Manusia yang ada hari ini adalah manusia. Tidak
pernah disebut sebagai malaikat. Manusia tetaplah manusia dan kita juga yakin
bahwa malaikat itu tetaplah malaikat sebagaimana keyakinan kita bahwa malaikat
itu ada. Keyakinan kita akan hal ghaib adalah salah satu ciri ketaqwaan.
Tidak ada manusia yang tidak mempunyai
kesalahan dan dosa. Setiap anak keturunan Adam pernah bersalah dan melakukan
kesalahan, sebaik-baik mereka adalah yang bertaubat. Lalu kembali menghadap
Allah dalam jalan yang lurus. Di dalam interaksi kita antar sesama, ada manusia
yang berbuat salah dan kesalahannya itu tampak di hadapan manusia lainnya. Di
saat inilah timbul istilah aib. Aib adalah sesuatu keburukan yang ada pada diri
manusia. Jika kesalahan telah tampak maka itu berarti aibnya telah
tertampakkan.
Manusia-manusia yang dicinta oleh Allah akan
senantiasa dipelihara dan disimpan aibnya oleh Allah. Itulah sebabnya kita juga
sering berdoa agar apapun aib-aib diri kita dipelihara oleh Allah hingga
pertemuan denganNya kelak. Di dalam sebuah nasihat Nabi, beliau melarang kita
untuk membuka aib sesama dan malah mewajibkan untuk menjaganya. Mengumbar aib
saudara kita di hadapan manusia adalah perbuatan tercela seorang muslim.
Barangsiapa yang sanggup menutupi aib saudaranya di dunia maka Allah akan
menutupi aibnya di akhirat kelak, maukah tawaran itu? Jika iya maka peliharalah
aib-aib manusia di sekitarmu.
Lalu bagaimanakah hakikat menutupi aib?
Hakikatnya adalah menjaga agar tidak tampak dan mengubahnya menjadi kebaikan.
Menutupi aib memiliki seni tersendiri, tidak hanya asal tutup. Bagaimana
seninya? Tutuplah aib saudara kita dengan dua cara yaitu dengan menutupnya
melalui pemberian nasihat secara personal kepadanya (tidak melalui media massa
atau publikasi terang-terangan) dan menutupnya dengan ketegasan. Ya, ketegasan!
Intinya adalah dengan nasihat dan ketegasan. Nasihat adalah inti agama. Sebagaimana Rasulullah bersabda bawa agama adalah nasihat, agama adalah nasihat, agama adalah nasihat. Sebanyak tiga kali beliau mengulang kalimat sederhana itu tetapi penuh makna. Jangan anggap kita memiliki banyak saudara jika semua dari saudara-saudara kita itu tak pernah kita berikan nasihat. nasihat berawal dari adanya perhatian dan pengamatan. Indahnya Islam ketika ada nasihat yang lahir dari perhatian kepada sesama muslim.
Selain nasihat, menutup aib juga dengan ketegasan, tetapi tidak juga diartikan sebagai cara mengumbar aib di hadapan umum.
Bukan! Ketegasan adalah dengan memberikan pembelajaran tertentu kepadanya agar
tidak mengulangi lagi kesalahan. Aibnya tetap tertutup dan secara berangsur
berganti dengan kesungguhannya mengerjakan amal-amal kebaikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar