SELAMAT DATANG DI SITUS BLOG HADZIHI SABILI - JEHADEMUSA

Selasa, 26 Juli 2016

Mengenali Bidan Menggunakan Persepsi Modern

Berdasarkan definisi dari ICM (International Confederation of Midwives) yang dikeluarkan pada Juni 2011, seorang bidan (midwife) adalah seseorang yang telah menyelesaikan (lulus) program pendidikan kebidanan yang diakui secara resmi oleh negaranya serta berdasarkan kompetensi praktik kebidanan dasar yang dikeluarkan ICM dan kerangka kerja dari standar global ICM untuk pendidikan kebidanan, telah memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan untuk didaftarkan (register) dan/atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik kebidanan, dan menggunakan gelar/hak sebutan sebagai “bidan”, serta mampu menunjukkan kompetensinya di dalam praktik kebidanan. Definisi ini tetap berlaku hingga ditinjau kembali oleh ICM pada Tahun 2017.
Persepsi modern tentang profesi bidan memberikan penekanan bahwa di dalam melakukan praktiknya, bidan profesional berperan dalam:
a. memantau aspek fisik, psikologi dan sosial dari seorang perempuan yang hamil, bersalin, dan juga periode setelah melahirkan (post-partum)
b. bertindak sebagai seorang pendidik dan konselor kesehatan ibu dan anak, serta bagi keluarga dan komunitas. Bidan memberikan edukasi, konseling, perawatan kehamilan, dengan terlibat membantu secara penuh hingga periode setelah melahirkan.
c. melakukan minimisasi tindakan medis, sehingga lebih mengarahkan seluruh  upaya sesuai kompetensinya agar persalinan berjalan secara normal / alami.
d. melakukan identifikasi secara dini dan merujuk klien yang membutuhkan pertolongan dokter SpOG.

Saya bukan seorang yang membabi buta bahwa sesuatu dinamakan “modern” apabila sesuatu itu berasal dari “barat”. Namun harus diakui bahwa di dalam segi pelayanan kesehatan dan cara-cara mengelola serta merawat kesehatan, dunia barat kita akui memang lebih bagus dari pada kita. Itulah sebabnya persepsi modern dalam dunia kesehatan selalu mengacu kepada persepsi di dunia barat. Model kebidanan modern yang dianut oleh barat atau negara-negara maju  seperti AS dan Inggris, didasarkan pada keyakinan bahwa kehamilan dan persalinan adalah proses kehidupan yang alami dari seorang manusia yang berstatus ibu atau calon ibu. Jadi, kalangan yang memiliki persepsi modern memiliki alasan yang pasti mengapa mereka menggunakan pelayanan kesehatan dari bidan yakni adanya keinginan untuk sedapat mungkin memperoleh pengalaman melahirkan secara alami.

Mungkin masih banyak masyarakat kita, terutama orang-orang awam yang tidak memiliki wawasan di bidang kesehatan, memandang bahwa kehamilan adalah suatu proses  yang tidak normal sehingga ketika mengetahui salah seorang anggota keluarganya hamil maka yang pertama terpikir baginya adalah bagaimana tindakan medis yang mesti dilakukan atau ditangani dengan segera oleh dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan (Dokter SpOG).

Bidan memiliki kompetensi yang baik untuk memimpin persalinan secara normal, karena mereka dilatih untuk itu, termasuk mendeteksi kelainan dalam kehamilan dan persalinan. Jika bidan menemukan kelainan atau menghadapi kegawatdaruratan, maka sebagai bidan yang profesional ia harus merujuk kliennya ke dokter SpOG. Bidan yang memiliki pengalaman dan jam terbang tinggi, pada keadaan tertentu yang tidak memungkinkan klien dapat dirujuk, tidak sedikit di antara bidan dapat mengarahkan persalinan yang semula diduga berisiko menjadi persalinan yang normal. Jempol!

Dengan demikian, perbedaan kompetensi antara bidan dan dokter SpOG sangat jelas. Dokter SpOG memiliki kewenangan dalam memimpin persalinan yang berisiko atau bila ditemukan kelainan, sehingga dengannya diperlukan tindakan medis. Saya tegaskan bahwa berdasarkan persepsi modern, dokter SpOG berbeda kompetensinya dengan seorang bidan. Bidan tidak ditempatkan di bawah dokter melainkan sebagai mitra kerja bagi dokter SpOG.

Obrolan dengan beberapa orang rekan yang keluarganya pernah menggunakan pelayanan dokter SpOG. Malah ada saja oknum dokter SpOG yang memiliki “kecenderungan” memudahkan keadaan dan atau dengan maksud meningkatkan pemasukan keuangan di rumah sakit tempat ia berpraktik. Saya ulangi, ini oknum saja ya. Meskipun suatu persalinan sebenarnya dapat memungkinkan berjalan secara normal, dimana bidan pun dapat memimpin jalannya persalinan, akan tetapi karena “kecenderungan” tertentu, oknum dokter SpOG akan lebih memilih tindakan bedah sesar atau Sectio Caesaria. Ya, bersalin normal tentu saja lebih murah dan kecil pemasukannya bila dibandingkan dengan bersalin dengan tindakan medis. Namun kembali saya tegaskan bahwa ini adalah oknum dokter yang bermain dengan profesinya meski sangat sulit untuk mengetahui dan membuktikannya di lapangan karena ia sudah bersiap dengan pembelaannya di hadapan persidangan.

Di dalam suatu diskusi di dunia maya, saya menemukan suatu pernyataan bahwa pelayanan dokter SpOG jauh lebih baik dan aman sehingga ibu hamil lebih direkomendasikan ketimbang pelayanan bidan.  Persepsi seperti ini saya kira boleh-boleh saja jika kita menggunakan persepsi di zaman lampau. Hal ini didukung oleh beberapa faktor antara lain:

Pertama, gaya hidup masyarakat di negeri kita terutama kalangan menengah ke bawah masih sangat jauh dari standar hidup sehat, sehingga mengakibatkan proses kehamilan dan persalinan menjadi sangat rentan risiko.

Kedua, kurangnya kompetensi seorang bidan dalam menjalankan praktiknya. Harus kita sadari dan akui bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih sangat kurang memadai apabila dibandingkan dengan barat atau negara-negara maju. Saya pernah membaca referensi tentang kurikulum pendidikan kebidanan di Amerika Serikat. Bidan di Amerika Serikat memang betul-betul dipersiapkan secara profesional bahkan dapat sejajar dengan profesi-profesi dokter SpOG di Indonesia.

Saat ini Ikatan Bidan Indonesia (IBI) sebagai wadah berhimpunnya profesi bidan di Indonesia sangat mendukung upaya-upaya mempromosikan gaya hidup sehat pada saat kehamilan serta mendorong peningkatan pendidikan kebidanan yang berkualitas di Indonesia sehingga profesi bidan berdasarkan persepsi modern dapat terwujud lebih cepat.

Cuhart Penulis:
Saya memang belum pernah hamil, tetapi sejak beberapa bulan terakhir saya sering berselancar di dunia maya untuk membaca berbagai referensi tentang kehamilan, termasuk ilmu kebidanan dan profesi bidan. Referensi tentang ilmu kebidanan berbahasa Indonesia jika menggunakan internet sangat terbatas sehingga memaksa kita harus membaca referensi yang berbahasa asing. Beberapa sumber berbahasa Inggris tentang kehamilan, sudah saya baca. Alhasil, saya sedikit tercerahkan mengenai konsep-konsep kebidanan meski masih seperti pecahan gelas berserakan di lantai, terus terang saja pemahaman saya tentang kebidanan masih belum berkumpul menjadi satu pemahaman yang utuh. Maklum, saya hanya seorang yang sedang belajar mengamati perkembangan ilmu kebidanan dan profesi bidan.

Tidak ada komentar:

8 Tulisan Populer Pekan Ini