Sahabat, sangat ingin sekali aku mencurahkan kesejatian cinta batinku untukmu. Betapa diri ini amat mencintaimu karena Allah. Semoga dengan seuntai tulisan sederhana ini, dapat meningkatkan rasa cinta yang megah itu di antara kita.
Bertahun, inilah interval waktu yang tidak terlalu lama untuk membina dan meningkatkan kafa’ah. Begitu pula dengan kebersamaan, ia ibarat tali yang terikat kuat, semakin dan semakin kuat. Melintasi deduri kehidupan yang seringkali mendatangkan pujian. Sesekali mencipta gentar di jiwa, ragu untuk terus berjuang, takut bila perjuangan salah jalur. Khawatir bila niat-niat ternodai dengan setitik noda riya. Astaghfirullah.
Sahabat, kesucian amal adalah kenisbian, namun jangan sampai berujung pada kata henti, senoktah titik makro untuk perjuangan, mewarnai ujung sempitnya. Belajarlah dari kehidupan, kita lahir karena kompetisi dahsyat antara bibit yang saling mengungguli. Toh, kesombongan tak pernah hadir di dalam diri kita. Itu terjadi karena kita menganggapnya bagian dari ketetapan, bagian dari kebiasaan. Lalu, mengapa kita harus ragu bila segenap tekun jiwa kita untuk dekat bersama Al-Qur’an dianggap sebagai bentuk amal yang berlebihan? Sungguh, mencintai Al-Qur’an tidak ada ruginya. Ia mampu menyelamatkan kita di hari akhir kelak, percayalah. Ini bukan kebohongan.
Sahabat, sekali lagi ingin terucap bahwa kesejatian cinta batinku telah berikrar setia untuk selalu dan terus selalu mencintaimu karena Allah. Semoga dengan seuntai tulisan sederhana ini, dapat meningkatkan derajat rasa cinta itu di antara kita, menjadi abadi sampai kapanpun… Sekedar mengulang kenangan, mengundang semangat baru.
“Teriring salam untuk sahabat-sahabat yang pernah bersamaku dalam Majlis Tahfizh Al-Qur’an Ustadz Muhammad Amin (Alhafizh) dan Majlis Tahsin Al-Qur’an, Ustadz Qomaruddin, S.IQ. Tetaplah, menetapi cita-cita mulia itu, meski sepi sendiri, tidak seramai yang kita inginkan!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar