SELAMAT DATANG DI SITUS BLOG HADZIHI SABILI - JEHADEMUSA

Jumat, 27 Mei 2016

Tegakkan Agama dan Jangan Berpecah Belah

Belajar agama tidak boleh hanya bermodalkan copy paste, apalagi nyari ilmunya lewat Syaikh Google. Kalau mau ngaji yang benar ya sama GURU. Gitu...!

Kalau ngajinya sama google atau mungkin Ngaji sama Tivi, maka akan terlalu mudah untuk mengafirkan sesama saudara, membid'ahkan, mengatakan sesat dan sebagainya.

Oiya satu lagi, Al Quran dan Al Hadits itu tidak boleh hanya dipahami dengan bergantung pada tafsir tunggal, hanya melalui satu metode yang ditetapkan oleh satu ulama tertentu saja.

Berqunut shubuh misalnya. Ulama pun sudah jelas berbeda pendapat tentang ini. Ada yang menganjurkannya dan ada juga yang sebaliknya, melarangnya. Ini soal tafsir teks hadits.

Berdzikir dan berdoa bersama, demikian juga halnya. Ulama berbeda pendapat lagi tentang ini. Lagi-lagi ini soal tafsir teks hadits dan bagaimana menetapkan suatu hukum. Demikian seterusnya, khilafiyah akan terus dan terus bertumbuh.

Akan tetapi menjaga kesatuan barisan umat adalah jauh lebih utama. Ini WAJIB ketimbang mempertahankan pendapat atau fatwa ulama tertentu saja.

Hati-hati Bro, jangan melawan Allah!

Allah telah tegas menyebutkan di dalam Al Quran: TEGAKKAN AGAMA DAN JANGAN BERPECAH BELAH. Misi kita adalah menegakkan agama-Nya, bukan untuk saling berdebat, saling berseteru, bermusuhan dan berpecah belah.

Jika hanya berpegang secara fanatik dengan 1 mazhab, percaya deh, bakal pecah belah. Boro-boro mau menegakkan agama, saling sapa sesama saudara muslim saja tidak.

Kalau penganut agamanya sudah berpecah belah, maka agama bukan malah tegak, justru sebaliknya: RUNTUH. Maka jangan heran jika seorang kafir yang hobi memaki di depan umum akan menjadi pemimpin kalian, akan menjadi orang yang akan melantik juri MTQ. Hehe... Nyata terbukti ada!

Sekali lagi saya ulangi, kalau hanya ngaji ngaji sama tivi, sama radio, terlebih lagi jika ngajinya sama google, percaya deh, gak bakal sampai itu ilmu.

Paling-paling ilmunya ibarat dua titik yang terhubung oleh garis lurus. Ketika ada titik lain terdekat, namun ia tak persis sama satu koordinat maka akan disebut salah itu titik.

Muslim itu muridnya guru, bukan pula muridnya buku.  Karena guru adalah manusia, ia mewarisi risalah, padanya ada tuntunan bukan tontonan layaknya tivi, padanya ada bimbingan, arahan. Guru tak akan pernah diam apabila muridnya salah tafsir atas ilmunya.

Bayangkan saja kalau menuntut ilmu lewat radio dan majalah, Setelah ente denger itu radio atau ente baca itu majalah, lalu tatkala ente meleset persepsinya, menyimpang cara pahaminnya, si radio atau si majalah gak bakal bisa ngomong: HEY, ELU SALAH PAHAM BOS.

Kalau kita punya guru, maka akan berbeda kondisinya. Begitu kita habis dengerin ceramahnya, lalu kita salah persepsi atas ceramahnya, siap-siap aja "dijewer" gara-gara kita salah paham. Bakal ditegur deh, pokoknya. Gak dibiarin sesat sendiri.

Saya pernah mengamati, ada orang yang baru membaca satu lembar artikel di internet, begitu ditutup itu website, kemudian langsung ceramah ke semua orang, berakting layaknya ulama. Sekelas Imam Syafi'i pun dikoreksinya abis... Ngeri!

Oke cukup sekian obrolan kita hari ini. Inti pesan saya adalah jika mau menuntut ilmu maka menuntut ilmu harus lewat guru. Cari ilmu lewat guru, belajar sama guru. Buku, majalah, tivi, radio, google, website, dan instrumen lain hanyalah pelengkap tambahan.

Terima kasih.

Tidak ada komentar:

8 Tulisan Populer Pekan Ini