Inilah sepengetahuan kami bagaimana berpikir dan menggagas suatu "Manajemen 'Produk' Kaderisasi"
Saat ini pergerakan dakwah kampus di seantero tanah air sudah mewabah. Ibarat suatu penyakit sudah mendekati taraf kejadian luar biasa. Dan inilah yang menjadi tanda-tanda munculnya gerakan sensasional menuju perubahan, berharga, dan ber ‘daya’ tinggi dari komunitas muslim kelas menengah. Komunitas muslim kelas menengah di sini bukan berhubungan dengan taraf ekonomi melainkan didefenisikan sebagai komunitas muslim dari kalangan intelektual. Jika kita adalah pelaku, pejuang dakwah kamus, so pasti kita juga termasuk di dalam komunitas muslim kelas menengah. Gerakan dakwah kampus menandakan bahwa gerakan intelektual muslim akan lahir kembali menjadi faktor pencapai kejayaan Islam di negeri ini. Apapun nama gerakan dan tujuannya, selalu menuntut kualitas manajemen yang mantap. Berbicara manajemen, banyak orang mengatakan bahwa ini adalah seni. Seni mengelola segala sesuatu. Di lain pihak ada yang mengaitkan manajemen sebagai suatu strategi mencapai tujuan berdasar teknik-teknik pengelolaan tertentu. Terserahlah, apapun defenisinya yang penting kita mampu menangkap bahwa makna manajemen mengarah pada usaha-usaha untuk mencapai yang terbaik.
Bagi kita yang setiap harinya tersibukkan dengan perjuangan dakwah kampus, tentu manajemen sangat diperlukan untuk mencapai kualitas hasil yang optimal. Hal yang paling tak kalah pentingnya adalah bidang kaderisasi. Bidang ini sangat berhubungan dengan kualitas dan kuantitas kader-kader dakwah kampus. Salah satu program unggulan dari bidang ini adalah program daurahnya (pelatihan) yang sangat beraneka sifat dan jenjang serta tujuannya. Intinya adalah untuk penempaan kader dari segi kualitas maupun kuantitas.
Spesial buat para pelaku kaderisasi. Penulis lebih senang menyebut mereka sebagai regenerator. Karena kepada mereka diberikan tugas berat untuk mensukseskan proses regenerasi perjuangan dakwah kampus. Tugas-tugas tersebut terwujud dalam bentuk program-program daurah. Sebagi bentuk perhatian penulis kepada mereka (baca : regenerator), berikut ini dipersembahkan tulisan tentang manajemen perencanaan produk (program daurah unggul berkualitas). Suatu cara sederhana merencanakan program-program dakwah yang unggul (melebihi yang lain) dan berkualitas (baik kemasan maupun isinya).
Produk memenuhi standar 5 H + 1 H
Bukan merupakan hal yang asing lagi bagi kita tentang 5 W + 1 H. Tentu semuanya sudah mengetahui, yang dimaksud dengan 5 W adalah What (Apa), Why (Mengapa), Who (Siapa), Where (Dimana), dan When (Kapan). Sedangkan 1 H adalah How (Bagaimana). Merencanakan sebuah produk harus mampu menjawab terlebih dahulu 5 W + 1 H. Apa nama kemasan produk, mengapa harus ada produk, siapa yang terlibat dalam produk, dan seterusnya. Jawaban-jawaban tersebut akan menjadi data-data argumentatif tahap awal sebelum melahirkan produk.
Contoh yang sederhana, katakanlah kita ingin mengadakan daurah tentang manajemen kesekretariatan. Terlebih dahulu kita harus mampu menjawab standar 5 W + 1 H. Apa nama kemasan produknya? Daurah Manajemen Dakwah Fardiyah erpadu, Mengapa perlu/harus dilaksanakan? Karena kader sangat membutuhkan keterampilan mengelola suatu amal mendakwahi seseorang dengan menggunakan pendekatan personal, siapa yang terlibat? Kader dakwah dengan kualifikasi sbb :..., kapan dan dimana? Hari Jumat sampai ahad, tanggal, dan pukul sekian, di auditorium dan masjid kampus. Terakhir, standar 1 H jangan sampai terlupakan. Bagaimana perwujudan produk? Hal ini yang sangat sering diaabaikan. Jawaban atas pertanyaan 1 H merupakan detail tentang mekanisme pelaksanaan daurah tersebut di lapangan. Memang slit, dan inilah yang kita butuhkan untuk sukses di lapangan. Menjawab pertanyaan ini membutuhkan pemahaman teoritis dari para regenerator dan juga pengalaman asa lampau. Jadi, dibutuhkan tenaga regenerator terampil dalam menjawab pertanyaan 1 H.
Perlu juga diperhatikan, menjawab standar 5 W + 1 H tidak mudah begitu saja. Ada beberapa analisis yang dilakukan seperti analisis SWOT, analisis peluang waktu, dsb.
Produk hadir sebagai jawaban atas kebutuhan.
Selama ini banyak produk-produk kaderisasi yang sangat jauh dari apa yang dibutuhkan kader. Ketika ruhul istijabah kader (semangat menyambut panggilan) menurun, banyak para regenerator membuat sebuah produk kaderisasi berupa pertemuan kader sejagat. Spada pertemuan tersebut secara langsung kader divonis : “Oiy, ruhul istijabah antum sudah menurun! Kembalilah akhi ukhtiy...”. Lha, ini kan masalahnya. Kader dakwah tidak membutuhkan hal yang semacam itu. Lihat dulu mengapa ruhul istijabahnya menurun, pasti ada yang salah, apa yang kader butuhkan...? Buru-buru memvonis ruhul istijabah kader sudah menurun padahal belum tentu apakah sebelumnya kader tersebut ruhnya lebih tinggi. Dikatakan menurun apabila sebelumnya berada dari posisi ketinggian. Itu namanya menurun...
Solusinya apa? Sederhananya, sang regenerator harus menjawab pertanyaan, apa yang dibutuhkan kader saat itu? Sesuaikan dengan kebutuhan, harapan dan keinginan kader. Itulah yang harus dijawab oleh para regenerator. Nah, jawaban tersebut dikemas dalam bentuk produk (program daurah unggul berkualitas) untuk memahamkan kembali kader akan pentingnya menyambut panggilan dakwah...jadi, bukan vonis-vonis melulu...
Memiliki Kelebihan...
Kelebihan akan tercermin mulai dari kemasan hingga isinya. Boleh jadi sesuatu itu unggul tapi tidak berkualitas. Boleh juga sebaliknya. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan keduanya? Unggul berarti ada pembanding. Ada standar dan ada pula kompetitornya. Jika suatu program daurah memiliki predikat unggul maka terlebih dahulu sudah dilakukan perbandingan kualitasnya dengan program daurah dari ‘negeri lan’. Ini yang dimaksud dengan unggul. Dikatakan berkualitas apabila program daurah tersebut unggul dari program daurah di ‘negeri lain’ ditinjau dari :
- Wawasan teoritis yang disajikan
- Kemudahan dalam memahami dan pengaplikasikannya (praktis)
- Memiliki pesona (daya tarik) bagi kader untuk mengikuti program daurah tersebut
Beberapa unsur di dalam manajemen produk kaderisasi yang telah dipaparkan di atas hendaknya menjadi perhatian para pelaku kaderisasi dakwah kampus. Tulisan ini disusun bukanlah didasarkan atas keinginan penulis untuk menulis begitu saja tanpa argumentasi melainkan telah ditelaah berdasarkan pengalaman lapangan dan tentu saja berlandaskan manhaj yang syar’i. Demikianlah buah pemikiran kami tentang manajemen perencanaan produk (progam daurah unggul berkualitas). Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bish-shawab.
Saat ini pergerakan dakwah kampus di seantero tanah air sudah mewabah. Ibarat suatu penyakit sudah mendekati taraf kejadian luar biasa. Dan inilah yang menjadi tanda-tanda munculnya gerakan sensasional menuju perubahan, berharga, dan ber ‘daya’ tinggi dari komunitas muslim kelas menengah. Komunitas muslim kelas menengah di sini bukan berhubungan dengan taraf ekonomi melainkan didefenisikan sebagai komunitas muslim dari kalangan intelektual. Jika kita adalah pelaku, pejuang dakwah kamus, so pasti kita juga termasuk di dalam komunitas muslim kelas menengah. Gerakan dakwah kampus menandakan bahwa gerakan intelektual muslim akan lahir kembali menjadi faktor pencapai kejayaan Islam di negeri ini. Apapun nama gerakan dan tujuannya, selalu menuntut kualitas manajemen yang mantap. Berbicara manajemen, banyak orang mengatakan bahwa ini adalah seni. Seni mengelola segala sesuatu. Di lain pihak ada yang mengaitkan manajemen sebagai suatu strategi mencapai tujuan berdasar teknik-teknik pengelolaan tertentu. Terserahlah, apapun defenisinya yang penting kita mampu menangkap bahwa makna manajemen mengarah pada usaha-usaha untuk mencapai yang terbaik.
Bagi kita yang setiap harinya tersibukkan dengan perjuangan dakwah kampus, tentu manajemen sangat diperlukan untuk mencapai kualitas hasil yang optimal. Hal yang paling tak kalah pentingnya adalah bidang kaderisasi. Bidang ini sangat berhubungan dengan kualitas dan kuantitas kader-kader dakwah kampus. Salah satu program unggulan dari bidang ini adalah program daurahnya (pelatihan) yang sangat beraneka sifat dan jenjang serta tujuannya. Intinya adalah untuk penempaan kader dari segi kualitas maupun kuantitas.
Spesial buat para pelaku kaderisasi. Penulis lebih senang menyebut mereka sebagai regenerator. Karena kepada mereka diberikan tugas berat untuk mensukseskan proses regenerasi perjuangan dakwah kampus. Tugas-tugas tersebut terwujud dalam bentuk program-program daurah. Sebagi bentuk perhatian penulis kepada mereka (baca : regenerator), berikut ini dipersembahkan tulisan tentang manajemen perencanaan produk (program daurah unggul berkualitas). Suatu cara sederhana merencanakan program-program dakwah yang unggul (melebihi yang lain) dan berkualitas (baik kemasan maupun isinya).
Produk memenuhi standar 5 H + 1 H
Bukan merupakan hal yang asing lagi bagi kita tentang 5 W + 1 H. Tentu semuanya sudah mengetahui, yang dimaksud dengan 5 W adalah What (Apa), Why (Mengapa), Who (Siapa), Where (Dimana), dan When (Kapan). Sedangkan 1 H adalah How (Bagaimana). Merencanakan sebuah produk harus mampu menjawab terlebih dahulu 5 W + 1 H. Apa nama kemasan produk, mengapa harus ada produk, siapa yang terlibat dalam produk, dan seterusnya. Jawaban-jawaban tersebut akan menjadi data-data argumentatif tahap awal sebelum melahirkan produk.
Contoh yang sederhana, katakanlah kita ingin mengadakan daurah tentang manajemen kesekretariatan. Terlebih dahulu kita harus mampu menjawab standar 5 W + 1 H. Apa nama kemasan produknya? Daurah Manajemen Dakwah Fardiyah erpadu, Mengapa perlu/harus dilaksanakan? Karena kader sangat membutuhkan keterampilan mengelola suatu amal mendakwahi seseorang dengan menggunakan pendekatan personal, siapa yang terlibat? Kader dakwah dengan kualifikasi sbb :..., kapan dan dimana? Hari Jumat sampai ahad, tanggal, dan pukul sekian, di auditorium dan masjid kampus. Terakhir, standar 1 H jangan sampai terlupakan. Bagaimana perwujudan produk? Hal ini yang sangat sering diaabaikan. Jawaban atas pertanyaan 1 H merupakan detail tentang mekanisme pelaksanaan daurah tersebut di lapangan. Memang slit, dan inilah yang kita butuhkan untuk sukses di lapangan. Menjawab pertanyaan ini membutuhkan pemahaman teoritis dari para regenerator dan juga pengalaman asa lampau. Jadi, dibutuhkan tenaga regenerator terampil dalam menjawab pertanyaan 1 H.
Perlu juga diperhatikan, menjawab standar 5 W + 1 H tidak mudah begitu saja. Ada beberapa analisis yang dilakukan seperti analisis SWOT, analisis peluang waktu, dsb.
Produk hadir sebagai jawaban atas kebutuhan.
Selama ini banyak produk-produk kaderisasi yang sangat jauh dari apa yang dibutuhkan kader. Ketika ruhul istijabah kader (semangat menyambut panggilan) menurun, banyak para regenerator membuat sebuah produk kaderisasi berupa pertemuan kader sejagat. Spada pertemuan tersebut secara langsung kader divonis : “Oiy, ruhul istijabah antum sudah menurun! Kembalilah akhi ukhtiy...”. Lha, ini kan masalahnya. Kader dakwah tidak membutuhkan hal yang semacam itu. Lihat dulu mengapa ruhul istijabahnya menurun, pasti ada yang salah, apa yang kader butuhkan...? Buru-buru memvonis ruhul istijabah kader sudah menurun padahal belum tentu apakah sebelumnya kader tersebut ruhnya lebih tinggi. Dikatakan menurun apabila sebelumnya berada dari posisi ketinggian. Itu namanya menurun...
Solusinya apa? Sederhananya, sang regenerator harus menjawab pertanyaan, apa yang dibutuhkan kader saat itu? Sesuaikan dengan kebutuhan, harapan dan keinginan kader. Itulah yang harus dijawab oleh para regenerator. Nah, jawaban tersebut dikemas dalam bentuk produk (program daurah unggul berkualitas) untuk memahamkan kembali kader akan pentingnya menyambut panggilan dakwah...jadi, bukan vonis-vonis melulu...
Memiliki Kelebihan...
Kelebihan akan tercermin mulai dari kemasan hingga isinya. Boleh jadi sesuatu itu unggul tapi tidak berkualitas. Boleh juga sebaliknya. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan keduanya? Unggul berarti ada pembanding. Ada standar dan ada pula kompetitornya. Jika suatu program daurah memiliki predikat unggul maka terlebih dahulu sudah dilakukan perbandingan kualitasnya dengan program daurah dari ‘negeri lan’. Ini yang dimaksud dengan unggul. Dikatakan berkualitas apabila program daurah tersebut unggul dari program daurah di ‘negeri lain’ ditinjau dari :
- Wawasan teoritis yang disajikan
- Kemudahan dalam memahami dan pengaplikasikannya (praktis)
- Memiliki pesona (daya tarik) bagi kader untuk mengikuti program daurah tersebut
Beberapa unsur di dalam manajemen produk kaderisasi yang telah dipaparkan di atas hendaknya menjadi perhatian para pelaku kaderisasi dakwah kampus. Tulisan ini disusun bukanlah didasarkan atas keinginan penulis untuk menulis begitu saja tanpa argumentasi melainkan telah ditelaah berdasarkan pengalaman lapangan dan tentu saja berlandaskan manhaj yang syar’i. Demikianlah buah pemikiran kami tentang manajemen perencanaan produk (progam daurah unggul berkualitas). Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bish-shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar