Suatu hari di sudut taman sepi, aku bertanya pada si kalbu, sudikah engkau bersusah payah mengikuti jejak nurani? Ia menjawab dengan beribu isyarat berat, walaupun akhirnya ia menempuh jalan itu. Duhai kalbu, engkaulah salah satu kunci utamayang mengantarkanku kepada rahmat Rabb-ku. Biarpun sulit, mari kita dayung sepeda cinta ini dengan semangat satu tekad ikhlas, hanya pada-Nya. Duhai kalbu, kutahu engkau ingin bebas terbang ke angkasa dunia, melayang tanpa hirau dan acuh, akan tetapi kau harus sadar bahwa ada suatu masa kelak yang membuatmu harus menyesal. Bila keadaan itu tak ingin terjadi, maka wahai kalbu, teruslah menempuh kehendak nurani, sebab ia suci, tulus, dan selalu satu harap dan ketakutan pada Allah semata. Duhai kalbu, mari kita berdiri di atas permadani keridhaan-Nya, penuh corak berwarna, meski warna ini tak semuanya sedap di pandangan, tapi yakinlah ini bagian dari kecintaan Allah.
Diskusi Jiwa, 27 Feb 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar