Siapa yang tidak sibuk di dunia ini? Mustahil kalau ada. Setidaknya kita
sibuk bernafas. Betul kan ya?
Kalimat di atas adalah gurauan yang sebenarnya patut kita renungkan lebih
dalam bagi kita yang mengaku sebagai manusia sibuk sehingga tidak ada lagi
waktu untuk bernafas dan bersenda gurau sekalipun. Itu sama saja kematian bagi
hidup, bila demikian adanya.
Saya mengakui bahwa saya adalah orang sibuk. Kalau dihitung dengan akal sehat, saya ini orang sibuk, bahkan sudah hampir menyamai presiden
sebuah negara. Saya bekerja di pabrik 5 hari
dalam sepekan, mulai dari matahari barusan terbit hingga matahari hampir terbenam kembali. Pada
malam harinya disempatkan juga untuk membaca buku teks, artikel jurnal, buku keislaman,
dan juga untuk menyiapkan tugas-tugas kuliah. Apalgi nanti bila sudah fokus dengan
tesis, waduh, saya bisa mati kesibukan! Hehe. Belum lagi dengan agenda pengajian pekanan dan
agenda pelatihan tahsin di masjid dan rumah-rumah rekan kerja. Kemudian di akhir pekan pun tiada nikmat liburan, karena harus bertarung dengan perkuliahan. Perjalanan
ratusan kilometer saya tempuh sendirian dengan kecepatan tinggi, nyawa sebagai
taruhannya. Kenapa harus berkecapatan tinggi? Jika tidak, saya akan terlambat
memasuki ruang perkuliahan. Bukan soal dimarahi oleh dosen, bukan, tetapi lebih
kepada kerugian dan kehilangan substansi perkuliahan. Percuma kuliah jika hanya
mengikuti materi di ujung waktu. Kuliah mulai jam 19 malam sementara saya baru
datang jam 20.30? Tidak! Itu tidak boleh saya biarkan.
Saya tidak menikmati indahnya libur, inilah saya, manusia sibuk, hahaha…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar