SELAMAT DATANG DI SITUS BLOG HADZIHI SABILI - JEHADEMUSA

Minggu, 16 September 2007

UNTUKMU SAHABATKU (Surat)

Umtukmu sahabat dakwahku di medan jihad

Pujian hanya untuk Rabb semesta alam. Shalawat hanya tercurah pada Rasulullah teladan umat. Bismillahirrahmanirrahim...

Saudaraku yang budiman. Ini adalah surat yang pertama dariku, sahabatmu. Mudah-mudahan dengan surat ini segala kesal di dada menjadi tertawar. Segala sesak jiwa terbuai indah menjadi kenangan berharga. Ingin sekali diri ini membawa kita menuju kepada kerendahan hati yang sejati. Lihatlah langit-langit pemandangan kita. Jadikanlah ia pelajaran bahwa di atas langit masih ada langit. Masih ada yang terlangit di antara kaum langitan. Cukup sederhana memang, tapi ini bukanlah hal sepele bila hati mau terbuka luas menerimanya. Terkadang jiwa kita berat menerawangnya. Sungguh sulit memahaminya. Bahkan tidak cukup beribu detik untuk membuat kita paham terhadapnya.

Kurasakan awan-awan yang mengelilingi hatimu sudah tak teraba lagi oleh teriakan-teriakanku. Aku telah mencoba mencari beribu asa untuk terus membuatmu yakin. Namun semuanya tak lagi membuatmu menyambut teriakan, panggilan itu. Kadang dengan mata menunduk, kulemparkan panggilan. Toh, tidak ada juga jawaban. Ingatlah akhiy, panggilan ini bernilai bagiku dan insya Allah akan berharga bagi kita bersama. Seruan kecil ini mungkin tidak mampu lagi menyentuh kalbu. Hanya karena kepercayaan yang engkau berikan telah aku musnahkan dengan tangan dan kaki sendiri. Tapi ingatlah bahwa aku adalah sahabatmu juga. Telah beribu maaf kulantunkan dengan nada-nada sedih. Kadang meminta, ingin bersujud. Meraba jiwamu. Entah, akupun tidak tahu lagi harus berbuat apa akhiy?!
Sangatlah wajar jika diri ini bersimbah kekurangan. Hanyalah Allah, Rabb maha sempurna. Kita tidak perlu terlalu banyak saling menuntut. Menuntut idealisme zaman kuno yang hanya layak ditonton oleh jiwa-jiwa yang jauh dari bashirah. Bukankah al insan, termasuk kita, telah Allah bedakan dengan adanya keutamaan bashirah...

Saudaraku, kebersamaan kita selama ini telah berseling dengan keindahan bergerak, berjuang, dan meniti kemenangan di jalan-Nya. Itulah kebersamaan super indah, wewangi semerbak mawar. Harum sepanjang waktu. Mawar yang tak pernah layu oleh ulah sekitar, suhu, kelembaban, dan lainnya. Ia adalah mawar yang akan selalu tegak di tanah juang, akan selalu menyiramkan aromanya kepada seluruh semesta, penikmat kebersamaan itu.

Bila waktu terus berputar. Semua cepat berlalu. Segala apa yang pernah kita lihat, teraba dan terasakan kelak akan menyisakan kenangan yang membekas di dada kita. Pasti, ada getaran kecil yang sunyi, jauh dari lubuk hati ketika nanti kita merindukan kebersamaan yang pernah terukir. Tiga, empat, lima tahun bukanlah waktu yang terlalu lama untuk dijalani. Banyak kisah suka dan duka yang telah kita jalani bersama. Beriring dengan kisah itu, pasti ada rasa gelisah ketika waktu perpisahan akan tiba. Saudaraku, selamat berpisah... itulah kalimat yang nanti akan terucap oleh bibir, sengaja atau tidak, langsung atau tidak, diucap ataupun tidak diucapkan... Selamat berpisah saudaraku. Selamat mencari asa di dunia baru meneruskan perjuangan hidup. Cukuplah semua drama indah yang pernah terjadi di alam pengalaman kita, engkau rekam dan simpan ia dalam kenangan-kenangan masa lalu kita, begitupun dengan aku. Aku akan menyimpannya, membungkusnya dengan semangat berjuang melewati fitnah dunia, sebagai bekal terbaik.

Namun..., diri ini masih ingat di saat kenangan lain yang agak pahit menyapa kebersamaan kita. Ada noda hitam yang menyelami detik kebersamaan kita. Emosi puncakmu seakan memuntahkan kemurkaan jiwa. Hingga fisikpun tak kuasa menahan lagi geraknya. Ingin berbuat, bertindak. Namun ternyata masih ada cinta nurani yang engkau miliki. Lantunan tilawahku bukanlah penawarnya, ada suatu kesabaran mungil mengiringi peristiwa itu. Ah, hampir saja terjadi peristiwa yang akan terukir di dinding-dinding dakwah kampus. Hampir saja ada noda yang terciprat melumuri persahabatan kita. Tapi aku yakin, semuanya hanya luapan kemarahan sesaat. Aku akui, aku bersalah, total. Beruntunglah kita, sejarah gelap yang akan menutupi terangnya persahabatan, tidak terjadi kala itu.

Saat ini, langit cerah telah kurasakan menyapa lagi hari kita. Semoga ada awalan yang baik untuk memulainya kembali. Walau dengan strategi yang jauh berbeda dari kemarin. Berbeda kisah yang akan kita tempuh... Lambang persahabatan berubah kitab ajaib dan super spesial yang selama ini kita pahat dalam dada, kiranya tidak hanya berkesan indah di dinding-dinding kebersamaan kita, tidak hanya simbol yang menemani kebersamaan malam-malam kita, di Taratak Paneh, Darul ‘Ulum Jati, Wisma Iqra, Wisma Ukhuwah, dan tempat-tempat bersejarah lain yang pernah mengawal perjuangan kita...

Cerita-cerita kebersamaan itu seakan mulai lagi dengan skenario yang berbeda, aktor yang jauh bervariasi. Semua menggetarkan jiwa, entah namanya batin atau apa saja yang sepadan dengannya, menakutkan tentang akan berulangnya lagi kesal muak batin. Hari berlalu seakan terlupakan, entah dibuang di tong-tong atau kantung-kantung organ dekat kalbu atau sengaja dipendam untuk beberapa detik yang tak tentu. Kini ada pasrah, ada pelepasan emosi diri meluap hingga meninggalkan hulu perasaan menuju hilir yang terduga di dalam akal dan perasaanku. Muara itu pun menjadi pelepas kenangan, mengukir kembali atau sekedar pencipta canda tawa mengisi waktu yang tak akan lama lagi.

Saudaraku, hari itu ada ide yang meluap walau tanpa kehadiranmu. Berharap cemas engkau akan terlibat dan mendukungnya. Membara membakar segala kecewa yang statisdalam diriku, tak berfaedah mungkin, bagimu. Sungguh di luar dugaan, rupanya ada seatom semangat dari dalam jiwa. Tinggal menunggu saat pembakaran, penembakannya yang meledakkan energi gerak. Sungguh dahsyat. Seakan sudah di ambang pintu. Pasti. Yakin. Berjaya. Insya Allah. Berlanjut dari bibir ke bibir. Ada segenap kalimat penghimpun. Ada iringan kebersamaan yang menghiasinya.... Ada asa ingin berjuang kembali bersamamu dengan karakter juang yang jauh berubah, akankah?


(Ditulis di Muarabungo, Ramadhan 1428 H, teruntuk sahabat istimewaku di Padang...)

Tidak ada komentar:

8 Tulisan Populer Pekan Ini