Kalau tidak ditulis, ia akan mudah hilang dan amat tipis kemungkinan kisah itu tercatat sebagai sejarah.
Seperti biasanya, majlis cinta itu berlangsung lancar, meskipun satu per satu ada yang hilang tanpa kabar. Tidak masalah, selalu saja ada ruh baru yang mengalir dalam bangunan ini. Yang pergi, pergilah, tak mengapa asal kita tetap berada dalam nuansa saling mendoakan. Ya Allah, teguhkanlah kami dalam memperjuangkan agama-Mu. Amiin.
Malam itu adalah malam pertama pertemuan kami dengan Murabbi, pertama kalinya setelah mengarungi perjuangan satu bulan Ramadhan. Murabbi kami adalah seorang yang ‘low profile’, mungkin di lain waktu saya akan menyampaikan sedikit panjang lebar tentang manusia bumi yang satu ini, yang mendidik kami setiap hari dalam berislam. Masih teringat di benak saya, kala dahulu sang Murabbi menyampaikan bahwa alangkah beruntungnya kita wahai akhi, kita dapat berkumpul dalam majlis kebaikan pada malam ini, jika kita tidak di sini maka pasti ada saja aktivitas lain yang akan menyibukkan kita, kita selalu mempunyai pilihan antara hadir di sini atau hadir di sana, antara memenuhi panggilan dakwah atau tidak sama sekali dan cenderung bermain-main, berlari dan atau menyengajai sadar dalam diam.
Setelah agenda rutin itu dibuka, kami pun segera masuk ke acara inti, ujar sang moderator. Sebenarnya agenda pertemuan tarbiyah itu, letak inti acaranya bukan hanya pada sesi madah tarbiyah oleh Murabbi, tetapi secara menyeluruh acara pada malam itu itu adalah inti dari agenda tarbiyah, mulai dari kita membaca Al Qur’an bergiliran hingga ada mutaba’ah dan qadhaya dan kemudian ditutup dengan do’a kafaratul majlis. Itu adalah agenda inti, sekali lagi saya katakan bahwa agenda inti bukan hanya terletak pada penyampaian materi tarbiyah dari Murabbi.
Baiklah, saya ulangi agar tak hilang, di sini saya hanya menyampaikan sebagian atau secuplik dari nasihat sang Murabbi pada agenda temu tarbiyah kemarin malam. Sederhana saja, cuma menyampaikan hikmah-hikmah yang ada di balik shaum syawal.
Kita sudah sama mengetahui bahwa shaum syawal 6 hari adalah penyempurna shaum Ramadhan yang nilai kebaikannya sama dengan telah menjalankan shaum selama setahun penuh. Luar biasa wahai kawan, ini adalah tawaran menarik maka jangan menyia-nyiakannya. Tidak ada yang menjamin bahwa kita masih bisa bertemu pada Syawal tahun depan!
Kita juga sudah sama mengetahui bahwa tanda diterimanya suatu amal, seorang hamba akan dimudahkan untuk mengerjakan amalan-amalan berikutnya. Jika amal Ramadhan kita adalah amal Ramadhan yang diterima maka tentu ada kemudahan untuk meningkatkan amal di bulan Syawal dan seterusnya, tetapi bila tertolak maka kesulitan dan rasa berat akan menyelimuti kita untuk mengerjakan atau melanjutkan kebaikan-kebaikan setelah Ramadhan.
Jika qiyamullail-qiyamullail yang kita laksanakan dalam Ramadhan adalah amal yang diterima, maka tentu akan semakin dimudahkannya kita oleh Allah untuk menegakkan qiyamullail di hari-hari lain setelah Ramadhan. Ini adalah sebuah pertanda, pertanda diterimanya amal adalah diberi kemudahan untuk amal-amal berikutnya.
Kita sudah sama mengetahui bahwa bentuk rasa syukur setelah dipertemukan dengan Ramadhan dan Syawal yakni dengan mengerjakan shaum Syawal. Seorang hamba yang menyadari bahwa betapa maha pengampunnya Allah pada Ramadhan yang lalu serata adanya jaminan pengampunan dari Allah, tentu sang hamba harus pula menunaikan kesyukuran atas kejadian itu. Shaum syawal adalah salah satu bentuk rasa syukur atas limpahan rahmat dan ampunan itu. Salah satu bentuk kesyukuran kita atas kefitrahan yang dilimpahkan atas diri kita, alumni sekolah Ramadhan.
Kita juga sudah sama mengetahui bahwa dengan mengerjakan shaum Syawal, itu akan menjadi bukti bahwa kita masih mencintai Ramadhan. Ada kerinduan yang mendalam dan ketidak-inginan untuk melepas bulan shaum tersebut. Nah sebagai penebus kerinduan itu, seorang hamba melakukan ‘flashback’ Ramadhan dengan menunaikan shaum Syawal. Berat rasanya meninggalkan tabi’at berpuasa selama bulan lalu, amat sukar rasanya untuk berpisah dengan bulan shaum, sehingga bukti beratnya hati sang hamba ditunjukkannya dengan segera menunaikan shaum syawal.
Maka janganlah berkelakuan laksana seorang yang menguraikan pintalan benang yang rapi, setelah Ramadhan berlalu, maka aktivitas kebaikan pun berlalu, berubah nihil, rapuh, hilang sama sekali dari peredaran kebaikan. Jangan! Shaum syawal akan mampu menjadi penawar agar pintalan benang itu tetaplah rapi dan rapi terus.
Kita sudah sama mengetahui, kita adalah umat yang terbaik, umat yang pintar. Hanya saja jangan sebatas pintar namun kita harus pandai dan cerdas. Keutamaan shaum bukanlah kali ini saja kita baca, kita dengar, kita pelajari. Semua bahan bacaan telah membuat kita menjadi pintar. Hanya saja ada kita masih pandai dan cerdas? Jika ya, maka buktikan dengan mengamalkannya. Mari! Sebelum Syawal selesai.
Mess Biru – Lontar Papyrus Jambi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar