Tadi malam adalah giliran saya diamanahkan memberi taushiyah dan
sekaligus mengimami shalat isya, shalat tarawih, dan shalat witir di Masjid Al
Jihad Komplek Sinar Mas Group Tebing Tinggi Tanjung Jabung Barat Jambi. Karena
tadi malam adalah hari Selasa, hari kerja bagi sebagian besar karyawan maka
jamaah masjid yang ikut shalat tarawih jauh lebih banyak dari beberapa hari
sebelumnya, Jumat, Sabtu, Ahad, dan
Senin. Jamaah shalat tarawih akan meningkat mulai dari Selasa, Rabu, dan
puncaknya di hari Kamis atau malam Jumat.
Masjid Al Jihad adalah masjid unik. Ini adalah masjid yang lumayan
besar dan berada paling dekat dengan lokasi pabrik PT. Lontar Papyrus, salah
satu anak perusahaan Sinar Mas yang berlokasi di Sumatera. Jamaah masjid ini
sebagian besar adalah lajang murni atau mereka yang melajangkan diri alias
lajang palsu. Lajang palsu ini adalah mereka berpisah jauh dari istrinya. Ada
yang istrinya berada di Kota Jambi, atau daerah lain di Provinsi Jambi, bahkan
ada yang istrinya berada di Palembang, Pekan Baru, Padang, Medan, Lampung,
bahkan di Pulau Jawa. Kita dapat membayangkan betapa banyak airmata akan
bercucuran jika topik ceramah Ramadhan yang saya pilih adalah “Mereka Nan
Malang Ditinggal Istri”, hehe. Tapi saya tidak mengambil topik itu untuk
menghindari jamaah pingsan. Barangkali yang pertama kali pingsan adalah
penceramahnya sendiri. Wkwk.
Saya melirik jam yang berdiri tegak di hadapan saya, jam ini katanya
mahal, alhamdulillah tepat pukul 21:00 WIB amanah untuk memimpin shalat dan
berceramah di masjid ini telah tertunaikan dengan baik. Semoga apa yang saya
sampaikan memberi inspirasi bagi kaum muslim dan muslimah. Lalu apa yang saya
sampaikan di dalam ceramah Ramadhan kali ini? Apa surat dan ayat Al Quran yang
saya baca di dalam shalat? Berikut ringkasan kisahnya.
Amanah pertama, memimpin shalat Isya. Shalat isya sebanyak empat rakaat
dimana dua rakaat yang pertamanya disunnahkan membaca bacaan alquran selain Al
Fatihah. Saya membaca surat Ash Shaf di rakaat pertama, tetapi hanya potongan
surat saja yakni ayat 10-11. Tadinya berencana hingga ayat 12 tetapi tiba-tiba
ingin mempersingkat shalatnya. Pada rakaat kedua, saya membaca Al Zalzalah
utuh.
Amanah kedua, berbagi taushiyah di hadapan jamaah Al Jihad. Saya
menyampaikan tentang pertolongan yang amat dekat, sebagaimana disinggung di
dalam potongan Surat Ash Shaf di atas. Simak uraiannya berikut ini.
Bapak/Ibu jamaah masjid Al Jihad yang dirahmati Allah, kita semua yang
hadir di sini pasti memiliki masalah pribadi masing-masing. Tidak ada yang
tidak punya masalah. Masalah terbesar kita adalah tidak adanya jaminan bahwa
seluruh kesalahan dan dosa-dosa masa lampau kita telah diampuni oleh Allah, ada
yang sadar, lalu beristighfar, bertaubat, namun kemudia mengulangi lagi
kesalahan yang serupa. Jadi, masalah kita adalah tidak adanya jaminan ampunan
dari Allah lantaran kita masih setengah-setengah untuk berubah menjadi shalih.
Memang, kita dianjurkan bersangka baik kepada-Nya karena Allah maha pengampun.
Namun kita kadang bermain-main dengan taubat. Ingat bahwa dosa yang belum
diampuni akan memberikan konsekuensi berupa siksa yang amat pedih di akhirat
kelak. Intinya kita punya masalah serius yakni dosa dan kita harus minta tolong
kepada Allah.
Firman Allah: Maukah kalian Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat
menyelamatkan kalian dari siksa yang pedih?
Allah menawarkan pertolongan atas masalah pribadi kita, masalah yang
amat serius. Mari kita lihat lanjutkan ayat tadi: “Kalian beriman kepada Allah
dan Rasul-Nya, dan kalian berjihad di jalan-Nya dengan harta dan jiwa
kalian...”
Di sinilah saya menyampaikan bahwa kunci untuk mendekatkan pertolongan
Allah adalah:
1. Milikilah aqidah yang benar. Keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya
haruslah mantap. Implementasi dari dua kalimat syahadat harus kokoh, tidak
boleh setengah-setengah. Hindari perbuatan syirik! Kerjakanlah sunnah
Rasulullah SAW.
2. Berjuanglah untuk agama Allah, yakni dengan mengorbankan materi
bahkan nyawa kita sekalipun.
Kemudian di akhir taushiyah, saya menyampaikan terjemahan sebuah hadits
untuk memotivasi jamaah agar mengajarkan Al Quran atau memfasilitasi pengajaran
Al Quran bagi anak-anak mereka. Di akhirat kelak Allah menjanjikan jubah
kemuliaan bagi sebagian manusia. Ini adalah pertolongan dan sekaligus kemuliaan
luar biasa yang diberikan kepada orangtua melalui perantara anak-anaknya.
Ajarkanlah dan perintahkanlah shalat di umur 6 tahun kemudian pukul
mereka apabila tidak shalat jika telah berumur 10 tahun. Mengajarkan Al Quran
adalah bagian dari mengajarkan shalat. Shalat tanpa bacaan Al Quran (Al
Fatihah) yang benar akan menjadikan shalat yang ditunaikan tidak sempurna,
bahkan bisa jadi tidak sah. Satu-satunya ibadah yang mengandung “perintah
memukul jika tidak dikerjakan” adalah shalat, dimana di dalamnya ada bacaan Al
Quran.
Amanah Ketiga, memimpin shalat tarawih dan witir. Jumlah rakaat tarawih
di masjid ini adalah sebanyak 8 rakaat dengan 4 kali salam. Dilanjutkan dengan
witir sebanyak 3 rakaat dengan 2 kali salam.
Di dalam shalat tarawih, saya membaca surat Ar Rahman ayat 1 - 60,
secara proporsional terbagi di dalam setiap rakaat yang berjumlah delapan itu.
Lalu melanjutkan ayat 61 hingga ayat 78 pada rakaat pertama shalat witir, membaca
surat Al Kafirun pada rakaat kedua, dan membaca “Triple-Qul” (Al Ikhlas, Al
Falaq, An Nas) pada rakaat terakhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar