Suatu hari saya tanpa sengaja ‘meniduri’ kaca
mata, eh, entah karena terlalu mengantuk dan akhirnya lepas kendali. Alhasil,
bantalan hidung kaca mata saya lepas, sebelahnya patah, bautnya hilang.
Beberapa hari kemudian saya ke sebuah optik di Kota Jambi dan menanyakan perihal kerusakan kecil
itu. Dengan cepat sang penjaga optik menjawab “O… Nose Pad” (Sambil senyum
karena ‘mungkin’ berhasil keren di hadapan saya dengan istilah asing itu).
Seraya berpikir keras, saya menerjemahkan istilah tersebut dan ternyata bertemu-makna dengan apa yang saya sebut sebelumnya: “Bantalan Hidung”.
Kisah yang juga hampir sama, pernah suatu waktu
mencari selubung tas di sebuah toko di Kota Jambi. Selubung tas ini semacam kain untuk menutup bagian tas rasel, menjaga tas agar tidak kotor ketika dibawa ke lapangan atau perjalanan jauh. Karena kebingungan dan tidak
bertemu barang yang dimaksud, saya langsung memanggil seorang perempuan muda penjaga toko
dan mengutarakan maksud saya mencari selubung tas. “O… Bag Cover” (Sambil
senyum karena ‘mungkin’ berhasil keren di hadapan saya dengan istilah asing yang diketahuinya itu). Nah, sehebat apakah asing itu?
Saya bukan seorang yang anti asing tanpa
perhitungan dan logika. Kalau soal dua kisah tadi saya pikir ini sudah akut-wal-kronis.
Dengan senyuman puas ‘berhasil keren’yang ditampakkan itu, saya menangkap bahwa asing adalah hebat,
dan segalanya, termasuk istilah-istilahnya. Saya sedikit belajar bahasa tubuh
dan juga tentang psikologi, dari senyum puas yang diberikan kepada saya teah tampak
bahwa mereka hebat dan saya memang 'ndeso', tidak tahu istilah. Padahal itu tidak lebih hanya
sebagai penerjemahan belaka. Mengapa tidak menyebut saja bantalan hidung,
mengapa tidak menyetujui saja istilah saya: selubung tas??? Hebatkah dengan “nose
pad” atau “bag cover” tadi? Weleh weleh, sekali lagi, sehebat apakah asing itu? Saya mau tanya sekarang juga, hehe.
Ada banyak hal-hal sederhana yang kita buat menjadi amat rumit dalam hidup kita. Kerumitan itu semakin menambah beban kehidupan kita
yang dari dahulu juga memang sudah tidak sedikit rumitnya. Bertambah dan bertambah rumit lantaran kita yang
ingin disebut keren dan hebat. Asing oh asing.
Wallahu a’lam. Semoga kisah ini menginspirasi
dan bermanfaat, amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar