Seharusnya kita lebih mengetahui hal ini, spesial untuk kaderisator dimanapun kita berada. Satu hal yang membuat kaderisasi dengan syi'ar unik menurut sepengetahuan dan pengalaman kami adalah bentuk programnya, satu sama lainnya sangat erat berhubungan. Boleh dikata, serupa tapi tidak sama. Memang mirip tapi tidak sama. Sama tapi agak beda. Program kaderisasi dan syiar memang sama, yah… namanya juga program dakwah. Tapi ada sebuah keunikan yang dimiliki oleh kaderisasi yaitu ‘follow up’.
Pada umumnya setiap program dakwah kita adalah program dakwah syi’ar. Akan tetapi ketika program tersebut memiliki nilai plus berupa adanya ‘kelanjutan’ yang sering kita sebut ‘follow-up’ maka seharusnya masalah seperti itu diserahkan pada kaderisasi… jadi bukan tanggung jawab bidang syiar. Karena ‘kelanjutan’ itu akan melibatkan proses pemantauan regular terhadap individu, proses rekruting bertahap, pembinaan, dan dilanjutkan lagi dengan puncaknya yaitu pemberdayaan.
Sebuah contoh yang menarik adalah adanya program penyambutan bulan ramadhan. Masing-masing wajihah biasanya selalu mengadakan agenda-agenda spektakular, sesaat sebelum ramadhan tiba. Program penyambutan ramadhan sejatinya adalah kerja syiar, namun bila program itu diikuti dengan ‘follow-up’ maka sudah seharusnya syi’ar berlepas tangan untuk itu. Serahkan pada kaderisasi. Jangan samapai ‘kebalek’. Program tatsqif yang ditujukan ke ‘ammah’ menjadi bagian kerja yang dramatis, terbebankan di pundak kaderisasi. Sebaliknya, kegiatan diskusi sain untuk ilmuwan dan mahasiswa yang diadakan terus-menerus bukan lagi menjadi kerja syiar, apabila melibatkan ‘proses tajdid’ di dalamnya. Itulah kuncinya! Semoga bermanfaat…
Pada umumnya setiap program dakwah kita adalah program dakwah syi’ar. Akan tetapi ketika program tersebut memiliki nilai plus berupa adanya ‘kelanjutan’ yang sering kita sebut ‘follow-up’ maka seharusnya masalah seperti itu diserahkan pada kaderisasi… jadi bukan tanggung jawab bidang syiar. Karena ‘kelanjutan’ itu akan melibatkan proses pemantauan regular terhadap individu, proses rekruting bertahap, pembinaan, dan dilanjutkan lagi dengan puncaknya yaitu pemberdayaan.
Sebuah contoh yang menarik adalah adanya program penyambutan bulan ramadhan. Masing-masing wajihah biasanya selalu mengadakan agenda-agenda spektakular, sesaat sebelum ramadhan tiba. Program penyambutan ramadhan sejatinya adalah kerja syiar, namun bila program itu diikuti dengan ‘follow-up’ maka sudah seharusnya syi’ar berlepas tangan untuk itu. Serahkan pada kaderisasi. Jangan samapai ‘kebalek’. Program tatsqif yang ditujukan ke ‘ammah’ menjadi bagian kerja yang dramatis, terbebankan di pundak kaderisasi. Sebaliknya, kegiatan diskusi sain untuk ilmuwan dan mahasiswa yang diadakan terus-menerus bukan lagi menjadi kerja syiar, apabila melibatkan ‘proses tajdid’ di dalamnya. Itulah kuncinya! Semoga bermanfaat…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar