Aqidah yang kita miliki terkadang hanya bersifat hafalan selama ini. Namun yang paling penting adalah tampilan gerak gerik dari pribadi. Kisah anak penggembala kambing bersama Umar atau kisah ibu penjual susu beserta anaknya di malam hari, cukuplah menjadi teladan kita dalam ber’aqidah selamat. Kisahnya tak perlu diulang di sini. Aqidah yang selamat, ia adalah fondasi utama dalam mewujudkan pribadi sukses dalam berislam secara kaffah.
Dosa, yang lahir dari maksiat diri adalah tanda-tanda ketidakkokohan aqidah kita. Dosa, sesuatu cela yang berciri simpel, berupa diri si pelaku tidak ingin orang lain mengetahui sesuatu yang baru dilakukannya. Sungguh, seseorang yang memiliki aqidah yang selamat, ia akan selalu berhati-hati berjalan dalam hidupnya dan tidak ingin terjerumus dalam perbuatan kriminalitas spritual, karena ia merasa selalu diawasi oleh penjaganya.
Sahabat, sudahkah kita memiliki aqidah yang selamat? Atau kita juga terlibat dalam kriminalitas spritual? Karena kita terlalu sibuk menghafal asma wa shifat, terlalu banyak membolak balik terori mulkiyah uluhiyah dan sebagainya. Mudah-mudahan tidak. Baik ya atau tidak, mari terus berbenah. Berbenah diri menjadi pribadi sukses beraqidah. Tentu saja, aqidah yang selamat. Semoga!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar