SELAMAT DATANG DI SITUS BLOG HADZIHI SABILI - JEHADEMUSA

Sabtu, 17 Januari 2009

Dalam Kenangan... Slalu Merindu...

“Dalam kenangan,
Slalu Merindu,
Tatkala hati teringat masa yang lalu”


Pagi itu, di wisma iqra FMIPA Unand (atau saya menamainya dengan sebutan ‘pondokan mahasiswa eksekutif relijius’). Sambil mencetak skripsi pra –ujian sarjana, saya mengiringi dengan hati irama nasyid Maidany sebagaimana tertera di atas. Memang, syair itu Maidany mengkhususkannya untuk orangtua… Tapi tak mengapa bila itu saya pinggirkan sementara waktu. saya sesuaikan dengan kisah jiwa yang melanda, untukmu duhai sahabatku-sahabat seperjuangan.



Sekali lagi melalui tulisan yang hampir sama dengan tulisan sebelumnya, masih tentang 2004, angkatan dimana saya memulai perkuliahan di universitas. “Dalam kenangan”, itu topik hati saat ini. Dalam kenangan mengarungi samudera dakwah, meski tak serumit atau segagah idealisme pergerakan, tapi cukuplah sebagai pengisi kekosongan pengalaman menjadi sesuatu yang penuh dengan arti. Kenangan, kata sederhana tapi tak sesederhana kata itu. Ia adalah kumpulan-kumpulan kisah yang kelak boleh jadi sebagai sejarah, minimal sejarah yang tak tercatat. Walaupun tak mampu menginspirasi sekitar, minimal sebagai inspirator diri.

Kebersamaan saya di dalam ruang dakwah FMIPA sejak 2004, kurang lebih 4 tahun silam, telah banyak menyisakan kenangan berharga. Aktivitas di FMIPA tidak seperti perkuliahan sebagaimana dianggap kebanyakan manusia. Ia dinamis, tak hanya kuliah di kelas, namun kegiatan laboratorium full-week telah menjadi irama aktivitas mahasiswa FMIPA. Semua terlalui beriring manisnya pergerakan dan perjuangan dakwah. Sambil tersenyum simpul, kadang perkuliahan dan kegiatan laboratorium itu menuai ‘izin’ atau ketidak beresan. Wajar, manusiawi.

“Slalu Merindu”, bila waktu terus berlalu dan perpisahan tak bisa dielakkan, inilah yang membuat rindu berhadir. Relung kalbu seakan hampa namun terisi segenggam rindu. Kumpulan rindu itu rupanya memanggil jiwa untuk berteriak, “Allahu Akbar”, muncul sebagai kesadaran atas kedewasaan. Kiranya generasi 04 itu adalah kita, telah semakin ‘berusia’ dalam dunia dakwah. Sahabat, kini kita sebagai pemuda-pemuda yang sebentar lagi terlahir di tengah masyarakat sebagai inteletual muda bermental da’i-da’i yang tulus, insyaAllah.

“Tatkala hati teringat masa yang lalu”. Titik… Saya akhiri dengan kalimat yang tak boleh berhenti. Titik. JHD

Tidak ada komentar:

8 Tulisan Populer Pekan Ini