SELAMAT DATANG DI SITUS BLOG HADZIHI SABILI - JEHADEMUSA

Jumat, 01 Juli 2016

Ustadz dari mana?

Bulan Ramadhan selain menjadi bulan berpuasa, bulan ini kadang dimanfaatkan sebagai bulan penuh ceramah. Kapan saja ada ceramah, sebelum berbuka ada ceramah, sebelum sahur ada ceramah, sebelum tarawih ada ceramah, sebelum i’tikaf ada ceramah, sebelum dan sebelum semuanya ada ceramah. Di mana-mana ada ceramah, ada di tivi ada di surau, mushalla, masjid, apalagi pesantren pasti tambah padat jadwalnya.

Setiap orang yang bisa ceramah biasanya dipanggil dengan sebutan ustadz. Terlepas dari ilmunya memadai atau tidak. Di masjid kami sebelum pelaksanaan tarawih juga ada ceramah dari beberapa ustadz. Ada ustadz sungguhan dan ada juga ustadz kurang sungguhan (kayak saya, hehe). Semua ustadz berasal dari sumber ilmu yang sama, mereka dididik melalui pendidikan keislaman baik formal maupun non-formal yang semuanya merujuk kepada sumber hukum Islam, Al Quran dan Sunnah.

Tempo hari ada "ustadz" diundang berceramah di masjid kami, Masjid Al Jihad. Ia memberikan ceramah dengan topik tafsir Surat Al Baqarah ayat 120. Ayat ini kalau diterjemahkan ke dalam Bahasa kita adalah: "Orangorang yahudi dan juga orang-orang nasrani tidak akan pernah senang kepadamu hingga engkau mengikuti millah (agama) mereka". Ustadz kita yang satu ini menafsirkan jauh dari tafsir Al Quran yang sebenarnya. Malah ia menyarankan agar ayat ini jangan sampai menimbulkan suuzhan kepada orang-orang kafir. Saya berpikir dan bertanya dalam hati, dia ini pakai kitab tafsir apa ya, saya sudah coba mengecek tafsir Ibnu Katsir dan juga tafsir fi zhilal dari Sayyid Quthb, ternyata apa yang ustadz ini ceramahkan sangat jauh dari penafsiran menggunakan kitab tafsir yang umum dijadikan rujukan para ahli tafsir. Ia meringankan derajat “peringatan” dari Allah melalui ayat tersebut. Padahal Allah memberikan peringatan serius bahwasanya orang kafir tidak akan ridha terhadap kita apabila kita berpegang teguh dengan tauhid dengan sungguh-sungguh dan bahkan keinginan mereka adalah kita mengikuti keyakinan mereka.

Ada lagi ustadz yang lain, ia bercerita tentang seorang ulama yang mampu bercakap-cakap secara langsung dengan Allah. Menggunakan riwayat abal-abal dan sangat penuh kedustaan luar biasa. Hebat banget ya, seorang ulama bisa berbicara langsung dengan Allah.  Nabi dan Rasul saja tidak semua diberikan kesempatan berbicara dengan Allah, hanya sebagian saja.

Ada juga ustadz lain yang berceramah tentang kehebatan para waliyullah, orang-orang shalih yang disayangi oleh Allah. Para wali Allah ini apabila berwudhu maka wudhunya tidak pernah batal. Ada wali Allah yang wudhunya tidak pernah batal hingga berbulan-bulan, bahkan tidak pernah batal selama bertahun-tahun. Hahaha, semakin mengerikan isi ceramahnya.

Ada lagi ustadz yang berceramah dengan menceritakan kisah orang-orang shalih dahulu. Mereka ini kalau hendak ke mana-mana, tinggal berdzikir dan kemudian terbang menuju tempat yang mereka ingin kunjungi. Waduh, semakin parah. Sudah hampir menyaingi pintu kemana saja ala doraemon.

Tidak hanya lucu, ustadz-ustadz ini membuat beberapa jamaah terheran-heran, tertawa terbahak-bahak. Pernah juga ada ustadz yang mengatakan bahwa dahulu para sahabat berebut air kencing dan kotoran Rasulullah, berebut nanah dan darah beliau, ada juga yang juga berebut keringatnya karena keberkahan tubuh Rasulullah. Mereka meminum semua itu dan akhirnya mereka semua menjadi tangguh dan tidak pernah berpenyakit. Itulah di antara keberkahan sang Nabi, begitu si ustadz menyimpulkan dan sebagian jamaah masjid pun ada yang mengangguk-angguk percaya.

Ada satu lagi ustadz yang setiap kali berceramah di masjid kami, termasuk ketika diundang menjadi khatib Jumat, isi ceramahnya berisi sindiran-sindiran kepada orang yang berbeda mazhab dengannya. Ustadz ini hobi menebar kebencian dan permusuhan antar kaum muslimin. Pernah juga dalam beberapa kali kesempatan ceramah, ia menyindir teman seprofesinya sebagai ustadz, menuduh ustadz lain meminta-minta uang dan mencari makan dari kaum muslimin, sedangkan dirinya sendiri tidak, dirinya paling ikhlas karena tidak pernah memungut dana dari kaum muslimin.

Ustadz-ustadz yang nyeleneh yang saya ceritakan ini, baiknya diapakan ya? Astaghfirullah, bagaimana mungkin Islam bisa bangkit kalau para "ustadz kita” berceramah dengan ragam keanehan, kedustaan, dan permusuhan seperti di atas. Ini sekadar renungan dan sengaja saya tidak menyebutkan nama-nama ustadznya satu persatu di sini sebagai bagian dari adab saya terhadap mereka. Walaupun demikian, saya katakan bahwa ceramah-ceramah berisi dusta sudah sangat layak kita jauhkan dari masjid kita. Semoga Allah memberikan kita pertolongan-Nya serta menunjukkan jalan untuk lebih dekat kepada-Nya.  Berharap agar di penghujung Ramadhan ini, taubat kita diterima Allah, dosa kita dan dosa para "ustadz kita" diampuni-Nya.

Mengakhiri tulisan ini, saya lantas bertanya: “semua ustadz ini dari mana ya sumber ilmunya?, ustadz darimana?”

2 komentar:

gerbongbelakang mengatakan...

Great post pak ustadz....

Jul Hasratman Daeli mengatakan...

Terima kasih sudah komentar di sini.

Duh, Kalau saya juga "Ustadz dari mana ?"

8 Tulisan Populer Pekan Ini