Rabb, izinkan aku mencintainya
Inilah doa-doa panjang dalam sujud harian. Mudah-mudahan ada perubahan di detik detik penantian dan jarak yang memisahkan.
Maklum, di setiap pertemuan dengan aktivis dakwah di sini, semuanya, rata-rata menyinggung masalah ‘cinta dan istri’, kadang memotivasi, kadang juga meledek ala ikhwah, “Hmmm, yang lajang, statusnya BELUM DIAKUI”. Walaupun dalam benak saya ada cerita khusus tentang itu.
Wajar, karena di saat ini keadaan “itu” sudah dianjurkan. Saya pun memaklumi hal itu. Memiliki kerja adalah salah satu persyaratan, yang memang bukan syarat utama ketika memasuki jenjang pernikahan, tapi cukup krusial untuk dibincangkan. Meski ada yang sering menghibur “biar tidak bekerja tetap, tapi tetap bekerja”. Saat ini, detik ini, bolehlah bila kepada saudara-saudara LQ yang baru diterima bekerja di LPPPI, telah dimulai ditabuh genderang merah jambu syar’i itu oleh sang Murabbi! “Contohlah akh Siddiq” Demikian tukas Murabbi, beliau masih muda namun… Berani mengambil keputusan. Akh Siddiq, saudara sepertemuan pekanan saya, alumnus Elektro UGM dan Unmuh Solo. “Yang lain bagaimana akh? Stok banyak di Jambi”. Demikian Murabbi berkata pada anggota LQ, mungkin termasuk saya yang senyum-senyum sumringah…
Berbulan telah berlalu. Liburan lebaran tahun 2008 lalu. Hari-hari yang telah terlewati dengan segudang cerita yang mengakhirinya. Saya tulus, ini adalah penderitaan jiwa yang teramat, hanya karena sesuatu yang tersembunyi. Di saat itu liburan itu, ibunda berkata dengan keseriusan, lumayan “Nak”, panggilan sayang ibunda. “Kamu boleh memutuskan siapa yang akan menjadi calonmu, terserah, tapi carilah yang terbaik, ibu akan mendukung, semua biaya akan ditanggung oleh keluarga, semuanya, tanpa beban untukmu!”. “Bagus yang kerja di rumah sakit lah, seperti…” Bapak menyambung, menyela pembicaraan serius ibu tadi. Dalam hati, saya berpikir keras, seperti apakah yang mereka inginkan. Ah, saya kan masih ‘anak-anak’, tidak mungkin. Pembicaraan siang itu terus melanjut dan melanjut. Hingga…
Walaupun akhirnya, ada cerita yang agak berbeda setelah itu.
Berbulan telah berlalu. Hingga percakapan yang menyejarah dan menjadi sejarah awal bagi hidup saya itu, terus terngiang di pikiran. Saat ini, di saat kerinduan menyapa, saya hanya mampu pasrah. Cinta, inilah hal yang luar biasa. Berjuta umat terpukau tentang masalah ini. Bukan sepele, seorang Muhammad Rasulullah saja terpukau dengan Khadijah yang shalih, Aiysah yang cerdas. Cinta!
Novel tentang cinta, laku keras di pasaran. Ada ayat-ayat cinta, Ketika cinta bertasbih, dan lain lain. Bayangkan saja, bila kata “cinta” itu, diganti dengan “Benci”, “Setan”, “Karyawan” atau apalah, pastilah judulnya tak semenarik dan tidak selaku saat ini, “Ketika Karyawan Bertasbih”, ah, tak memukau. Apalagi jika judulnya “Ayat-ayat Setan”, pasti menyeramkan, menyesatkan! Cinta, hidup menjadi lebih indah.
Rabb, izinkan aku mencintainya.
Tebing Tinggi, JHD
3 komentar:
assalamualaikum...
saya terharu membaca postingan ini..
semangat iah kak mencari pasangan hidup yang salehah..
saya percaya bahwa Allah akan memberikan wanita shalehah untuk laki-laki yang saleh juga..
salam kenal,,
silakan berkunjung ke blog saiia..
http://pelangiituaku.wordpress.com
Postingan yang sangat bagus.
Kunjung balik ya boss
assalamualaikum. setelah lama menyususuri tulisan2 JHD. akhirnya kutemukan juga tulisan dengan tema yang kuinginkan. rasa [enasaranku terjawab juga. ADK bisa romantice juga ya??? hohohoooo
Posting Komentar