Lalu hari ini, aku dapati ia berhenti menulis, seniorku itu. Ia tersandung batu tajam, mengoyak kakinya hingga tak mampu berdiri. Memegang pena tak mampu lagi karena tangannya bersimbah darah keengganan. Sementara Tarbiyah tengah memanggilnya berjuang, ia diam saja, tak bergerak, seakan bisu, seakan tak pernah kenal kamus itu, seakan pergi, seakan mati, seakan hilang, seakan tak berujung pada suatu kesimpulan. Entah apa, aku tidak tahu kesimpulannya, futur, uzlah, lemah, tak berdaya, parah!?
Ia lupa bahwa telah ada janji untuk menulis, senior?! Kini ia tak lagi menggoyang pena mengajak tinta mengukir sejarah. Ia telah lupa dan hampir tak ingat lagi, sebutan apa ini? Lupa? Yah, katakan saja ia lupa dengan segalanya karena dunia lebih cantik untuk ditulis. Ia hanya ingat dengan satu ikatan yang menyibukkannya, ikatan semu yang membuat dirinya seharusnya tertunduk malu pada Sang Rabb. Bersembunyi dari manusia dengan dua wajah, silakan, tetapi Allah maha tahu segalanya. Dan Allah akan memberi ilham bagi para penulis istiqamah untuk terampil, furqan, mengenal haq dan batil, membedakannya. Hingga dirinya… Hingga dirinya… Terpaksa memaksa diri untuk jauh dan semakin jauh. Maafkan kami tak rela bila ia di sini, di sisi hati kami.
Sudahlah, tak perlu digaungkan kabar ini. Terlalu banyak makhluk Allah beretika serupa. Masih ada ribuan penulis lain yang tak mengenal kata henti untuk merangkai kata, Tarbiyah. Kita cukupkan sampai di sini, semoga Allah menguatkan hati kita untuk tetap mencoret-coret wajah kebodohan dan mengibarkan bendera-bendera terang, seterang cahaya ilmu atas nama Al-Qur’an. Untukmu, para penulis peradaban, Allahu Akbar!
Kembali pada permulaan tulisan ini, “Jauh sebelum aku mengeja alif ba ta tsa dalam kamus Tarbiyah, ia lebih dahulu pandai menulis syair.” Kemudian akhirnya aku dapati dirinya berubah, sebelum ia berhenti merangkai kata ‘untuk saat ini atau untuk selamnya’, tertulis untaian kalimat darinya yang amat memilukan hati, bertinta darah jahiliyah, berhias dunia menyiksa kalbu dengan sejuta angan-angan, memalukan siapapun yang membacanya. Memalukan!
Tebing Tinggi Mill, Januari 2011
2 komentar:
Jangan sampai saya berhenti merangkai kata
jangan lupa main ke sini :
http://penamerangkai.wordpress.com
salam ukhuwah
Yup. Salam Ukhuwah Kembali.
Mohon maaf baru sempat balas komentarnya :-)
Posting Komentar