Sebagian atau seluruhnya pelaku dakwah (para da’i) yang membaca tulisan
ini kemungkinan besar sudah pernah membaca sebuah buku penting yang menjelaskan
tentang kerahasiaan dan keamanan di dalam perjuangan dakwah. Di era dakwah saat
ini kita harus tetap belajar dari cara-cara Nabi melakukan penataan terhadap
rahasia pergerakan namun tetap melakukan dakwah secara terang-terangan. Bahkan
ketika beliau sudah pindah ke Madinah, Nabi dan para sahabatnya tetap melakukan
penjagaan terhadap rahasia-rahasia tatanan pergerakannya meskipun kala itu
sudah memasuki fase dakwah terang-terangan atau keterbukaan di depan publik (Jahriyah).
Kita harus memiliki kemampuan untuk mengendalikan rahasia guna
mengamankan perjuangan dakwah dari orang-orang yang berniat jelek. Semua bertujuan
untuk memenangkan pertarungan antara hak dan kebatilan dan meminimalisir dampak
negatif apabila ada hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Kita harus memberikan
jaminan utuh bahwa seluruh gerak-gerik dakwah harus aman dari hal-hal yang
membahayakan dakwah itu sendiri.
Apapun jenis organisasinya selalu memiliki sisi rahasia dari aktivitas
dan datanya. Kerahasiaan atau yang sering disebut dengan istilah SIRRIYAH
adalah suatu hal yang lumrah bagi sebuah organisasi. Apatah lagi jika itu
adalah sebuah organisasi dakwah yang sudah bisa dipastikan akan memiliki banyak
penentang dan musuh yang nyata. Kita diwajibkan over-protective!
Untuk apa menjaga kerahasiaan? Tidak lain dan tidak bukan adalah untuk
memberikan kemananan (AMNIYAH) bagi organisasi dakwah itu sendiri dan juga agar
orang-orang yang terlibat di dalam pergerakannya. Kita harus cerdas dan mampu
bermain cantik didalam menerapkan prinsip kerahasiaan dan keamanan pergerakan
dakwah. Juga harus pandai dalam membaca setiap situasi agar tidak mudah
terjebak di dalam tipuan-tipuan dan makar musuh agama. Di sinilah pentingnya
berjamaah, berkumpul dan bergerak bersama. Harus ada yang saling mengingatkan
bahwa keterampilan dalam hal kerahasiaan dan keamanan adalah mutlak diperlukan
untuk menjadi pemenang.
Islam memberikan pelajaran penting bahwa dalam bersiasat membela
kebenaran dan kejayaan agama harus dilakukan secara profesional. Manajemen
pergerakan harus tersandarisasi dan tetap di bawah satu komando dan
berkonsultasi dengannya. Untuk suatu kondisi tersulit sekalipun, seseorang yang
sedang berada di medan pertarungan diperbolehkan untuk berdusta. Misalnya si
Fulan tertawan oleh pasukan musuh dan ia ditanyai tentang strategi penyerangan,
si Fulan dibolehkan berdusta untuk mengecoh strategi musuh. Ia boleh berdusta
ketika ia ditanyakan letak atau posisi strategis jantung pertahanan kaum
muslimin, dianjurkan berdusta agar musuh terkecoh. Demikian juga halnya di
dalam peperangan tanpa melibatkan unsur fisik. Bila musuh-musuh dakwah telah
jelas di depan mata maka prinsip-prinsip kerahasiaan untuk keamanan dakwah
harus tetap diterapkan sebaik-baiknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar