Masjid Al Muttaqin, lokasi masjid ini tidak jauh dari kampus Perguruan Tinggi Negeri di Kota Padang yang bernama Universitas Andalas (Unand). Siapapun itu, aku yakin setiap warga Unand pasti mengetahui keberadaan dan keunikan masjid Muhammadiyah yang satu ini.
Pak Malin, begitulah warga sekitar memanggil Sang Imam. Seorang Imam yang begitu disiplin menghadiri shalat berjam’ah di masjid, ya iyalah, tentu saja karena beliau adalah Imam. Selain disiplin, beliau punya kekhasan tersendiri dalam mengimami shalat. Di antara kekhasan itu, akan aku coba urai di sini.
Shalat Shubuh selalu dengan surat-surat panjang dari Al-Qur’an, aku perhatikan umumnya dan beliau memang sangat sering membaca salah satu surat panjang dari juz 28 sampai juz 30. Bagi siapapun yang hafal 3 juz akhir Al-Qur’an itu, pasti selalu ingin membersamai shubuh di Al Muttaqin bersama Pak Imam (kecuali kalau terlambat bangun. Ye…), hitung-hitung untuk muraja’ah
Ciri lain yang mengasyikkan dari Pak Malin mengimami, adalah ketika engkau mendapati beliau seakan tergesa di Shalat Maghrib, mempercepat shalat. Ya, barangkali seperti Rasulullah pernah mencontohkan. Beliau tahu betul bahwa jama’ahnya sebagian besar adalah mahasiswa, orang sibuk, yang terkadang menggunakan Masjid Al Muttaqin sebagai persinggahan rutin di waktu maghrib sepulang dari kampus. Bacaan Shalat Maghrib beliau adalah surat-surat pendek dari Al- Qur’an, bacaan ini dari Juz 30 halaman-halaman akhir. Cepat dan jelas, namun tuma’ninah tak terabaikan. Wajar, kalau siapapun mahasiswa yang agak terbisa ‘tergesa’ di dalam shalatnya, amat menyukai hal itu , termasuk aku sendiri.
Di lain waktu, ketika mengimami Shalat Isya’, kita akan mendapati Pak Imam membaca surat-surat yang panjang juga. Tapi bedanya dengan shalat shubuh, Pak Imam mengambil bacaan panjang bukan dari juz 28 s.d. juz 30. Kadang beliau mengambil dari Al Baqarah (sepertinya beliau banyak hafal juz 1 s.d 3 ), kadang dari Ali Imran, kadang dari Annisa, dari Al Isra’, dari Al Kahfi, dari Maryam, dari dan dari, pokoknya banyak deh, beliau sangat sering membaca surat-surat panjang di awal Al Qur’an. Memang, bukan surat utuh, tapi berupa potongan saja, atau dengan kata lain dari tanda ruku’ yang satu ke tanda ruku’ berikutnya.
Pernah suatu kali kami mengundang beliau dalam kesempatan halaqah tahfizh bersama rekan-rekan mahasiswa, beliau ‘curhat’ tentang berapa banyak hafalannya, juz, dan surah apa saja yang telah dihafalnya. Beliau memberikan motivasi berharga bagi kami, dalam usia yang mungkin sudah berpuluh tahun (menurutku, sekitar 50-an tahun) serta kesibukan mencari nafkah setiap hari, beliau masih sempat-sempatnya menghafal Al-Qur’an, mengulang atau menambahnya ke dalam dada dan ingatan.
Pada tahun 2008 (kalau aku tidak terlalu lupa), suatu pagi qabla shubuh, sang Imam menuju masjid berjalan kaki. Dalam perjalanan dari rumah beliau menuju masjid melewati Simpang Malintang Kecamatan Pauh, tiba-tiba sebuah mobil menabrak, setelah korbannya yang notabene adalah Pak Imam, jatuh berdarah-darah, sopir pun lari menghilangkan jejak, dasar manusia tak bertanggung jawab. Beberapa hari masjid ‘tak berimam’. Jama’ah bertanya-tanya apa gerangan, termasuk aku sendiri dan saudara-saudaraku dari Wisma Iqra FMIPA saat itu. Ketua Pengurus Masjid, Pak Mardanius menjelaskan secara detil, batin kami berduka seraya mengutuk pelaku, ah, tapi apa guna disesalkan, semua telah berlalu. Kini Sang Imam telah sehat kembali setelah berhari-hari ‘cuti’.
+++++
Bertemu lagi dengan beliau pada akhir Oktober 2010 lalu, di saat aku singgah ke Al Muttaqin karena ada keperluan di sekitar kampus, ternyata beliau masih ingat denganku, alhamdulillah, yah seraya bermohon, minta doanya ya pak… Jul minta doanya….
Ditulis dari Bumi Tanjung Jabung Barat, Jambi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar