SELAMAT DATANG DI SITUS BLOG HADZIHI SABILI - JEHADEMUSA

Minggu, 06 Januari 2008

BUKAN BASA BASI (Pesan Untuk Kaderisator)

“Subhanallah, jangan macet di follow upnya, ruhiyah ikhwah harus di upgrade, bukan sekedar basa-basi, karena budaya tarbitah dzatiyah kita sangat lemah. Yang tidak memiliki tidak akan bisa memberi. Perhatikan regenerasi, karena sedikit yang peduli”

Kalimat-kalimat sederhana di atas adalah salah satu dari serangkain sms dari salah seorang ADK senior di FMIPA UNAND… Mari kita obrolkan satu persatu pada kesempatan ini… Baca ya…

Subhanallah. Ini adalah dzikir yang istimewa. Tak kalah dengan Alhamdulillah dan Allahu Akbar. Bacaan ini adalah dzikir 33 yang dibaca pertama sebelum tahmid dan takbir. Subhanallah. Bahkan tak sedikit surah Al Qur’an yang dimulai dengan dzikir ini, tasbih, yusabbihu lillahi…, sabbaha lillahi, dan seterusnya. Tasbih, menyucikan nama Rabb yang maha suci. Bukan berarti tanpa tasbih yang kita lantunkan kepada sang Rabb, Ia akan kehilangan kesucianNya. Akan tetapi tasbih yang kita lantunkan adalah wujud keimanan kita terhadap kesucian Rabbul ‘izzati. Bahkan tasbih ini merupakan penentram jiwa-jiwa yang merindukan Rabbnya yang maha suci! Berlipat pahala diberikanNya bagi hamba-hambaNya yang senantiasa bertasbih…

Sahabat pembaca, pesan untuk kaderisator. Begitulah kami menamai pertemuan kita kali ini. Meski sederhana, tak berarti, tak berharga… ia adalah permata yang senantiasa mengikuti kehendak Rabb. Sebagaimana, watawashaw bilhaq… watawashaw bishshabri… Inilah taujih untuk para aktivis dakwah… khususnya para pejuang-pejuang hebat yang sedang memerankan lakon kaderisasi.

Jangan macet di follow up (fu)

Istlah fu ini sudah baku di kalangan ADK, minimal ADK kelas teri seperti kita. He he… FU adalah bukan -galanya namun segala-galanya bersumber dari fu. Dengan fu, insyaAllah cita-cita menjayakan Islam dapat tercapai. Ha! Hanya dengan fu saja? Tentu tidak. Fu hanya awal yang mengawali, penguat yang menguatkan, dan menta indah serta rapi barisan-barisan pejuang, voluntir sejati sepanjang masa. Ahluttarbiyah, harapan pergerakan sepanjang jalan perjuangan…

Mengingat ini sangat urgen, ya… makanya, jangan sampai macet, apalagi berhenti di tengah jalan. Banyak factor yang perlu diperhatikan disini. Salah satu yang penting adalah ‘perhatian’. Pas! Tepat dan pas. Dakwah kita dibangun atas dasar perhatian yang tinggi. Dakwah kita adalah dakwah regenerasi, upaya serius untuk mencetak jiwa-jiwa yang rabbani, menyambung tali generasi, bukan sebaliknya, memutuskannya… Seorang kaderisator diharapkan mampu memberikan perhatian yang besar terhadap mutarabbi atau pemula-pemula. Ini membutuhkan semangat, keuletan, kreativitas dan kesabaran. Tidak mudah memang, namun…………..

Upgrade dengan pendekatan ruhiyah, bukan basa basi!

Betul, ini adalah semangat yang inti. Keutamaan yang pasti pas tanpa basa basi. Semangat, keimanan, dan ruhiyah yang tinggi. Sama! Ketiganya bersaudara… Hampir tak bisa dibedakan satu sama lain, kecuali hanya dengan analisis pembentuk bahasa saja, ketiganya jadi berbeda. Semangat yang tinggi untuk berdakwah ‘show’… ini kadang dan sering membuat kita terlena, kita terbuai hingga melupakan ruhiyah kita sendrir. Ruhiyah semakin dan semakin tercabik-cabik, na’udzubillah. Semangat dakwah ‘show’ yang semacam itu adalah semangat SETAN. Itu bukan semangat yang hakiki, bila sampai lupa dengan kondisi ruh diri pribadi. Orientasinya setan, tentu rewardnya pun akan diperolehnya dari setan, bukan dari Allah.
Astaghfirullah, ampuni kami ya Allah…

Karena budaya tarbiyah dzatiyah kita sangat lemah…

Salah satu penyebabnya, boleh jadi. Kemampuan kita untuk bersungguh-sungguh mendidik diri secara mandiri sangat kurang. Sangat! Banget! Tidak ada kata lain, kecuali kita harus ‘berubah’. Ayo akh, kita berubah. Bukan mengubah fikrahh, manhaj, uslub, yang telah lama baku. Melainkan kembali pada prinsip yang dasar ‘ta’shil’. Back to nature! Kembalikanlah orisinalitas dakwah dan harakah kita. Tarbiyah dzatiyah adalah tarbiyah yang penting dan sangat penting. Keistimewaan tarbiyah ini terletak pada sisi semangat mengubah diri. Hanya Rabb dan diri yang mengetahui prosesnya. Tentu lebih memungkinkan diri kita untuk lebih ikhlas kepada Rabb semata. Makanya bung, tarbiyah dzatiyah terus… terus…. Jangan hanya mau dikomandoi (saja). Karena “…yang tidak memiliki tidak akan bisa memberi”.

Perhatikan REGENERASI

Jangan sampai terabaikan. Regenerasi alias kaderisasi adalah fondasi sekaligus dinding dakwah yang perlu diperkuat. Seringkali kita hanya terfokus pada hal-hal yang tidak substansial. Lebih banyak memperhatikan kemasan dari pada isi. Boleh-boleh saja menge-‘pack’ dengan bersinar, cemerlang, tapi isinya harus tetap mantap. Mengalir… Mencetak generasi yang semakin berkualitas, bukan sebaliknya. Mata rantai generasi jangan sampai putus hanya karena ulah kita, kelalaian dan kemalasan kita…

Ya Allah, jadikanlah kehadiran kami sebagai penghubung tali perjuangan generasi seblum dan sesudah kami. Jangan jadikan kami sebagai pemutusnya…

Sahabat budiman, inilah pesan singkat yang perlu kita camkan, kita amalkan tentunya. Karena… sedikit sekali yang peduli tentang pesan-pesan ini. (Padang, 6 Januari 2008)

Tidak ada komentar:

8 Tulisan Populer Pekan Ini