringkasan Khutbah Idul Fitri 1439 H di Masjid Ar Rahman Perum Bukit Kemiling Permai Kota Bandar Lampung pada tanggal 15 Juni 2018, khutbah saya susun ulang dari berbagai sumber di internet).

8 Tulisan Populer Pekan Ini