Kisah-kisah ini akan terukir dalam dada sepanjang masa. Selama nafas masih ada, aku takkan melupakan segala kenangan ini. Biarlah banyak dinding-dinding membisu menyaksikan keanehan pribadiku. Biarlah… kesunyian kamar-kamar kelam menyebut keterasingan tabiat seruku. Atau biar saja langit-langit menertawakan keindah-unikannya pribadi ini. Aku yakin, ada sebuah jawaban atas harapan yang telah tersemaikan selama ini.
Salah satu dari sejuta keunikan sekaligus kegemaranku adalah travelling. Ada istilah yang lebih keren dan islamiy, jaulah. Ketika masih SMU, aku sudah sangat sering berkeliling Sumatera Utara, Sibolga, Tarutung, Balige, Prapat, Pematang Siantar, Tebing Tinggi ... alias numpang lewat menuju Medan. Padang Sidempuan dan Panyabungan juga sudah dijelajahi, tak ketinggalan kota-kota di Sumatera Barat seperti Lubuk sikaping, Payahkumbuh, Bukit Tinggi, Padang Panjang, Pariaman, Solok, Sawahlunto, Muarosijunjung, Pulau punjung dan lain-lain. Propinsi lain seperti Banten, DKIJ, Jabar sampai Jatim juga sudah pernah dikunjungi... Sepertinya Bali dan Indonesia Timur masih belum ( dalam perencanaan)....!
Setelah melalui perencanaan berhari-hari, akhirnya aku dan sahabatku, Depitra Wiyaguna (Ups... sekedar info : Beliau adalah Ketua BEM FMIPA UNAND 07/08), kami berhasil mewujudkannya. Kali ini kami berdua berencana ke Muarabungo Propinsi Jambi untuk mengawali Ramadhan tahun ini. Ramadhan, bulan penuh berkah adalah bulan yang dikelilingi keindahan pahala kebajikan. Semoga aku mampu bangkit meraih prestasi dunia dan ukhrawiku melaluinya, niat batinku. Rabu, 12 Sep 2007, kira-kira pukul 14.30 sore kami mulai meninggalkan kota Padang. Siangnya kami ditraktir oleh salah seorang akhwat seperjuangan, satu ladang bisnis, Zahrina Siregar, di sebuah Kafe di lingkungan kampus UNAND (Universitas Andalas). Katanya acara traktiran itu untuk syukuran atas keberhasilannya meraih posisi Runner-UP dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah Hutan Indonesia yang diselenggarakan di kampus UNP (Universitas Negeri Padang) hari Senin yang lalu. Saat itu aku hanya memesan segelas jus kesukaanku, jus berbahasa arab, ALFUKAT… Wah, lumayan untuk bekal perut ke Muarabungo.
Perjalananku menuju Muarabungo adalah yang pertama kalinya. Katakan saja inilah the ‘first adventure’-ku ke Muarabungo. Memang, telah lama aku menantikan keadan-keadaan indah seperti ini. Lebih unik dan serunya, aku dan depit tidak menggunakan bus umum melainkan dengan motor. Selain mengasyikan dan menantang, aku orangnya tidak bisa menggunakan bus umum, maklum saja aku ini ADALAH PEMABUK JALANAN, tapi kalau seandainya menggunakan mobil sendiri sich, nggak masalah, sesuka hati. Kami mengendarai motor (hanya) sejauh 313 km… yah, emang agak capek ‘dikit, tapi nggak apa-apalah. Rute perjalanan kami hari itu adalah Padang – Solok – Sawahlunto Sijunjung – Dhamasraya – Bungo (Propinsi Jambi)… Kurang lebih 3 daerah intermediate. Di tengah perjalanan, kira-kira di daerah Dhamasraya kami mengecap guncangan artistik, alias gempa bumi. Ya Allah, subhanaka… Ini adalah ayat-ayatmu, ucapku dalam hati. Perjalanan kami dari Padang ke Muarabungo membutuhkan waktu 5 jam lebih, sedangkan menggunakan bus umum berkisar 7 – 9 jam… Lumayan, irit waktu…
Kira-kira menjelang pukul 20.00 malam hari (Malam Tarawih, 1 Ramadhan), aku dan depit memasuki daerah Kabupaten Bungo, tepatnya di ibukota kabupaten tersebut… Muarabungo Oiyyy! Udaranya tidak terlalu beda dengan Kota Padang. Malam itu, sebelum tiba di rumah, kami keliling pasar Muarabungo mencari-cari sesuatu yang dapat dimakan…alias jajan malam. Ups… benar lho, jajanan malam kami berupa makanan. Kupandangi sudut-sudut kota itu, aku hanya melihat kesunyian aktivitas, terdengar pula suara-suara yang menggelegar dari masjid-masjid, mushalla-mushalla… Ada apa gerangan, astaghfirullah (gaya melankolisku keluar…) rupanya malam ini adalah malam tarawih pertama untuk Ramadhan kali ini… Aku tidak sempat tarawih ke masjid… Terpikir sejenak, ah gak apa-apa… Nanti saja, di rumah.
Setelah tiba di rumah, Depit memperkenalkan si TAMU kepada keluarganya. Tiada lain, si TAMU itu adalah Jul hasratman, akulah dia… Harap-harap cemas dalam hati, mudah-mudahan kedatanganku tidak membuat keluarga Depit repot atau terbebankan… Aku langsung menuju kamar Depit, berbaring melepas kelelahan… Tak lama kemudian ibunda Depit memangil untuk meneguk secangkir minuman hangat pelepas lelah… Ah, betapa nikmatnya. Terimakasih ya buk… terucap dengan malu-malu… maklum… tamu oiy!
Malam itu adalah malam pertamaku di Muarabungo. Aku mengharapkan segala cita yang telah terencanakan dari Padang dapat terwujud di esok hari. Istirahatku malam itu tak sepanjang biasanya, rupanya Depit membangunkan tidurku untuk segera qiyamullaill dilanjutkan dengan makan sahur pertama.
Salah satu dari sejuta keunikan sekaligus kegemaranku adalah travelling. Ada istilah yang lebih keren dan islamiy, jaulah. Ketika masih SMU, aku sudah sangat sering berkeliling Sumatera Utara, Sibolga, Tarutung, Balige, Prapat, Pematang Siantar, Tebing Tinggi ... alias numpang lewat menuju Medan. Padang Sidempuan dan Panyabungan juga sudah dijelajahi, tak ketinggalan kota-kota di Sumatera Barat seperti Lubuk sikaping, Payahkumbuh, Bukit Tinggi, Padang Panjang, Pariaman, Solok, Sawahlunto, Muarosijunjung, Pulau punjung dan lain-lain. Propinsi lain seperti Banten, DKIJ, Jabar sampai Jatim juga sudah pernah dikunjungi... Sepertinya Bali dan Indonesia Timur masih belum ( dalam perencanaan)....!
Setelah melalui perencanaan berhari-hari, akhirnya aku dan sahabatku, Depitra Wiyaguna (Ups... sekedar info : Beliau adalah Ketua BEM FMIPA UNAND 07/08), kami berhasil mewujudkannya. Kali ini kami berdua berencana ke Muarabungo Propinsi Jambi untuk mengawali Ramadhan tahun ini. Ramadhan, bulan penuh berkah adalah bulan yang dikelilingi keindahan pahala kebajikan. Semoga aku mampu bangkit meraih prestasi dunia dan ukhrawiku melaluinya, niat batinku. Rabu, 12 Sep 2007, kira-kira pukul 14.30 sore kami mulai meninggalkan kota Padang. Siangnya kami ditraktir oleh salah seorang akhwat seperjuangan, satu ladang bisnis, Zahrina Siregar, di sebuah Kafe di lingkungan kampus UNAND (Universitas Andalas). Katanya acara traktiran itu untuk syukuran atas keberhasilannya meraih posisi Runner-UP dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah Hutan Indonesia yang diselenggarakan di kampus UNP (Universitas Negeri Padang) hari Senin yang lalu. Saat itu aku hanya memesan segelas jus kesukaanku, jus berbahasa arab, ALFUKAT… Wah, lumayan untuk bekal perut ke Muarabungo.
Perjalananku menuju Muarabungo adalah yang pertama kalinya. Katakan saja inilah the ‘first adventure’-ku ke Muarabungo. Memang, telah lama aku menantikan keadan-keadaan indah seperti ini. Lebih unik dan serunya, aku dan depit tidak menggunakan bus umum melainkan dengan motor. Selain mengasyikan dan menantang, aku orangnya tidak bisa menggunakan bus umum, maklum saja aku ini ADALAH PEMABUK JALANAN, tapi kalau seandainya menggunakan mobil sendiri sich, nggak masalah, sesuka hati. Kami mengendarai motor (hanya) sejauh 313 km… yah, emang agak capek ‘dikit, tapi nggak apa-apalah. Rute perjalanan kami hari itu adalah Padang – Solok – Sawahlunto Sijunjung – Dhamasraya – Bungo (Propinsi Jambi)… Kurang lebih 3 daerah intermediate. Di tengah perjalanan, kira-kira di daerah Dhamasraya kami mengecap guncangan artistik, alias gempa bumi. Ya Allah, subhanaka… Ini adalah ayat-ayatmu, ucapku dalam hati. Perjalanan kami dari Padang ke Muarabungo membutuhkan waktu 5 jam lebih, sedangkan menggunakan bus umum berkisar 7 – 9 jam… Lumayan, irit waktu…
Kira-kira menjelang pukul 20.00 malam hari (Malam Tarawih, 1 Ramadhan), aku dan depit memasuki daerah Kabupaten Bungo, tepatnya di ibukota kabupaten tersebut… Muarabungo Oiyyy! Udaranya tidak terlalu beda dengan Kota Padang. Malam itu, sebelum tiba di rumah, kami keliling pasar Muarabungo mencari-cari sesuatu yang dapat dimakan…alias jajan malam. Ups… benar lho, jajanan malam kami berupa makanan. Kupandangi sudut-sudut kota itu, aku hanya melihat kesunyian aktivitas, terdengar pula suara-suara yang menggelegar dari masjid-masjid, mushalla-mushalla… Ada apa gerangan, astaghfirullah (gaya melankolisku keluar…) rupanya malam ini adalah malam tarawih pertama untuk Ramadhan kali ini… Aku tidak sempat tarawih ke masjid… Terpikir sejenak, ah gak apa-apa… Nanti saja, di rumah.
Setelah tiba di rumah, Depit memperkenalkan si TAMU kepada keluarganya. Tiada lain, si TAMU itu adalah Jul hasratman, akulah dia… Harap-harap cemas dalam hati, mudah-mudahan kedatanganku tidak membuat keluarga Depit repot atau terbebankan… Aku langsung menuju kamar Depit, berbaring melepas kelelahan… Tak lama kemudian ibunda Depit memangil untuk meneguk secangkir minuman hangat pelepas lelah… Ah, betapa nikmatnya. Terimakasih ya buk… terucap dengan malu-malu… maklum… tamu oiy!
Malam itu adalah malam pertamaku di Muarabungo. Aku mengharapkan segala cita yang telah terencanakan dari Padang dapat terwujud di esok hari. Istirahatku malam itu tak sepanjang biasanya, rupanya Depit membangunkan tidurku untuk segera qiyamullaill dilanjutkan dengan makan sahur pertama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar