SELAMAT DATANG DI SITUS BLOG HADZIHI SABILI - JEHADEMUSA

Kamis, 05 Januari 2012

CO OH CO



Judul di atas bukanlah menyatakan senyawa kimia yang terdiri atas unsur C, O, dan H. Akan tetapi saya ingin menyatakan ‘ratapan’ secara puitis tentang gas pembunuh bernama CO (karbon monoksida) yang hanya terdiri atas unsur C dan O, tidak termasuk unsur H. Lebih tepatnya saya ingin mengatakan wahai karbon monoksida, sungguh teganya dikau, CO oh CO. Baru saja terdengar kabar bahwa seorang desainer meninggal dalam keadaan telanjang di kamar mandi yang diduga karena keracunan gas karbon monoksida. Sungguh teganya dikau, CO oh CO.

Sebagai seorang yang pernah dan sedang belajar tentang kimia, saya ikut tergugah untuk mengenang senyawa kimia pembunuh ini. Berdasarkan artikel dalam perkuliahan saya dari Bapak Dr.rer.nat. Asrial, MS (Dosen Program Pascasarjana Magister Pendidikan IPA-Kimia Universitas Jambi), disebutkan bahwa karbon monoksida merupakan gas hasil pembakaran tak sempurna materi organik.

CO memiliki massa jenis yang hampir sama dengan udara pada umumnya sehingga amat mudah terdispersi. Sifat nakal CO ini tidak berwarna, tidak berbau, tetapi sangat mematikan. Sifat nakal inilah yang terkadang membuat orang tertipu. Uniknya, yang tertipu tak pernah menyadari bahwa ia tertipu, mengapa? Karena pada konsentrasi CO di udara mencapai 1000 ppm, diam-diam akan mengakibatkan kematian langsung. Jika sudah mati, bagaimana lagi seorang yang sudah mati bisa menyadarinya?

Sebelumnya, saya ingin menjelaskan tentang HbCO. HbCO adalah persenyawaan yang terjadi antara CO dengan hemoglobin (Hb) dalam darah. Pada keadaan normal, senyawa yang ada di dalam darah adalah HbO2. Apabila CO masuk, maka Hb lebih memilih CO ketimbang O2. Ini disebabkan oleh afinitas Hb terhadap CO jauh lebih besar daripada afinitas Hb terhadap O. Afinitas menyatakan jumlah energi yang dilepaskan atau dibebaskan pada saat suatu atom menerima elektron. Semakin tinggi afinitas berarti semakin besar energi yang dilepas maka semakin mudah berikatan. Sebaliknya jika afinitas rendah maka semakin sulit berikatan.

Bila konsentrasi CO di udara hanya 10 ppm saja, maka ini dapat mengakibatkan pusing karena dalam darah terdapat konsentrasi HbCO sebesar 2 %. Di daerah perkotaan yang polusinya tinggi, biasanya kadar CO sekitar 10-15 ppm, wajar bila berlama-lama di jalan raya yang macet dapat menimbulkan pusing, rasa tidak enak pada mata, dan rasa mual. Apabila terpapar CO dengan konsentrasi 500 ppm selama dua jam dapat membuat orang pingsan, apabila terpapar tiga jam dapat menyebabkan kematian langsung. Gejala-gejala berat pada saat paparan CO konsentrasi tinggi antara lain : detak jantung meningkat, otot lemas, sesak di dada seolah tertekan, dan terjadinya serangan jantung hingga kemudian kesulitan bernafas dan berhenti (alias mati). Mungkin dugaan inilah yang dialami oleh si desainer tersebut sebagaimana media publik menyebutkan.

Tidak ada komentar:

8 Tulisan Populer Pekan Ini