Seiring dengan berjalannya waktu, boleh jadi
idealisme yang pernah ada semakin lama semakin pudar, dan entah mungkin suatu
saat nanti tidak bersisa sama sekali. Bila ini terjadi, untuk apa
berpayah-payah bertahun dididik dalam suasana ketertundukan. Susah dibayangkan
bila seseorang yang tadinya sangat ‘kuat’, lalu tiba-tiba berhenti mengarungi
samudera perjuangan, tenggelam. Sulit dibayangkan namun kenyataan yang terjadi
selalu begitu. Faktor kelelahan, kebosanan, dan tidak adanya orang-orang yang
mengingatkan di sekeliling.
Idealisme itu apa? Ini yang perlu didudukkan
sebelum kita mencari tahu apa faktor yang mampu membuatnya bertahan.
Sebagaimana kata lain berakhiran –isme yang sering kita dengar, idealisme juga
sebuah pemahaman atau keyakinan utuh tentang perlunya dan semangat berjalan di
atas hal-hal atau cara-cara ideal. Ideal itu sesuatu yang sempurna, sejalan
dengan kehendak yang baik. Nah, mungkin agak sedikit teoritis ya?!
Ideal bagi seorang muslim adalah ketika segala
hal berjalan menurut ketetapan Allah. Kondisi ideal telah digariskan syariat
dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Idealisme seorang muslim adalah
pemahama utuh (sesuatu yang diilmui dan diamalkan) tentang hal-hal ideal
beragama, berkeyakinan sesuai dengan tuntunan Allah. Idealisme muslim adalah
sesuatu yang dapat dibentuk, dibina, dikokohkan di dalam diri.
Seseorang yang awalnya memiliki idealisme,
tangguh dan masif, namun akhirnya harus menanggung derita karena terbakarnya
idealisme. Tantangan zaman dan ancaman perang pemikiran bisa saja membuat
semuanya hilang. Lalu apa yang perlu dilakukan sebelum hal itu terjadi?
Setidaknya tidak terjadi pada diri sendiri? Berikut saya sampaikan secara
singkat dan sederhana.
Pertama, perbaiki niat. Selalu ingat bahwa
hidup kita adalah untuk Allah. Tidak ada yang paling bertanggung jawab tentang
jalan hidup kita selain diri kita sendiri. Hidup di dunia hanya sementara dan
kepada Allah kita kembali. Kita hanya punya satu tujuan, satu jalan menuju
tujuan, Allah. Segala macam pengganggu jalan idealisme, abaikan! Ingat Allah,
Allah, Allah. Allah dulu, Allah lagi, Allah terus.
Kedua, waspadai lalainya diri dalam permainan.
Dunia diciptakan penuh permainan. Jangan sampai permainan mempermainkan diri
kita. Selalu waspada bila suatu saat diri terlalaikan oleh hal-hal yang menipu,
sesaat dan fana. Dewasa ini banyak orang yang dipermainkan oleh permainan.
Awalnya ia mempermainkan permainan tetapi lama-lama malah permainan itu sendiri
yang mempermainkan dirinya.
Ketiga, tunjukkan prestasi di hadapan Allah.
Kerjakan amal-amal kecil, rutin, dan menyemangati kehidupan diri sendiri.
Banyak amal-amal baik yang ringan dan amat mudah dilakukan. Ini sangat
menyenangkan hati dan teruslah pertahankan. Dengan ini akan mengukir kebanggaan
tersendiri di hadapan Allah bahwa kita memang layak menyandang idealisme.
Keempat, komunikasikan segala rencana-rencana
baik kita dengan sahabat-sahabat di sekeliling. Semoga dengan dukungan mereka
akan membuat idealisme kita tetap bertahan, kuat dan tak tergoyahkan. Suatu
saat mulai hilang, mereka adalah orang pertama yang mengingatkan kita.
Kelima atau terakhir, berdoalah kepada Allah
agar ketaatan tetap bersinar dari diri kita. Cahaya Allah menaungi hidup kita.
Kekuatan penuh dicurahkan oleh Allah untuk kita dalam mengarungi segala
perjuangan hidup. Ya Muqallibal Qulub, Tsabbit Qulubana ‘Ala Dinika. Ya
Musharrifal Qulub, Sharrif Qulubaa ‘Ala Tha’atika. Birahmatika Ya Arhamar
Rahimin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar