SELAMAT DATANG DI SITUS BLOG HADZIHI SABILI - JEHADEMUSA

Selasa, 19 Juli 2016

Lebaran Seru Keliling Lampung, Alhamdulillah (Part 2)

Ini adalah lanjutan dari postingan sebelumnya. Bagi yang belum membaca cerita awalnya, silakan klik di tautan ini: LebaranSeru Keliling Lampung, Alhamdulillah (Part 1).

Hari Kelima di Lampung (Jumat, 8 Juli 2016)

Selamat Pagi Kota Agung, begitulah saya menyapa kota ini. Kota ini punya andil dalam kehidupan saya karena di sinilah pertama kalinya saya bertemu calon mertua. Kota ini telah menjadi titik awal yang sangat menentukan dalam perjuangan hidup saya, tentunya selain Kota Padang, Sumatera Barat. Saya ulangi kembali bahwa Kota Agung Tanggamus adalah tempat Papa mengabdi kepada negeri ini sejak tahun 1997, jadi bukan sebagai kampung halaman sebagaimana halnya keberadaan Kotabumi Lampung Utara dan Krui Pesisir Barat Lampung bagi kami.

Hawa sejuk udara pagi di kaki gunung Tanggamus, diiringi kicauan burung nan merdu, diusik oleh gemericik bunyi keran air PDAM yang sejak tadi malam ditunggu, sang surya berangsur keluar dari persembunyiannya. Begitu indahnya pagi ini, terutama bagi kami berdua, saya dan istri. Setelah hari mulai agak terang, kami keluar rumah berjalan menuju kompleks perkantoran Pemerintah Daerah Tanggamus. Berjejerlah kantor-kantor dinas di kiri dan kanan jalan, semuanya berada di balik Kantor Bupati Tanggamus dan DPRD Kab. Tanggamus. Dari arah belakang kantor Bupati, tampak sang gunung yang dinamai Gunung Tanggamus berdiri kokoh menancapkan diri menguatkan bumi. Panorama inilah yang membuat kami berdua tergoda untuk melakukan swapotret, kadang saling mengambil foto secara bergantian. Pokoknya serulah, cekrek-cekrekan. Apapun latar belakang fotomu jika itu dilakukan bersama pasangan tercinta maka semuanya akan tampak indah, percayalah!

Setelah puas berswapotret di komplek perkantoran ini, kami langsung menuju tepi pantai, namanya Pantai Piabung, Kota Agung, Tanggamus. Meski tak seindah Pantai di Krui Pesisir Barat Lampung, pantai ini bolehlah untuk sekadar disebut sebagai tempat untuk menyegarkan suasana jiwa. Bila dikunjungi bersama istri maka nilai indahnya akan berlipat ganda. Kembali dari pantai, kami singgah di kedai yang menjual bakso ikan, makan di sana. Tak lupa juga untuk membungkus, buat oleh-oleh untuk yang tinggal di rumah. Alhamdulillah.

Hari kelima ini adalah hari Jumat, bagi yang sehat jiwanya pasti tahu kalau hari ini pria muslim wajib menunaikan Shalat Jumat. Saya dan Papa menggunakan sepeda motor ke sebuah masjid yang berjarak kurang dari 1 kilometer dari rumah. Berbeda dengan Jambi, di sini sang imam shalat berjamaah hanya memakai celana panjang saja sebagai pakaian bawahannya, tidak mengenakan sarung, tidak memakai gamis atau berjubah. Weleh weleh, saya ini kayaknya sudah agak cocok jadi pengamat fashion.

Ba’da Ashar, kami menuju Kota Bandar Lampung. Ini adalah pertanda bahwa petualangan lebaran seru kami bersama keluarga sudah hampir tiba di akhir kisahnya. Perjalanan dari Kota Agung ke Kota Bandar Lampung agak sedikit lama dari biasanya karena padatnya jumlah kendaraan di jalur tersebut mengakibatkan lalu lintas macet.

Ketika waktu Maghrib tiba, kami menyinggahi sebuah masjid di tepi jalan raya Kabupaten Pringsewu. Lokasi masjid ini bisa dibilang sangat strategis karena berada tepat dipinggir jalan lintas sehingga banyak musafir yang menyinggahinya untuk shalat. Kalau tidak salah, kata istri saya, lokasinya di sebelah kiri jalan sebelum tugu Pringsewu. Hal yang memalukan dari masjid ini yaitu ada dua orang ibu-ibu, saya sebut saja di sini sebagai tukang palak masjid dengan kedok mukena. Mereka ini adalah ibu-ibu muslimah mengenakan mukena seakan-akan hendak menunaikan shalat atau baru selesai menunaikan shalat, padahal kami mengamati mereka tidak ada seorang pun yang shalat. Ah, boleh jadi shalatnya nanti ya, husnuzhan saja. Mereka ini terlihat hanya duduk saja di luar masjid di sekitar tempat berwudhu, menunggui setiap jamaah yang keluar dari toilet dan meminta dengan paksa sumbangan (entah berapa, mungkin ada tarifnya seperti pada toilet-toilet umum). Jika alasannya untuk dana kebersihan maka sebuah masjid yang dikelola dengan baik harus sudah memikirkan fasilitasnya secara lengkap. Jangan bikin masjid tapi hanya berisi susunan sajadah dan TOA masjid, pikirkan juga fasilitas toilet dan wudhunya. Hendaknya kepada Pemerintah Kabupaten Pringsewu dapat menertibkan perbuatan memalukan berupa pungutan paksa di masjid-masjid seperti ini, terutama di jalur-jalur yang dilintasi oleh umum atau pendatang.

Selepas Maghrib, kami kembali melanjutkan perjalanan. Alhamdulillah, setelah beberapa jam bermacet-macet, kami akhirnya tiba di rumah di Bandar Lampung, namun sebelumnya menyinggahi rumah Pak Tut (Ibnu Hasan), adik laki-lakinya yang paling kecil (istilahnya paling buntut) di keluarga Papa. Tampaknya saya harus belajar Bahasa Lampung lebih serius lagi, selama dalam petualangan lebaran di negeri Lampung, ini adalah kesekian kalinya saya menemani suatu pembicaraan yang tidak saya pahami. Hehe.

Hari Keenam di Lampung (Sabtu, 9 Juli 2016)

Pagi ini saya dan istri bercengkerama di dalam kamar, membuka satu persatu album foto akad nikah dan walimatul ‘ursi, serta video hasil editing dari Event Organizer pernikahan kami. Setelah menikah lebih dari tiga bulan, barulah kali ini memiliki kesempatan untuk membuka album. Kami asyik mengamati satu per satu wajah-wajah ceria di dalam foto dan tayangan video, ramai orang berdatangan baik dari keluarga besar maupun sahabat-sahabat kami serta sahabat-sahabat dari orangtua kami. Terima kasih kepada jajaran struktur DPW  PKS Provinsi Lampung, terutama Ust. H. Ahmad Mufti Salim yang telah berkenan hadir dan berfoto bersama kami tatkala menjadi pengantin di pelaminan. Ini memberikan semangat dan kekuatan penuh arti bagi perjuangan keluarga dakwah kami ke depannya.

Tidak kalah berkesan, ternyata ada foto yang berisi karangan bunga ucapan selamat berbahagia dari tokoh-tokoh penting beberapa daerah di Provinsi Lampung (Tanggamus, Lampung Utara, dan Pesisir Barat). Ucapan terima kasih dari saya kepada Bapak Bupati Tanggamus Hi. BambangKurniawan, S.T., Bapak Wakil Bupati Tanggamus Hi. Samsul Hadi, S.Pd.I., Bapak Sekda Tanggamus Hi. Mukhlis Basri, S.T., M.Sc., Bapak Mantan Penjabat (Pjs.) Bupati Pesisir Barat Drs. Qudrotul Ikhwan, M.M., dan Bapak Bupati Lampung Utara Hi. Agung Ilmu Mangkunegara, S.STP., M.H. yang telah mengirimkan ucapan selamat atas pernikahan kami. Ini sekaligus memberikan kesan agar acara kami sedikit lebih istimewa karena kehadiran pejabat. Saya, Jul Hasratman Daeli bin Ahmad Musa Daeli bin Muhammad Syarif, selama ini tidak pernah membayangkan adanya ucapan selamat berupa karangan bunga dan tidak pernah menjadikannya sebagai suatu impian di resepsi pernikahan saya, apalagi itu berasal dari bapak-bapak pejabat yang terhormat. Saya doakan agar bapak-bapak sukses dan tidak korupsi. Berkoalisilah dengan PKS dalam berpolitik jika ingin negeri ini lebih baik, insyaallah.

Alhamdulillah, cerita ini saya tutup dengan istighfar, astaghfirullahal’azhim. Semoga apa yang saya tulis memberikan inspirasi bagi para pembaca. Sore hari keenam ini adalah sore hari terakhir kami di Lampung pada Tahun 1437H, kami harus kembali ke Jambi dan Padang menunaikan amanah. Jika Allah masih menghendaki, kami akan kembali lagi dengan cerita baru di sini Insyaallah.

Catatan:
Foto-foto dokumentasi bisa dilihat di INSTAGRAM @julmusaahmad

Tidak ada komentar:

8 Tulisan Populer Pekan Ini