Sahabat pembaca, kita sehari-hari ada yang bekerja sebagai guru, sebagai karyawan, sebagai pegawai kantor, sebagai trainer, sebagai wirausahawan, sebagai polisi dan tentara, dan sebagainya. Tentu saja beragam pekerjaan tersebut memiliki kesibukannya masing-masing. Hal yang menarik adalah ketika di balik sibuknya proses menjalani pekerjaan, ada saja sebagian manusia yang dengan berteguh dan bergigih hati, mereka masih menyibukkan dirinya dengan segudang aktivitas di jalan Allah. Ada yang bergiat di kegiatan penyantunan (sosial), ada yang bergiat di dalam majlis-majlis pencerah jiwa dan akal, ada juga yang waktu-waktu istirahatnya diisi menjadi kegiatan-kegiatan untuk memikirkan nasib umat dan generasi muda Islam masa depan.
Mereka tak pernah mengenal kata henti meskipun sesaat. Waktu-waktu mereka adalah waktu-waktu urgen, waktu-waktu penting, waktu-waktu spesial. Sehingga tidak ada satupun waktu berlalu tanpa ukiran kebaikan, tidak ada satu saatpun terlewati tanpa aktivitas di jalur alhaq. Inilah keunikan mereka. Inilah nikmat yang tak terkira. Totalitas hidup dan kesibukan mereka dibaktikan untuk dakwah, kebaikan dan perbaikan umat.
Menyandang kesibukan yang beraneka tak jarang membuat mereka sering mengeluh juga sebab ini adalah karakter manusia. Manusia itu tempatnya capek, letih, lelah, bosan. Kemudian mereka kembali giat setelah mengingat kembali janji Allah, surga yang disiapkan bagi para mujahid. Surga yang penuh pesona telah dipersiapkan bagi hamba-hamba Allah yang sibuk bekerja di jalan Allah.
Nikmat mana lagi yang menyaingi cerita sibuk ini? Kesibukan mengabdikan diri kepada Allah. Luar biasa! Dengan menyebutnya saja ada getaran indah yang keluar. Betul-betul nikmat yang tak tergantikan. Selain sebagai penangkal ‘kebatilan’, nikmat ini begitu agung di hadapan Allah. Telah dijamin di dalam kitabullah Al Qur’an bahwa tidak ada perkataan terbaik kecuali perkataan-perkataan yang mengajak manusia untuk sibuk di jalan Allah. Nikmat ini menangkal kebatilan. Sebagaimana kata seorang ulama “Jika dirimu tidak disibukkan oleh kebenaran maka kebatilan akan menyibukkanmu”. Apabila kita dianugerahi nikmat kesibukan di jalan Allah, niscaya nikmat-nikmat bertaraf rendah (duniawi) sepertihalnya kebatilan akan terhalang keras untuk mampu mengelabui hidup kita. Dengan bergiat di jalan Allah maka tidak ada lagi peluang bagi “kebatilan” untuk menggerakkan kita ke jalannya. Yakinlah itu dan mari kita camkan!
Peliharalah nikmat kesibukan di jalan Allah, nikmat yang tergantikan. Demikian yang saya sampaikan dan terimakasih atas perhatian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar