Negeri kita, Indonesia tercinta, banyak yang menyebutkannya sebagai negeri yang kaya raya dengan hasil alamnya yang luar biasa banyaknya, panorama nan indah, dan juga warga yang cerdas. Seharusnya negeri ini adalah pemimpin dunia, pemimpin bumi. Namun faktanya adalah sebaliknya.
Jika ditanyakan mengapa negeri ini semakin terpuruk maka jawaban yang banyak keluar secara sepintas adalah karena negeri ini salah urus. Para pemimpinnya sibuk mengurus kepentingan pribadinya ketimbang mengurus kepentingan negeri ini. Mereka mengambil manfaat dengan sifat serakahnya, melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme. Alhasil negeri semakin terpuruk. Tapi tunggu dulu!!! Boleh jadi penyebab keterpurukan ini adalah kita sendiri, para penghuni ibu pertiwi nan elok ini.
Mari kita simak cerita saya di bawah ini:
Cerita ini saya pikir penting untuk dibagikan
di blog ini. Singkat saja, di suatu pagi sekitar pukul 06.00 WIB saya berbelanja
ke pasar, tidak jauh dari mess karyawan salah satu pabrik Sinar Mas Group di Provinsi Jambi. Saya mengendarai motor dan berusaha untuk menemukan kedai atau toko kecil yang menjual teh celup. Ya, saya sedang ingin meminum teh tetapi persediaannya teh celup telah habis di mess saya.
Setelah lama berjalan sepanjang jalan pasar itu, saya tidak menemukan satu pun kedai atau toko yang menjualnya. Ingat, ini sudah lewat jam 06.00 WIB lho! Astaghfirullah, kemungkinan semua pemilik kedai masih asyik dengan kasurnya. Setelah lama berputar-putar di pasar, akhirnya saya melihat ada beberapa kedai sudah mulai buka, namun kedai itu dimiliki keturunan tionghoa. Inti cerita saya ini bukan mengungkit persoalan SARA. Namun saya ingin menegaskan bahwa keturunan tionghoa telah selangkah lebih maju dari yang bukan tionghoa.
Saya berpikir, jangan-jangan karena ulah kita sendiri negeri ini terpuruk dan pada suatu saat akan dikuasai oleh bangsa asing. Apakah kita layak disebut bangsa pemalas? Jangan sampai disebut demikian karena negeri ini adalah negeri yang dihuni oleh kaum muslim terbanyak di dunia. Sungguh menyedihkan jika apa yang terjadi dan kita lihat adalah "berjuta ironisme".
Tulisan ini sekaligus menjadi renungan bagi diri saya pribadi, diiringi sejuta harapan agar negeri kita ini berjaya dan tentunya terlebih dahulu kita harus menjadi anak bangsa yang lebih rajin lagi untuk bangun pagi. Yuk saling mengingatkan!
Tulisan ini sekaligus menjadi renungan bagi diri saya pribadi, diiringi sejuta harapan agar negeri kita ini berjaya dan tentunya terlebih dahulu kita harus menjadi anak bangsa yang lebih rajin lagi untuk bangun pagi. Yuk saling mengingatkan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar