Inilah salah satu kuasa mutlak Allah. Ia adalah hidayah. Sembari mengutip Q.S. 28 : 56, “Innaka Laa Tahdii Man Ahbabta, Walakin Allaha Yahdii Man Yasya, Wa Huwa A’lamu bilmuhtadin : Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak mampu memberi hidayah (sekalipun) bagi orang yang engkau cintai, akan tetapi Allah lah yang memberi hidayah, dan Ia tahu siapa yang pantas diberi hidayah”. Ayat ini menegaskan pada kita bahwa seorang manusia, bahkan Rasulullah sekalipun, tidak mampu memberi hidayah. Sejatinya, hidayah itu hanya ada di genggaman Allah saja. Kita hanya sebagai perantara saja, ISTANA, atau segala hal ikhtiar yang ‘lain-lain’ hanyalah wasilah untuk menghantarkan hidayah itu.
Siapapun kita, ketika ditanyakan oleh Allah siapakah yang ingin kita pilih mendapatkan hidayahNya… Serentak kita menjawab : Ya Allah, aku ingin engkau memberi hidayah pada ibundaku, ayahandaku, saudara-saudaraku, dekat atau jauh, karib kerabatku… sahabat seperjuanganku, adik-adik angkatanku, mereka adalah orang-orang yang kucintai ya Allah… Aku ingin memberi hidayah pada mereka. Kurang lebih, seperti itulah kiranya ekspresi kita di hadapan Allah jika Ia menawarkan hidayah untuk kita bagi-bagi melalui perantaraan tangan kita. Akan tetapi… sekali lagi : marilah mentadabburi kembali ayat cinta sejati Q.S. 28 : 56, “Innaka Laa Tahdii Man Ahbabta, Walakin Allaha Yahdii Man Yasya, Wa Huwa A’lamu bilmuhtadin : Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak mampu memberi hidayah (sekalipun) bagi orang yang engkau cintai, akan tetapi Allah lah yang memberi hidayah, dan Ia tahu siapa yang pantas diberi hidayah”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar