Sejarah awal, sejarah yang mengawali serba serbi perjuanganku...
Saudaraku, pertemuan kita adalah yang agung di dunia. Aku telah datang untuk turut berikut serta dalam sejarah kehidupanmu. Di kala fajar mulai menampakkan senyum cerahnya, terlihat semangat menggebu, entah darimana datangnya, tiada terkira. Tafsiranku untuk kebersamaan yang beriring semangat itu memunculkan simpulan bahwa kehadiran dan kebersamaan kita adalah berkah, ada sempat-luang yang tersisa untuk berjuang. Mengukir cinta dan persaudaraan di tempat ini, karena-Nya.
Hingga waktupun berangkat. Mengucap pamit, ia melalui ruang-ruang yang amat paripurna tantangannya. Manis nikmat terasa. Kita menjelajahi
Di tengah perjalanan, menuju ujung yang tak pernah berakhir itu, ada setitik noda riya memaksa ikut. Ia ikut, terpaksa, apalagi dengan datangnya pujian bertubi yang tak diundang. Sebenarnya, fitrah diri mengharapkannya. Tak pernah terpikir seperti ini, mewabah. Tadinya setitik. Namun seiring dengan memburuknya penjagaan diri, ia malah mewabah bersaing dengan sel kanker si pembunuh. Siapa yang disalahkan? Salahkan saja sejarah. Sejarah awal yang hanya bisa diam. Sejarah terbukti kuat dan tegar. Lihat saja beratus hingga beribu ensiklopedia kehidupan ditampungnya. Ia merekam segala kisah duka dan suka yang ada. Bila menyalahkan manusia, pastilah terpikir ia tak sanggup menahan beban kesalahan itu.
Saudaraku, tak usah gelisah. Kita tak akan lama di sini. Tiga, empat, limat tahun bukanlah waktu yang lama. Kebersamaan ini bukan abadi. Apapun yang terjadi, semuanya adalah pengalaman berharga. Mengisi sejarah, jalani saja, insyaAllah hari esok akan lebih baik…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar