Bismillah, memulai segala sesuatu semestinya mengikutkan nama Allah. InsyaAllah, dijamin barokah. Demikian juga tulisan ini, membacanya perlu dengan bismillah agar tak menyesal di ujung kaimat dan paragraf. Sehingga sesal kemudian tak ada, tanpa kalimat "ah, ngapain buang2 waktu membaca tulisan jelek ini".
Sahabat, inilah cerita tentang kami. Para mentor FMIPA yang telah, sedang, dan akan belajar berkorban di saat 'sulit'. Inilah kisah kami, tentang perjuangan mencari makna komitmen. Upaya berselimut ikhtiar dalam membangun tekad, MENJADI MENTOR yang AMANAH. Sore itu, Kota Pauh - Padang yang tercinta diguyur hujan. Di Mushalla Darussalam, cerita dimulai di tempat ini, walaupun ada cerita pendahuluan sebelum ini namun anggap saja yang ini adalah inti yang perlu diberitahu ke khalayak, para pembaca yang budiman. Allahu Akbar!
Sahabat, inilah cerita tentang kami. Para mentor FMIPA yang telah, sedang, dan akan belajar berkorban di saat 'sulit'. Inilah kisah kami, tentang perjuangan mencari makna komitmen. Upaya berselimut ikhtiar dalam membangun tekad, MENJADI MENTOR yang AMANAH. Sore itu, Kota Pauh - Padang yang tercinta diguyur hujan. Di Mushalla Darussalam, cerita dimulai di tempat ini, walaupun ada cerita pendahuluan sebelum ini namun anggap saja yang ini adalah inti yang perlu diberitahu ke khalayak, para pembaca yang budiman. Allahu Akbar!
"Asslm.ikhwatiffillah,sesuai rencana qt pd p'temuan mentor istana mnggu lalu,insyaAllah hr ini qt m'adakan mabit mentor follow up istana.t4: psantren Arrisalah.Usahakan shalat asar d darussalam spy qt bs sama2 brgkt.p'lgkapan&konsumsi dbw msg2.jzkmullah". SMS (Short Message Service) dari sang Mas'ul. Tentu saja, sebagai jundi yang masih sadar, harus sami'na wa atha'na. SMS itu meluncur dari kartu 3. Hmmm. sedikit lebih panjang dan lebar dari biasanya. Selidik punya selidik, rupanya kartu 3 lagi gratisan SMS. Shalat ashar tiba, alhamdulillah JHD sebagai orang pertama yang menunggu di 'Darussalam', meski sebenarnya tak serius menunggu, tanpa membawa persiapan untuk mabit. Kalbu bertanya, "kira-kira acaranya jadi nggak?". Sebelumnya beberapa mentor telah digosipkan tidak bakal hadir dalam acara mabit ini. Agenda ini dan itu, dipastikan telah mewarnai jawaban atas setiap pertanyaan "mengapa tidak datang". Segudang alasan yang masuk akal, logis, dan penting telah diisi dalam karung-karung argumentasi. Wah, untung saja saya juga tidak ikut-ikutan. Allah masih sayang pada saya, membuka pintu hati saya untuk menyempatkan diri dalam agenda mabit yang penting dan sakral itu. Kepada yang lain, terutama yang 'tak bisa hadir', maaf saja " antum telah banyak rugi akhi, Allah memberi kesempatan mulia pada antum!".
Menyusul, akhuna Medi Prasetia. Tak lama kemudian akhuna Rahmat Firdaus juga muncul, sambil mengucapkan kata kunci 'hujan'. Yang pasti terlambat. Apalagi Bang Faisal, lebih telat lagi . Diiringi dengan 'hitungan' atas inisiatif beliau sendiri. Atau dengan kata lain, beliau harus push-up sekian dan sekian kali sebagai penebus keterlambatan. Allahu Akbar, militeristik ternyata perlu ditegakkan di sini. Disusul oleh Antonov dan Darul. Berikut Mardoni yang telah kelelahan. Beliau baru pulang dari agenda rihlah mentoring Biologi 2008 di TAHURA BUNG HATTA. Subhanallah. Kader Biologi semakin kreatif saja bersama spirit Mardoni, sang PEMAIN TUNGGAL dari Biologi 04. Kabar-kabarnya, beliau sendiri diragukan kapasitasnya oleh akhwat, sambil menunjukkan SMS yang berbunyi kira-kira seperti ini "Besok, yang dari 04 Cuma Mardoni sendiri, apa antum sanggup?". Betapa sedihnya hati Mardoni dengan SMS semacam itu. Sabar akhi. Itu bukan peremehan, hanya sekilas kegundahan tentang dakwah.
Yup, kita teruskan kembali kisah ini. Sebelum 'take off' menuju Air Dingin, daerah dimana Pesantren Arrisalah berdiri megah, akh Rahmat menjemput Akh Andri. Alhamdulillah. Tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama. Akhirnya kami sampai juga di lokasi. Sebuah pesantren yang menjanjikan lahirnya para intelektual muda muslim yang berkualitas. Pencetak generasi Rabbani masa depan. Satu-satunya pesantren pertama di Sumatera Barat yang sangat aktif di dalam mensukseskan kegiatan halaqah tarbawiy, pesantren yang menopang pergerakan islam di ranah minang, juga dinilai sangat aktif menjalin hubungan dengan negara-negara di Timur Tengah dalam hal penggalangan bantuan dana dan infomasi dunia pendidikan. Saya dan kawan-kawan mentor FMIPA terkagum-kagum dengan megahnya bangunannya ditambah dengan sejuknya hawa dingin pegunungan, namanya juga daerah Air Dingin… Yang paling berkesan adalah kegiatan TASMI' AKBAR yang diikuti oleh seluruh santri. Wah, gelora saya untuk menghafal Qur'an 'lagi' seakan terbangkitkan disini. Adik-adik santri itu ternyata melakukan kegiatan tasmi' juz II Al Qur'an. Ada 5 santri yang duduk di shaf terdepan menghadap peserta, sambil membacakan juz II secara bergantian setiap satu halaman. Kegiatan itu dilakukan antara waktu maghrib sampai menjelang waktu isya'. Subhanallah… Saya sangat mencintai mereka ya Allah, semoga mereka tetap Engkau berikan keistiqomahan dalam dakwah ini…
Pembaca sekalian yang budiman dan shalih-shalihat, kisah ini masih belum usai. Malam yang dingin itu telah menjadi sejarah tersendiri bagi kami, peserta mabit. Agenda mabit dimulai oleh bang Faisal sebagai moderator, saya lupa siapa yang QQ, dan Medi sebagai pemberi taushiyah (btw, beliau sekaligus merupakan pengganti ustadz). Di sela-sela taushiyah, bang Akmal akhirnya melengkapi jumlah kami menjadi 9 orang setelah akh Rahmat menjemput beliau. Tibalah saatnya kegiatan inti yaitu syuro tentang rencana outbond ikhwan FMIPA (Tunggu info selanjutnya, masih dalam proses hingga saat ini). Satu persatu Saya memperhatikan peserta mabit yang berjumlah 9 orang itu, ternyata banyak dari mata mereka yang telah mencapai daya 5 watt. Maklum, malam telah sangat larut… Sepinya lokasi pesantren dan dinginnya suhu di sekitar sebagai pertanda bahwa itu adalah waktu di tengah malam. Yup, ternyata semuanya saling memahami kebutuhan, dan akhirnya : SEMUANYA TIDUR!!!
Waktu di sepertiga malam, Allah turun ke langit dunia, semua do'a dari hamba-hamba-Nya yang qiyamullail akan dikabulkan-Nya, seperti itulah kira-kira ceramah yang saya dengar dari beberapa ustadz dan literatur yang saya baca. Sebagai aplikasinya, kami pun ingin belajar seperti yang demikian itu, mudah-mudahan Allah ridha. Tidak ketinggalan, adik-adik santri Arrisalah pun melaksanakannya dengan serius. Tak terasa waktu shalat shbuh hampir masuk. Setelah semuanya shalat shubuh, acara dilanjutkan dengan dzikir ma'tsur.
Agenda mabit pun berakhir. Namun sebelumnya diakhiri dengan syuro lanjutan ba'da shubuh. Harapannya adalah semoga apa yang telah direncanakan diridhai Allah dan semua tujuan dari agenda tersebut akan sesuai dengan harapan.
Saya, sebagai manusia biasa yang tak patut berkomentar banyak tentang dakwah. Saya memiliki harapan, semoga ikhwah-ikhwah FMIPA yang diamanahkan menjadi mentor tidak terjerumus dalam lembah perangkap-perangkap setan. Kita harus menakutkan peristiwa "Cinta dunia dan takut mati" terjadi pada diri ikhwah sekalian. Bila banyak alasan keduniaan mengaburi komitmen kita dalam dakwah, inilah ancaman serius bagi Islam. FMIPA Kemelut. Katakan saja ini kemelut, biar seru dan menggigit. Suasana pembinaan di FMIPA perlu mendapat perhatian. Siapapun anda yang sempat membaca tulisan ini, kiranya perlu menyumbangkan saran untuk kemajuan dakwah di FMIPA. Perolehan ISTANA 2007 membludak, sekitar 120-an peserta, perolehan ISTANA 2008 lebih membudak lagi, sekitar 240-an peserta. Akan tetapi satu pertanyaan sederhana : "Bagaimanakah kelanjutannya?"
Allahu a'lam…
5 komentar:
asslm wr wb...
sempat baca tulisan "Kisah Mentor FMIPA di Arrisalah" ini bbrp kali ketika berkunjung k blog abang...
Semangat trus u/ dakwah d medianya
Terimakasih atas smangatnya, dakwah semakin berjaya, dengan atau tanpa kehadiran kita.
JHD
jadi tambah kangen ma asrama :( nyesel sma pindah
assalamu'alaikum..
salam kenal bang..
dlm rangka apa mabitnya bg?
Dik @Ahmad : tuh ada dalam tulisan, udah jelas kayaknya, dalam rangka apa.
Posting Komentar