Sahabat, senang sekali rasanya kami 'berdua' dengan antum semua saat ini. Tak lain, kecuali dengan satu tekad menggelorakan jiwa-jiwa muda di sekitar hati. Ini bukan kemunafikan, atau sekedar basa basi pengiring tawa harian. Tidak, tidak seperti mereka yang menjual iman dengan harga yang tak ternilai, aduh kasihan! Berkampanye dengan kebatilan. Sungguh menyedihkan.
Kami, kita semua, sahabat muslim... Datang menyinari segala zaman beserta hunian mudanya. Berjanji bersama membangun ruh-ruh yang hampir hancur atau sudah mengalami pengganggu berupa riak-riak kecil di zaman lalu, atau atas keguncangan yang tak sedikit selama ini berlalu. Biarkan noda lama membirukan piring-piring pemikiran kita. Biarkan sejuta peluru menyesakkan area pemandangan, kelam, menghancurkan asa. Padahal, asa itu semakin ada, semakin muncul mengadenda bagi kita. Tapi komitmen itu harap tak pernah lepas dari diri. Inilah senjata untuk membangun kembali peradaban impian.
Jangan seperti mereka. Berjanji atas selain Dia. Itu bukan solusi tepat bagi jiwa yang muda. Itu solusi keputusasaan. Mengundang bala bencana bagi seluruh pesona yang mereka ucapkan. Inilah kebodohan itu. Bukan sebaliknya. Itulah kebobrokan itu!
Sungguh memalukan, seorang calon pemimpin berjuang atas nama rakyat, namun kerukunan dalam keluarga sendiri belum beres. Omong kosong! Ambisi untuk menjadi kekasih rakyat sangatlah besar, demi memuaskan birahi kedudukan.
Entah apa yang membuat ia semakin bangga, semakin PD berkata demi rakyat. Padahal ia tak layak berkata sedemikian. Sebaliknya kita, jiwa muda yang ikhlas... Mengapa ke-PD-an itu semakin menurun. Kelantangan mengkampanyekan kebenaran semakin jauh dari perjuangan. Seakan-akan asa itu hanya teori belaka, sementara kita hanya diam membisu tak bergerak.
Sahabat, ini Islam. Kedamaian yang tak perlu retorika. Kesejahteraan yang tak butuh modal. Hanya dengan Islam. Bukan yang lain! Ambisi kita hanya satu, menjadi pemuda-pemuda yang ikhlas berjuang atas nama pemilik Islam, Rabbul aalamiin...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar