Bagaimanapun juga caranya, amat sulit untuk
mengonversi huruf dari bahasa Arab (baca: Al Qur’an) menjadi huruf latin (baca:
Indonesia), meskipun sudah ada panduan oleh beberapa ahlinya. Saya katakan
demikian karena ‘udah dari sononya’ setiap huruf Arab belum tentu memiliki
padanan tepat di dalam huruf latin. Apalagi jika diteliti lebih jauh, cara-cara
pengucapan huruf Al Qur’an memiliki cara tersendiri. Misalkan huruf Sin tidak
sama dengan huruf S di dalam latin. Melakukan konversi “Sin” ke “S” tidak akan
tepat dan benar, kecuali jika berdasarkan kesepakatan bermakna. Yang saya maksud
dengan kesepakatan bermakna adalah konversi dilakukan dengan membutuhkan
penjelasan yang detil.
Dalam kehidupan sehari-hari, saya sering kali
dinasihati ketika menggunakan bacaan “amin” tanpa menggunakan harakat. Beberapa
orang memberikan kritik bahwa cara menulis “amin” seharusnya ditulis sebagai
“aamiiin” atau ada yang mengatakan bahwa setidaknya ditulis “amiin”. Jelas
dengan kritik itu saya kurang berterima dan menganggap seyakin-yakinnya bahwa
menulis “amin” adalah lebih tepat. Konversi huruf Al Qur’an ke huruf Latin
tidak dalam urusan harakat, melainkan hanya sebatas pendekatan pengucapan lafal
(bunyi huruf). Saya tetap konsisten menggunakan hal ini, seperti juga ketika
kita menuliskan “Allah”, ya tetap ditulis “Allah”, bukan “Allaah”.
Menurut hemat saya (cieee…), konversi huruf
bukanlah hal yang substansi. Yang paling dituntut adalah ketika kita
mengucapkan/melafalkannya. Makanya belajar Al Qur’an, makanya belajar tajwid,
makhraj huruf, biar benar dan tepat. Jangan membuang waktu kita terbuang dengan
mempermasalahkan penulisan. Seperti yang saya katakan pada awal tulisan ini
“bagaimanapun juga caranya, amat sulit mengonversi huruf tersebut”. Saya tetap
konsisten, sekali lagi saya ikrarkan “TETAP KONSISTEN”. Konversi huruf dari Al
Qur’an menjadi huruf Latin tidak mencakup urusan harakat. “Amin” tetap ditulis
“Amin” (bukan “Aamiiin”). “Allah tetap ditulis “Allah” (bukan “Allaah”). “Assalamu’alaikum”
tetap ditulis “Assalamu’alaikum” (bukan “Assalaamu’alaikum”).
Tampaknya pembaca sudah mulai paham dengan
argumentasi saya, selanjutnya terserah Anda!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar