Salah seorang saudara pernah menanyakan kepada saya bagaimana cara menulis
INSYAALLAH yang benar? Lalu saya memberikan jawaban sebagai berikut. Simak ya
pemirsa, semoga dimengerti.
Sebenarnya pertanyaan ini sudah sering didiskusikan di media sosial.
Bahkan sering menjadi tema perdebatan antara beberapa kubu yang berseberangan
pendapat. Namun kebenaran yang tidak dapat dibantah adalah kebenaran dari Al
Quran yang dibacakan dalam bahasa Arab serta ditulis dengan huruf arab. Maka
dengan demikian penulisan INSYAALLAH yang paling benar atau satu-satunya yang
benar adalah TULISAN ARAB itu sendiri yakni إن شاء الله (seperti yang kita lihat di dalam mushhaf Al Quran).
Lalu pertanyaan selanjutnya bagi kita orang Indonesia adalah bagaimana
cara transliterasinya ke dalam bahasa Indonesia yang notabene kita menggunakan
huruf latin? Biasanya otoritas bahasa di masing-masing negara telah memberikan
panduannya. Pedoman transliterasi antara negara yang satu dengan negara yang
lainnya bisa saja berbeda.
INSYAALLAH vs INSHAALLAH
Sesuai dengan aturan yang berlaku resmi di Indonesia, penulisan huruf
hijaiyah SYIN diwakili oleh huruf SY sedangkan penulisan huruf hijaiyah SHAD
diwakili oleh SH. Kalau kita bicara soal penulisan إن شاء الله maka yang benar adalah menggunakan SY (bukan SH).
INSYAALLAH vs INSYA ALLAH
Persoalan berikutnya adalah apakah penulisannya harus disatukan atau
dipisah? Perlu diingat bahwa kalimat إن شاء الله terdiri atas tiga kata yakni: IN (jika), SYA-A (menghendaki),
ALLAH (Allah) yang artinya “jika Allah menghendaki”.
Menurut saya pribadi (bisa saja berbeda menurut pendapat lainnya),
penulisan yang agak tepat adalah disatukan yakni "INSYAALLAH". Alasan
yang paling logis adalah karena kalimat ini sudah menjadi kalimat resmi untuk
mengingat hadirnya kekuasaan Allah di dalam setiap perencanaan yang dilakukan
oleh manusia. Jika ditulis menggunakan huruf kecil maka saya merekomendasikan
untuk menulisnya” “insyaallah”, tidak berbeda ketika kita menulis subhanallah
dan alhamdulillah.
Penulisan insyaallah vs insya Allah
Kita telah mengetahui aturan penulisan kata “Allah” dengan tujuan
pengagungan (ta’zhim) kepada-Nya. Penulisan resminya adalah menggunakan huruf
kapital dimana saja letaknya di dalam kalimat, baik di awal kalimat maupun di
tengah kalimat. Namun perlu diperhatikan bahwa huruf hamzah yang dibaca sebagai
lafal “A” di dalam kalimat إن شاء الله bukanlah merupakan bagian dari kata “Allah”
atau dengan kata lain bukanlah huruf hamzah pada kata Allah. Bunyi “A” yang
dilafalkan adalah bagian dari kata “Sya-a”. Huruf hamzah pada kata “Allah”
tidak dibaca karena merupakan hamzah washal, yakni hamzah yang tidak muncul
bila ada kata yang menyambungnya. Jadi penulisan yang benar adalah tidak
menggunakan “insya Allah” tetapi menggunakan “insyaallah”.
Jika tetap ingin mengagungkan Allah maka huruf kapital seharusnya
diterapkan pada huruf L karena huruf L pada lafazh إن شاء الله adalah huruf pertama dari lafazh Allah. Sehingga penulisannya
adalah insyaaLlah atau InsyaaLlah. Namun ini sepertinya kurang konsisten.
Mengapa? Jika memang ingin menerapkan penulisan itu secara konsisten maka
penulisan serupa harus diterapkan pada kalimat dzikir “alhamdulillah”, harus
ditulis alhamduliLlah, penulisan “subhanallah” harus ditulis subhanaLlah.
Nah, agar tidak terlalu ribet, maka saya merekomendasikan penulisan
transliterasi إن شاء الله yang
mendekati benar yakni: INSYAALLAH atau insyaallah. Silakan pilih apakah
menggunakan kapital semua atau tidak. Demikianlah jawaban dari saya, insyaallah
lebih mendekati benar.
Allahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar