Diperlukan suatu komitmen yang tinggi dan harmoni dari pemilik industri dan jajaran pimpinan untuk
mempertahankan kualitas produk apabila telah memiliki produk yang telah diakui
sebagai produk berkualitas di pasar. Jangan sampai mengikuti kebodohan beberapa
produsen seperti yang saya contohkan yakni kasus yang sering dialami di negeri
kita tercinta, betapa “sulitnya” para produsen dalam mempertahankan kualitas
produknya.
Saya punya pengalaman pribadi tidak hanya satu
pengalaman saja, misalnya ketika berlangganan di suatu warung makan. Saya
memperhatikan bahwa kualitas masakannya baik sekali hingga para pelanggannya
pun bertumbuh cepat, ini wajar dan dianggap sebagai kesuksesannya dalam
menyajikan masakan berkualitas. Namun apa yang terjadi setelah beberapa waktu
kemudian dengan kebanggaan memiliki pelanggan banyak? Ia secara perlahan
mengurangi bumbu dengan tujuan efisiensi produksi, akhirnya pelanggan pun sadar
dan tidak bodoh bahwa kualitas rasa masakan telah berubah. Hanya menunggu waktu
yang tepat saja bagi para pelanggannya untuk beralih ke warung lain.
Mempertahankan kepuasan pelanggan adalah suatu
seni yang harus dinikmati oleh produsen sehingga akhirnya mampu mempersembahkan
produk yang terbaik bagi konsumen. Produsen tak boleh abai dalam hal ini hanya
karena mengejar keuntungan-keuntungan sesaat lalu cuek dengan kualitas sehingga
cenderung menurun.
2 komentar:
assalammualaykum Bang Hadzihi, salam kenal. Membaca beberapa artikel Anda, ternyata Anda bekerja di LP ya. Izin mencuplik beberapa kalimat di artikel Anda tentang LP ya, suami saya tahun 2008 dulu juga di sana AMP 1, sampai 2010, mungkin Anda kenal...saat ini masih ada beberapa kawan suami saya yang di sana misal Bang Willy atau Pak Heri...(Om Setyo crew), anda kenal? Sekarang kami di RAPP. Silakan berkunjung ke blog saya...terima kasih
Terima kasih telah berkunjung mbak khusna.
Salam sukses selalu.
Posting Komentar