“Sungguh telah dimudahkan Al-Qur'an itu untuk dipelajari, adakah manusia yang mau mempelajarinya?” (Q.S. Al-Qamar : 17,22,32,40)
Saudaraku, Islam merupakan ad-din yang super universal memiliki pedoman hidup (huda) yang sangat menggagumkan. Al-Qur'an adalah petunjuk hidup segala aspek kehidupan yang merupakan kitab suci istimewa, memiliki beribu bahkan berjuta keistimewaan dibandingkan kitab-kitab suci yang lain, terlepas dari egoisme atau fanatisme penulis sendiri.
Menurut pandangan dunia eksakta (sains), Al-Qur'an itu dapat diuji kebenarannya melalui ayat-ayat-Nya yang mampu menjelaskan peristiwa alam yang menakjubkan, jauh sebelum teori sains bermunculan di dunia ini. Hal itulah yang menjadikan Al-Qur'an semakin mantap dari segi kualitas kebenarannya. Selayaknya setiap muslim menyadari kebesaran dan keagungan kitab suci agamanya dan berkata : “ya Rabb, alhamdulillah Engkau telah menganugerahkan Al-Qur'an sebagai petunjuk hidupku…”
Ironisnya, di akhir zaman ini Al-Qur'an semakin jauh dari kehidupan seorang muslim. Banyak yang menjadikan Al-Qur'an sebagai kitab yang harus disimpan di dalam lemari dan dikeluarkan setahun sekali pada saat lomba baca Al-Qur'an atau pada bulan Ramadhan saja. Satu hal yang perlu menjadi perhatian adalah mungkin kita termasuk di antara golongan orang-orang yang hari-harinya sangat jauh dari Al-Qur'an. Hal ini pun pernah menjadi keresahan Rasulullah SAW sebagaimana diabadikan dalam Al-Qur'an “dan Rasul (Muhammad) berkata : “ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Qur'an ini diabaikan” (Q.S. Al-Furqan : 30).
Kegundahan sang Rasul telah terbukti saat ini. Betapa banyak yang menjadikan Al-Qur'an terabaikan. Jangankan dipelajari dan diamalkan, dibaca saja pun tidak. Betapa menyedihkan! Alasan-alasannya memang klasik. Alasan itu memang logis, sibuk, tidak punya waktu luang, bahkan diikuti dengan perkataan bernada miring : ‘ngapain sih Al-Qur'an dibaca? Artinya aja kita 'nggak tahu’.
Mencari muslim sejati saat ini sangat sulit. Kriteria muslim sejati salah satunya adalah menjadikan Al-Qur'an sebagai teman sejatinya dalam menjalani hidup yang hanya sementara ini. Hal ini dimaksudkannya sebagai bekal menuju kehidupan akhirat yang abadi. Muslim sejati sadar bahwa Al-Qur'an adalah kitab suci yang apabila dibaca membuahkan kebaikan berupa pahala. Kebaikan di sisi Allah SWT itu apabila Al-Qur'an dibaca dihitung tiap huruf sebagaimana Rasulullah SAW bersabda : “…Saya tidak mengatakan Alif Lam Mim itu satu huruf, melainkan Alif satu huruf, Lam satu haruf, dan Mim satu huruf”. Setiap satu huruf yang keluar dari mulut pembaca Al-Qur'an dihitung pahalanya oleh malaikat sebagai bekal baginya di hari akhir kelak. Rasulullah telah memberi perumpamaan indah bagi orang-orang yang selalu membaca Al-Qur'an dalam sabdanya : “Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al-Qur'an adalah seperti buah utrujjah, baunya harum dan rasanya lezat…” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Muslim sejati juga memahami bahwa Al-Qur'an selain dibaca juga penting ditadabburi, dihafal, diamalkan dan didakwahkan. Kelalaian terbesar umat saat ini sering menjadikan Al-Qur'an sebagai bacaan saja tanpa ditadabburi, dihafal, bahkan tidak diamalkan.
Proses menghafal Al-Qur'an merupakan suatu proses menuliskan Al-Qur'an dalam dada seorang muslim. Salah satu ciri khas muslim sejati adalah diberikannya keistimewaan ilmu dari Allah SWT. Keistimewaan itu adalah berupa keteguhan dan semangatnya dalam menghafal Al-Qur'an. Kesungguhan dalam menghafal Al-Qur'an juga dapat dijadikan tolok ukur keimanan dalam hati seorang muslim tersebut. Allah SWT berfirman : “Sebenarnya Al-Qur'an itu adalah ayat-ayat yang jelas di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu…” (Q.S. Al-‘Ankabut : 49).
Saudaraku, menghafal Al-Qur'an adalah fardhu kifayah, akan tetapi apa jadinya jika setiap muslim di seluruh penjuru dunia berlepas tangan dari pekerjaan menghafal Al-Qur'an. Hanya dengan berdalih fardhu kifayah...
Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya orang yang di dalam dadanya tidak terdapat sebagian ayat dari Al-Qur'an bagaikan rumah yang tak berpenghuni” (H.R. At-Turmudzi). Dalam riwayat lain disebutkan “…Ibarat bangkai yang berjalan”.
Saudara muslim, perlu juga kita sadari bahwa menghafal Al-Qur'an bukanlah pekerjaan yang terlalu sulit apabila kita sanggup bersungguh-sungguh (mujahadah) dalam melakukannya seraya memohon bantuan berupa kemudahan dari Allah SWT.
Kadang kita merasa sangat sulit untuk menghafal Al-Qur'an dan ragu dengan kemampuan daya ingat otak kita. Akan tetapi ketika kita menyadari bahwa sebenarnya kemampuan otak kita melebihi dari apa yang menjadi kegundahan kita. Menurut prediksi ilmuwan, otak manusia yang terdiri atas banyak sel saraf (neuron) sebenarnya mampu menampung kurang lebih sebanyak 13 (tiga belas) ensiklopedia untuk dihafal. Bayangkan! Satu ensiklopedia dapat terdiri atas berjuta-juta kalimat penjelas sehingga tiga belas ensiklopedia adalah ‘file’ yang luar biasa banyaknya. Itulah kapasitas otak manusia. Al-Qur'an hanya terdiri dari beberapa ribu ayat saja, tidak berjuta. Tetapi mengapa kita masih ragu terhadap daya kerja otak kita? Sesungguhnya semua itu tergantung pada diri kita sendiri, kemauan dan motivasi, serta kegigihan kita sendir di dalam menghafalnya.
Banyak di sekitar kita yang sanggup menjadi penghafal Al-Qur'an. Ada yang telah menyelesaikan hafalan seluruhnya, setengah, sepertiga, atau sebagian dari Al-Qur'an. Mereka berasal dari berbagai latar belakang pendidikan dan pekerjaan. Ada mahasiswa/pelajar, guru, petani, karyawan swasta, tukang, dsb. Satu pertanyaan yang perlu kita ajukan pada diri kita sendiri : “Mengapa mereka mampu sedangkan saya tidak?”, “Bukankah kami memiliki kapasitas otak manusia yang sama, waktu yang sama 24 jam dalam sehari?”
Saudara muslim, sudah saatnya kita menginstrospeksi diri tentang berapa banyak kelalaian kita terhadap Al-Qur'an, betapa banyak pengabaian kita, terutama kelalaian dalam berinteraksi melalui tilawah (membaca) dan hifdzhulqur’an (menghafal Al-Qur'an).
Bila suatu saat nanti di akhirat Allah SWT bertanya pada masing-masing kita : “Wahai fulan! Engkau hidup di dunia, apa saja yang telah engkau lakukan dengan Al-Qur'an?”. Segala jenis argumentasi tidak berlaku lagi saat itu. Seluruh anggota tubuh akan berkata dengan jujur : “ya Rabb, daku telah lalai…”
Bila suatu saat nanti di akhirat Allah SWT bertanya pada masing-masing kita : “Wahai fulan! Engkau hidup di dunia, apa saja yang telah engkau lakukan dengan Al-Qur'an?”. Segala jenis argumentasi tidak berlaku lagi saat itu. Seluruh anggota tubuh akan berkata dengan jujur : “ya Rabb, daku telah lalai…”
Saudara muslim, sekarang ini kita masih di dunia, semuanya belum terlambat untuk memulai kembali berinteraksi dengan Al-Qur'an. STOP! Semua kelalaian harus berhenti dan berubah menjadi sebuah energi baru untuk menjadi muslim sejati. Saudaraku, apa lagi yang kita cari selain keridhaan dan kasih sayang Allah?
Muslim yang sejati harus bersemboyan : Berbekal Al-Qur'an berharap pertemuan di surga.
Muslim yang sejati harus bersemboyan : Berbekal Al-Qur'an berharap pertemuan di surga.
*) Ditulis oleh JHD (Dept. Kaderisasi 06/07 Forum Studi Islam FMIPA UNAND Padan. Pernah diterbitkan pada surat kabar mingguan MEDIA SERUMPUN edisi 2/Th I. Senin 18 – 24 September 2006/25 – 31 Sya’ban 1427 H. Halaman 7 (Topik : Pendidikan/Keluarga).Judul Lengkap : Predikat Muslim Sejati Berbekal Al-Qur’an di dalam Dada
1 komentar:
salam kenal balik
:)
Posting Komentar