SELAMAT DATANG DI SITUS BLOG HADZIHI SABILI - JEHADEMUSA

Minggu, 01 Januari 2012

MARI MEMBUAT EKO ENZIM

Awalnya saya juga tidak mengetahui apa itu eko enzim, mungkin sebagian besar pembaca yang memang tidak punya hobi membaca dan jarang berselancar berita ilmiah di dunia maya juga tidak mengetahuinya. Berawal dari sebuah e-mail dari seseorang, lebih tepat atasan saya yang menginstruksikan kami (saya dan seorang  rekan kerja seperjuangan bernama Pak Isra Maizal, Sarjana Teknik Kimia dari Universitas Sriwijaya Palembang) : “Hi guys, please carry out this matter...bla bla bla...”, kira-kira demikian permulaan isi email instruksi yang dikirimkan oleh sang bos, sambil memberikan link internet untuk mengetahui lebih lanjut tentang eko enzim ini.


Apa Itu Eko enzim?
Langsung setelah mendapat kata kunci eko enzim, segera saja berselancar ke internet mencari informasi enzim unik ini. Ternyata amata banyak literatur di internet yang memuatnya. Selama ini, mungkin sebahagian kita ketinggalan info tentang eko enzim ini.

Menurut literatur yang kami peroleh, eko enzim adalah istilah untuk menyebut larutan kompleks hasil dari proses fermentasi limbah dapur berupa kulit buah-buahan dan sayuran, ditambah dengan gula dan campuran air. Pertama kali dikembangkan oleh Dr. Rosukon dari Thailand. Selama hampir 30 tahun mengadakan riset terkait enzim tersebut dalam kaitannya memerangi global warming (pemanasan bumi). Secara kimia, eko enzim merupakan senyawa organik kompleks yang terdiri atas rantai protein dan garam mineral.

Eko enzim digunakan sebagai larutan pembersih, bebas bahan kimia berbahaya. Tidak seperti yang dijual di pasaran. Pembersih ampuh tapi dampak lingkungannya luar biasa juga yakni mencemari air tanah. Dengan menggunakan enzim ini, dengan sendirinya kita dapat mengurangi polusi air tanah. Eko enzim selain lebih hemat, tidak mengeluarkan banyak uang untuk membeli larutan-larutan pembersih. Padahal kualitas daya cucinya sama dengan produk komersial di luar sana. Larutan eko enzim juga merupakan antikuman sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya utk membeli antiseptik jika hanya untuk tujuan mensterilkan lantai.

Perlu diketahui bahwa sampah yang dibiarkan saja di udara terbuka akan menghasilkan metana. Ini diperkirakan 21 kali lebih panas dari sekadar karbondioksida, tentu saja efek buruknya ialah terhadap global warming yang telah menjadi musuh kita bersama. Dengan adanya proses fermentasi sampah sayuran atau kulit buah, kita telah membantu mengurangi metana bebas di udara dan malah reaksi samping dari proses fermentasinya dapat menghasilkan ozon, nitrat dan karbonat.

Inilah yang menarik dari eko enzim ini mengapa disebut “eko”, dikarenakan memiliki pengaruh positif terhadap keseimbangan ekosistem.  Pada saat fermentasi berlangsung, produk sampingan yang terjadi melalui reaksi kimia yaitu : O3 + NO3 + CO3. Ozon (O3) yang berasal dari fermentasi ini dapat mengurangi efek panas akibat logam berat yang berada di sekitar awan. Selain juga mampu melakukan rekoveri terhadap lapisan ozon yang mulai menipis. Proses fermentasi yang terjadi mampu mengubah amonia menjadi nitrat (NO3), yakni nutrien yang diperlukan bagi tanaman. Selain itu juga mengubah CO2 ke dalam bentuk karbonat (CO3) yang sangat baik untuk keberlangsungan kehidupan tumbuhan laut.

Pembuatan Eko enzim (Sesuai Pengalaman)
Dalam hal ini, saya lebih banyak menjadi pengamat tentang eko enzim. Yang aktif secara langsung dalam pembuatan adalah Pak Isra. Hanya saja, bercerita itu seringkali lebih enak dibanding melakukannya sendiri. Walaupun menjadi pengamat, saya telah menjadi pengamat yang aktif dalam pembuatan ini sehingga apa yang saya ceritakan bukan berdasarkan bacaan semata melainkan sudah membuktikan dengan mata dan kepala sendiri, hehe.

Eko enzim yang kami buat (sebut saja begitu, pakai “kami” agar terkesan seperti sebuah tim riset), menggunakan kulit buah nenas karena yang tersedia hanya itu. Sebaiknya menggunakan bermacam-macam kulit buah seperti kulit jeruk, kulit apel, kulit markisa, sisa potongan sayuran, dll. Kami tidak menggunakan gula aren sebagaimana banyak literatur lain menganjurkan melainkan hanya menggunakan gula biasa alias gula pasir putih.

Perbandingan campuran untuk bahan-bahan eko enzim adalah : 10 : 3 : 1 (Air : Kulit Buah : Gula).  Dalam dua buah ember besar berpenutup, kita sebut sebagai ember fermenter (ember untuk melakukan proses fermentasi), masing-masing ember fermenter dimasukkan 10 liter air, 3 kilogram kulit buah, dan 1 kilogram gula pasir. Diaduk homogen seadanya, kemudian ditutup selama tiga bulan.

Perlu diketahui bahwa sekitar 10  hari pertama, proses fermentasi akan menghasilkan gas dalam jumlah banyak. Kapasitas volume ember otomatis akan berkurang dengan hadirnya gas tersebut sehingga tekanan dalam ember semakin tinggi. Jika dibiarkan maka ember bisa saja pecah. Untuk menghindari hal ini, penutup ember fermenter dibuka selama 5 detik setiap pagi dan sore hari selama sepuluh hari. Satu minggu saja pun, tidak apa-apa. Yang penting tekanan gas dalam ember dapat dikurangi, ini prinsipnya.

Setelah tiga bulan, ember fermenter dibuka. Proses selanjutnya adalah filtrasi. Campuran produk fermentasi disaring. Ampasnya dipisah dengan cairan. Ampas yang diperoleh dapat digunakan sebagai pupuk organik. Sedangkan cairan hasil saringan inilah yang disebut dengan cairan eko enzim, larutan pembersih ajaib yang ramah terhadap lingkungan dan juga baik untuk lingkungan.

Prospek Ekonomi Eko enzim Untuk Wirausaha
Selain berupa manfaat yang dianggap mampu membantu dalam penyelamatan lingkungan, eko enzim juga memiliki prospek untuk diproduksi dalam skala industri kecil, bahkan masing-masing keluarga dapat memproduksinya untuk dapat dipakai sendiri. Alangkah lebih baik lagi jika dapat diproduksi secara komersial, dijual, dimerek, dan jadi deh : PRODUK EKO ENZIM made by “orang kita”. Uang ratusan ribu hingga jutaan dapat menjadi milik pribadi berkat penjualan enzim aneh ini. Di Amerika Serikat, eko enzim telah diproduksi dengan cara dan metode yang lebih profesional dan ternyata laku. Silakan dicoba, meski tidak dengan cara profesional, cara sederhana pun jadilah!

Ditulis oleh Jul Hasratman – Karyawan Perusahaan Swasta di Jambi, Sarjana Kimia Universitas Andalas Padang, Magister Pendidikan IPA Kimia Universitas Jambi.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

bismillah...kalau gak salah ingat dulu itu blognya bukankah diwordpress??

JHD Musa (jehademusa) mengatakan...

hmmm... &^%$#@#$#%&&&&&&&&%^???

8 Tulisan Populer Pekan Ini