SELAMAT DATANG DI SITUS BLOG HADZIHI SABILI - JEHADEMUSA

Selasa, 24 Mei 2016

Tujuan Beragama Bukanlah Untuk Saling Berdebat

Kemarin ini saya mengunjungi sebuah pesantren tradisional di kecamatan tempat saya tinggal ini. Lokasinya tidak jauh dari lokasi pabrik yang tiap hari ramai dengan deru mesin, pabrik yang berteknologi tinggi dalam memproduksi bahan kertas tulis dan kertas tisu. Pesantren tradisional ini bernama Pesantren Al-Ikhsan (seharusnya tertulis Al-Ihsan, namun kebanyakan orang menulis huruf “H tipis” dengan huruf “KH”). Pesantren tradisional yang masih menganut cara-cara beragama ala tradisional. Seperti halnya kemarin ini, mereka memperingati Nisfu Sya’ban dengan bermaksud meminta pengampunan dari Allah SWT. Nisfu Sya’ban diyakini sebagai hari penutupan buku amal dan malam itu adalah malam yang spesial untuk melakukan ibadah-ibadah khusus.

Nisfu Sya’ban ini adalah termasuk “cara beribadah” yang terbilang baru dan aneh bagi hidup saya, mengapa? Karena sejak kecil saya telah bersekolah di Madrasah, kemudian belajar ke SD, SMP (SLTP), SMU ( SMA), tidak satupun guru agama saya mengajarkan tata cara beribadah di malam Nisfu Sya’ban ini. Jadi, saya termasuk orang muslim yang terheran-heran dengan tata cara ibadahnya. Intinya pada malam itu ada pembacaan Surat Yasin sebanyak 3 kali. Saya memperhatikan bacaan Yasinnya, mereka membacanya dengan kecepatan penuh, saya mengira itu bukan bacaan Al Quran yang benar lagi, dan mungkin malaikatpun bingung mendengarnya, entah itu bacaan Surat Yasin atau suatu bacaan mantra cepat yang mirip Surat Yasin. Setelah bacaan Surat Yasin, mereka melanjutkannya dengan Shalat Sunnat 2 Rakaat dalam jumlah yang banyak, lagi-lagi dikerjakan dengan ekspres karena mengejar kuantitas rakaatnya.

Di sini saya bukan bermaksud untuk mendiskreditkan tata cara ibadah yang seperti itu. Hanya sekadar menyampaikan pesan bahwa meskipun kita tidak sepakat dengan hal itu, bukan berarti bahwa kita dengan mudah memberi vonis bahwa saudara-saudara kita itu sesat, apalagi sudah berani menyebut mereka sebagai ahli bid’ah yang pantas masuk neraka. Na’udzu billah, vonis yang semacam itu sudah keterlaluan. Saya mengikuti prosesi Nisfu Sya’ban (Baca Yasin) di malam itu hingga selesai. Kemudian diakhiri dengan kegiatan makan malam bersama dengan pimpinan pesantren, para guru dan santrinya.

Saudaraku, kita hidup di atas bumi telah diberikan tuntunan beragama yakni Islam. Sudah sama kita ketahui bahwa tujuan beragama adalah bukan untuk saling memperdebatkan teks-teksnya, melainkan untuk mempertajam keyakinan kita hanya kepada Allah, bertauhid kepada-Nya dan mengimani Nabi Muhammad sebagai tauladan terbaik hingga akhir zaman. Sekali lagi, tujuan beragama bukanlah untuk saling berdebat. Lakukan yang terbaik sesuai dengan keyakinan kita masing-masing, jaga persatuan antara sesama pemeluk agama Islam, agar ia tidak mudah diacak-acak oleh musuh agama.

Tidak ada komentar:

8 Tulisan Populer Pekan Ini