Ada lagi satu jenis shilaturrahim (silaturahmi-Indo version) yang sering dipraktikkan oleh manusia sekitar kita (termasuk saya) yakni membunyikan klakson bila sedang di atas motor dengan maksud ingin menyapa orang lain. Padahal kalau versi Nabi, kalimat sapaan silaturrahmi satu-satunya hanyalah kalimat salam "Assalamu'alaikum...". Penyalahgunaan makna dan fungsi klakson, mungkin saja hanya terjadi di negeri kita saja, Indonesia tercinta kujaga dan kubela. Kita sama mengerti bahwa hari ini bunyi klakson dijadikan sebagai media alternatif dan lumayan atraktif untuk menyalurkan pesan kecintaan dan penghormatan. Duh!
Klakson berasal dari bahasa Inggris (Claxon), artinya saya tidak tahu pasti tetapi secara sederhana dapat dipahami sebagai alat silaturahmi yang digunakan oleh seorang pengendara kendaraan bermotor untuk memberikan pesan peringatan atau suatu alat silaturahmi untuk menyampaikan pesan sapaan (Nah lho!). Sepertinya definisi terakhir, pesan sapaan, inilah yang agak meleset. Orang membunyikan klakson untuk menyapa, sebagai tanda keramahan dan kebaikan, bahkan mungkin juga sebagai penghormatan. Sebagian telah menganggap bahwa klakson dapat menggantikan "Assalamu'alaikum..." Sadar atau tidak sadar, kita sering melakukannya. Setidaknya, klakson dulu baru salam.
Saya tidak mengerti bagaimana bisa ekspansi pemaknaan dan fungsi klakson bisa menjadi seluas itu. Dari Sabang sampai Merauke, klakson dapat berfungsi macam-macam. Tidak sedikit juga orang menggunakan klakson untuk berdagang, ketika seorang penjual ikan atau sayur menjajakan barang dagangannya, ia akan menggunakan bunyi klakson sebagai sinyal bahwa ia telah datang, dan ia ingin menjual sesuatu. Jangan-jangan ini ulah dari modernisasi sehingga klakson berubah makna dan fungsi sebagai sarana komunikasi dan penyambung kasih sayang. Saya khawatir, boleh jadi beberapa tahun lagi klakson akan menjadi mahar. Sehingga muncul istilah:
KUPINANG ENGKAU DENGAN KLAKSON :-)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar