SELAMAT DATANG DI SITUS BLOG HADZIHI SABILI - JEHADEMUSA

Jumat, 01 Februari 2013

Kriminalisasi dan Isterisasi


Sudah tidak asing lagi kalau dalam beberapa tahun terakhir di negeri ini, istilah kriminalisasi sering terdengar di media massa. Saya yang tadinya sangat awam tentang dunia hukum dan kriminal, sekarang menjadi sedikit lebih tahu, paling tidak berani berkomentar meskipun tidak begitu berarti bagi orang-orang cerdas. Komentar saya tentang kriminalisasi tidak banyak, cuma mengatakan bahwa orang-orang sekarang ini sudah semakin cerdas merekayasa suatu keadaan agar orang yang dituju atau ditargetkan terperosok dalam kasus kriminal. Kriminalisasi itu adalah sebuah proses sistemik yang menargetkan seseorang menjadi kriminalis, tetapi tidak dalam keadaaan sebenarnya, tidak benar kriminal.

Beda halnya dengan isterisasi, nah bagaimana pula dengan istilah ini? Memang istilah ini adalah istilah baru, media massa pun belum pernah (setahu saya) menyebutkannya. Mungkin cuma di blog ini saja ada istilah isterisasi. Sama! Sama dengan kriminalisasi. Kalau kriminalisasi adalah proses menuju kriminalis, maka isterisasi adalah proses menuju diperisteri. Perlu dicatat, sebagaimana ciri khas kriminalisasi yaitu tidak sebenarnya maka demikian juga dengan isterisasi, tidak dalam keadaan sebenarnya (intinya hanya main-main, tidak benar serius). Target isterisasi adalah para perempuan, karena tidak mungkin laki-laki bisa jadi isteri.

Kriminalisasi dan isterisasi sudah semakin menjamur. Kalau kriminalisasi banyak muncul di berita televisi maka isterisasi lebih heboh lagi. Mulai dari hotel mewah sampai tepi comberan ada. Tidak perlu media massa untuk mempublikaskannya. Ah, jangan terlalu jauh-jauh berpikir, isterisasi itu disebut orang zaman kini sebagai pacaran. Ia adalah seni sekaligus proses sistemik yang menargetkan seseorang menjadi isteri, tetapi tidak dalam keadaan sebenarnya. Kalau memang untuk jadi isteri, mengapa harus melewati isterisasi?

Tidak ada komentar:

8 Tulisan Populer Pekan Ini