Bismillah,
Sahabat pembaca yang baik hati. Izinkan saya
menyampaikan salah satu penghayatan saya, diri sendiri, terhadap satu kalimat
dari Al Qur’an: “La yukallifullahu nafsan illa wus-aha”, Allah tidak
membebankan seorang hamba kecuali menurut kesanggupannya. Ini ayat sudah banyak
kita yang hafal, sudah banyak, sudah sering dibaca malah. Ini saya baca dari
akhir Surat Al Baqarah yang sering kita jadikan bacaan dzikir , terutama pada
pagi dan petang kita. Suatu ayat yang tidak asing lagi dan umumnya kaum muslim
sudah menghafalnya. Jika belum hafal, maka hafalkan sekarang juga.
Ini bukan kajian tafsir, bukan. Saya belum
berkapasitas sebagai seorang ahli tafsir, lha wong bahasa Arab saja, saya tidak
mengerti, apalagi bila ditanya jumlah hafalan Qur’an dan hadits, sedikit sekali.
Kali ini saya hanya mencoba menyampaikan tentang suatu hal yang saya pahami
dari ayat tersebut, terutama dengan urusan rezeki dan jodoh. Suit-suit-suit…! :-)
Rezeki dan jodoh pada hakikatnya adalah sebuah
amanah, sebuah ‘beban’ yang dipikulkan kepada seorang hamba Allah. Mengapa
tidak? Sebab yang namanya rezeki selalu ada tuntutan-tuntuta yang mengikutinya,
demikian juga dengan jodoh (ditambah juga dengan anak), ialah suatu ‘beban’
yang dipikulkan pada diri seorang hamba.
Nah, yang menarik untuk dikaji adalah mengapa
banyak orang yang sangat sulit dalam meraih rezeki, pun juga dalam urusan mencari
jodoh? Semua kembali pada ayat tersebut, ternyata mereka (para pencari-red) ini
adalah orang-orang yang memang belum sanggup, belum layak, belum pantas memikul
beban-beban itu. Kita punya hp (ponsel), rezeki, itu karena Allah tahu betul
bahwa kita memang layak dan pantas punya hp. Kita punya jam tangan (agak mahal
sedikit, barangkali), rezeki, itu karena Allah sangat tahu bahwa kita memang
pantas memiliki hp dan sanggup melekatkannya di lenga, sanggup pula membeli
baterai pengganti bila itu jam berbaterai. Semua adalah soal kepantasan memikul
beban. Hanya bagi mereka yang sanggup yang akan diberi Allah.
Beban tidak selamanya berkonotasi negatif, “beban”
juga dalam makna positif semisal rezeki dan jodoh tadi. Tidak mungkin Allah
memberikan isteri dan anak kalau kita tidak layak memilikinya, jika kita tidak
mampu memikul amanah sebagai suami dan ayah. Tidak mungkin. Hanya mereka yang
pantaslah yang diberi beban, diberi amanah, diberikan tuntutan-tuntutan yang
lebih. Tidak mungkin Allah memberikan kita sebuah motor jika kita tidak pantas
punya motor, jika uang membeli bensin saja tidak ada, bagaimana bisa Allah beri
motor? Bagi yang memiliki motor adalah mereka yang Allah yakin bahwa
orang-orang ini adalah sanggup memelihara motor tersebut, sanggup merawatnya,
sanggup dan pantas disebut sebagai pemilik motor.
Oleh karena itu wahai sahabat, marilah kita memantaskan
diri agar dianggap Allah sebagai orang yang sanggup memikul beban. Bekerjalah,
berikhtiarlah, sebab itu adalah bagian dari tawakkal penuh kepada Allah. Hanya
orang-orang yang beriman saja yang sempurna tawakkalnya, selain itu tidak,
melainkan mereka berputus asa!
Tebing Tinggi, Desember 2012, sepulang Shubuhan
dari Masjid Al Jihad, Kompleks PT. Lontar Papyrus Pulp and Paper Industry,
Jambi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar