Mari Berikhtiar Akademik…
Kalau ada istilah revolusi akademik beberapa tahun yang lalu dimunculkan. Entah itu hasil ‘konsorsium’ para ADK atau pun bukan, terserah. Yang penting bagi kita, istilah itu ditujukan bagi mereka (Baca : ADK / Aktivis Dakwah Kampus) yang ingin merevolusi akademik. Untuk sekali ini kita tingkatkan istilah itu…, atau kita ganti dengan kalimat ikhtiar akademik…, atau ikhtiar ilmi… (Academic Effort). Ini adalah salah satu bentuk ikhtiar kita untuk meningkatkan prestasi akademik, mengungguli segala prestasi yang pernah ada dalam hidup kita. Bersama menghidupkan dakwah dengan prestasi akademik. Tentu, bukan secara infiradiy saja (individual) melainkan berupa ikhtiar jama’i (komunal). Lalu bagaimana selanjutnya?
Sebelum terlalu jauh berbicara, kita kupas dulu tentang prestasi akademik. Prestasi akademik hanyalah bagian kecil dari kesuksesan, demikian disampaikan Ibu Dr. Hj. Safni, M.Eng (Dosen Kimia FMIPA UNAND, pakar kimia analitik alumnus Gifu University, Japan) di dalam acara Talkshow Heart to Heart yang diadakan oleh Departemen Keputrian FSI FMIPA UNAND bekerjasama dengan Departemen Keputrian FKI Rabbani UNAND, Sabtu, 15 Desember 2007. (Sst : JHD menjadi moderator lho…! Tapi sayang, JHD agak amatiran, bukan moderator professional, he he he). Oh iya, prestasi akademik itu adalah sebagian kecil dari kesuksesan. Masih banyak sisi kesuksesan lain yang harus kita lihat, taqwa misalnya. Walaupun demikian seharusnya kita terus menerus mamacu dan mengerahkan ikhtiar kita untuk berprestasi.
Sahabat pembaca yang budiman, yang kami maksudkan dengan ikhtiar akademik adalah seluruh upaya yang kita lakukan untuk memperoleh prestasi akademik. Bayangkan, ketika setiap ADK memiliki prestasi akademik yang spektakuler, niscaya dunia kejahilan akan iri pada kita (Baca : ADK). Sandaran persepsi selalu tertuju pada kita. Dunia pendidikan adalah salah satu wadah berprestasi. Bagi mahasiswa, boleh saja ia bercita-cita melanjutkan studi sampai ke tingkat doktoral, ini adalah salah satu ikhtiar akademik…
Baiklah, sepertinya kalimat terakhir dalam paragraph di atas adalah yang kita tuju dalam pembahasan kali ini. Bagaimana tip nya? Afwan jiddan, ini tip adalah tip belaka. Pembuktian secara pribadi masih belum ada, karena kami belum pernah berprestasi!
Beberapa waktu yang lalu, sambil menunggu mahasiswa yang mengambil kuliah English I, di depan ruang kuliah terlihat ada percakapan serius tapi santai antara dua orang. Siapa mereka? Salah satunya adalah Prof. Dr. Abdi Dharma (Dosen Kimia FMIPA UNAND, pakar biokimia/enzim lulusan New Mexico University, USA). Yang satu lagi adalah JHD (He he he, mau tahu siapa dia? JHD, mahasiswa Kimia FMIPA UNAND, asisten Dosen Bahasa Inggris bimbingan Prof. Dr. Abdi Dharma). Perbincangan itu menuju pada suatu titik, ikhtiar akademik, serta membuahkan beberapa keterampilan teknis berbasis teori, ini dia :
- Jika mau kuliah S-2 ke luar negeri, silakan upgrade terus kemampuan English-mu (written and spoken)
- Jika mau ke kuliah S-2 luar negeri, jalin hubungan dengan professor dari luar negeri… Untuk apa? Jawabannya panjang… Ketika professor tersebut telah lama mengenal kita, kesungguhan kita, beliau kemungkinan besar mau mempercayakan kita… Mau memberi ‘amanah’ pada kita. Beberapa usaha yang boleh jadi beliau usahakan adalah menghubungi pihak universitas (college) tempat Ia bekerja, mengusulkan nama kita, mencarikan beasiswa untuk kita, menghubungi rekannya yang ada di Indonesia untuk mempermudah proses keberangkatan kita ke luar negeri… dll. Perlu diperhatikan, berkomunikasi dengan maksud ‘ta’liful qulub’ dengan ‘orang luar’ banyak syarat yang dibutuhkan, banyak ‘culture’ yang berbeda dari kita di sini… Itu perlu juga untuk kita pelajari.
Nah ini contohnya, JHD sering berkomunikasi dengan Prof. Dr. Sinichi Itsuno (Faculty of Material Sciences, Gifu University, Japan). Ini salah satu kutipan dari beberapa surat balasan beliau pada JHD.
Kalau ada istilah revolusi akademik beberapa tahun yang lalu dimunculkan. Entah itu hasil ‘konsorsium’ para ADK atau pun bukan, terserah. Yang penting bagi kita, istilah itu ditujukan bagi mereka (Baca : ADK / Aktivis Dakwah Kampus) yang ingin merevolusi akademik. Untuk sekali ini kita tingkatkan istilah itu…, atau kita ganti dengan kalimat ikhtiar akademik…, atau ikhtiar ilmi… (Academic Effort). Ini adalah salah satu bentuk ikhtiar kita untuk meningkatkan prestasi akademik, mengungguli segala prestasi yang pernah ada dalam hidup kita. Bersama menghidupkan dakwah dengan prestasi akademik. Tentu, bukan secara infiradiy saja (individual) melainkan berupa ikhtiar jama’i (komunal). Lalu bagaimana selanjutnya?
Sebelum terlalu jauh berbicara, kita kupas dulu tentang prestasi akademik. Prestasi akademik hanyalah bagian kecil dari kesuksesan, demikian disampaikan Ibu Dr. Hj. Safni, M.Eng (Dosen Kimia FMIPA UNAND, pakar kimia analitik alumnus Gifu University, Japan) di dalam acara Talkshow Heart to Heart yang diadakan oleh Departemen Keputrian FSI FMIPA UNAND bekerjasama dengan Departemen Keputrian FKI Rabbani UNAND, Sabtu, 15 Desember 2007. (Sst : JHD menjadi moderator lho…! Tapi sayang, JHD agak amatiran, bukan moderator professional, he he he). Oh iya, prestasi akademik itu adalah sebagian kecil dari kesuksesan. Masih banyak sisi kesuksesan lain yang harus kita lihat, taqwa misalnya. Walaupun demikian seharusnya kita terus menerus mamacu dan mengerahkan ikhtiar kita untuk berprestasi.
Sahabat pembaca yang budiman, yang kami maksudkan dengan ikhtiar akademik adalah seluruh upaya yang kita lakukan untuk memperoleh prestasi akademik. Bayangkan, ketika setiap ADK memiliki prestasi akademik yang spektakuler, niscaya dunia kejahilan akan iri pada kita (Baca : ADK). Sandaran persepsi selalu tertuju pada kita. Dunia pendidikan adalah salah satu wadah berprestasi. Bagi mahasiswa, boleh saja ia bercita-cita melanjutkan studi sampai ke tingkat doktoral, ini adalah salah satu ikhtiar akademik…
Baiklah, sepertinya kalimat terakhir dalam paragraph di atas adalah yang kita tuju dalam pembahasan kali ini. Bagaimana tip nya? Afwan jiddan, ini tip adalah tip belaka. Pembuktian secara pribadi masih belum ada, karena kami belum pernah berprestasi!
Beberapa waktu yang lalu, sambil menunggu mahasiswa yang mengambil kuliah English I, di depan ruang kuliah terlihat ada percakapan serius tapi santai antara dua orang. Siapa mereka? Salah satunya adalah Prof. Dr. Abdi Dharma (Dosen Kimia FMIPA UNAND, pakar biokimia/enzim lulusan New Mexico University, USA). Yang satu lagi adalah JHD (He he he, mau tahu siapa dia? JHD, mahasiswa Kimia FMIPA UNAND, asisten Dosen Bahasa Inggris bimbingan Prof. Dr. Abdi Dharma). Perbincangan itu menuju pada suatu titik, ikhtiar akademik, serta membuahkan beberapa keterampilan teknis berbasis teori, ini dia :
- Jika mau kuliah S-2 ke luar negeri, silakan upgrade terus kemampuan English-mu (written and spoken)
- Jika mau ke kuliah S-2 luar negeri, jalin hubungan dengan professor dari luar negeri… Untuk apa? Jawabannya panjang… Ketika professor tersebut telah lama mengenal kita, kesungguhan kita, beliau kemungkinan besar mau mempercayakan kita… Mau memberi ‘amanah’ pada kita. Beberapa usaha yang boleh jadi beliau usahakan adalah menghubungi pihak universitas (college) tempat Ia bekerja, mengusulkan nama kita, mencarikan beasiswa untuk kita, menghubungi rekannya yang ada di Indonesia untuk mempermudah proses keberangkatan kita ke luar negeri… dll. Perlu diperhatikan, berkomunikasi dengan maksud ‘ta’liful qulub’ dengan ‘orang luar’ banyak syarat yang dibutuhkan, banyak ‘culture’ yang berbeda dari kita di sini… Itu perlu juga untuk kita pelajari.
Nah ini contohnya, JHD sering berkomunikasi dengan Prof. Dr. Sinichi Itsuno (Faculty of Material Sciences, Gifu University, Japan). Ini salah satu kutipan dari beberapa surat balasan beliau pada JHD.
Dear Mr. Daeli:
Thank you for your message. I am sending our recent publications. I hope you are interested in organic chemistry...
With regards,
Shinichi Itsuno
Toyohashi University of Technology, Japan
Selain itu, ada lagi yang perlu kita perhatikan sebagai berikut :
- Jika mau kuliah S-2 ke luar negeri, belajar yang sungguh. Raih Indeks Prestasi Kumulatif yang tinggi, bermartabat (diraih dengan kejujuran, tidak ‘nyontek saat ujian, ‘jiplak mulut’, dsb)
- Jika mau kuliah S-2 ke luar negeri, tingkatkan kecintaan pada dunia penelitian. Dunia yang penuh tantangan, kesukaan untuk ingin tahu dan mencari tahu. Biasakan meneliti, minimal dengan riset-riset sederhana
4 (empat) poin uraian di atas memang sangat teoritis. Tapi ini kami katakan sebagai sebuah keterampilan berbasis teori. Mau paham atau tidak, terserah! Kami hanya memotivasi, selamat berikhtiar akademik, berprestasi untuk melanjutkan studi ke luar negeri. Ikhtiar akademik harus komunal, tidak indivisual dan parsial. Bagi yang berlebih mari berbagi untuk yang kurang dan 'hijau'. Mari menggalakkan kembali kaderisasi ulama sain. Ulama kimia yang Hafizh Qur'an dan paham Fiqh. Jangan lupa, selalu luruskan niat hanya karena Allah, visinya dunia dan akhirat, demi kemuliaan dan kejayaan Agama Allah semata…, bukan untuk pribadi saja.
(Teriring Salam Ikhtiar 'Ilmi dari seorang Dr. Jul Hasratman Daeli, M.Sc, insya Allah)
2 komentar:
insyaAllah akhiy,...
semoga kita sukses menggapai cita2 kita dan membuat bangga ummat ini. sehingga Izzah Islam kembali berjaya...
Hmmm....
InsyaAllah
Posting Komentar