Sekadar menjawab secara singkat, mengapa bahasa
yang digunakan di dalam tulisan ilmiah selalu berbentuk pasif. Ini disebabkan
oleh pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan melalui prosedur ilmiah selalu fokus
atau menitikberatkan pada objek, bukan pada subjek. Kalimat selalu dimulai
dengan sebuah “objek” baru kemudian disusul oleh subjek, itupun jarang atau
seringkali tidak ditampilkan.
Apabila suatu tindakan yang dituliskan sebagai
karya ilmiah seperti “seseorang memasukkan 2 ml aquades ke dalam erlenmeyer”,
maka objek di dalam hal ini adalah aquades sebanyak 2 ml. Penyebutannya
di dalam karya ilmiah adalah: “2 ml aquades dimasukkan ke dalam erlenmeyer”. Di
sini kita mengetahui bahwa penekanan pada objek melebihi dari segalanya. Bahkan
subjek yang sebelumnya kita ketahui yakni “seseorang” menjadi tiada dan
dianggap bukan hal yang amat penting untuk dimunculkan dalam tulisan.
Dengan prinsip ini, semakin jelaslah bagi kita
bahwa dunia ilmiah adalah dunia yang penuh dengan objektivitas, bukan
subjektivitas. Seorang ilmuwan dituntut untuk memiliki karakter objektif, bukan
subjektif. Sehingga dengan demikian apabila seorang ilmuwan tampil sebagai
orang yang objektif maka berarti ia adalah ilmuwan yang sejati. Sebaliknya, bila
ada seseorang yang mengakui bahwa dirinya adalah ilmuwan sementara karakternya
dominan subjektif, maka perlu dipertanyakan kembali apakah ia ilmuwan sejati
atau semu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar