SELAMAT DATANG DI SITUS BLOG HADZIHI SABILI - JEHADEMUSA

Senin, 04 Februari 2013

Istighfar Penyempurna Amal


Pada setiap selesainya umat Islam menunaikan shalatnya, kalimat apa yang pertama kali terdengar? Ya betul, kalimat yang pertama kali mereka ucapkan setelah shalat selesai adalah: “Astaghfirullah”. Itu kalimat istighfar, kalimat mohon ampun kepada sang pemilik ampunan.

Setiap amal di dalam Islam diakhirkan dengan istighfar sebagai permulaan bagi amal-amal berikutnya. Allah selalu memberikan kita kesempatan untuk introspeksi diri pada setiap berakhirnya amal, apakah amal yang baru saja dilakukan telah sempurna atau memang ada yang perlu dibenahi untuk amal-amal berikutnya. Mungkin amal-amal yang baru saja dilakukan masih mengandung cacat, sadar atau pun tidak, mungkin tak sempurna karena sifat dasar manusia itu sendiri yang tak sempurna. Itulah sebabnya kita beristighfar pada akhir sebuah amal. Penyempurna!

Al-Qur’an surat An Nashr secara jelas mengisyaratkan kepada kita tentang urgensi istighfar pada setiap selesainya amal. Di dalam surat tersebut, tampak bagi kita bahwa bukan hanya amal yang berupa ibadah shalat saja yang perlu istighfar. Amal yang melibatkan banyak orang berupa perjuangan dakwah, mengajak manusia ke jalan Allah perlu juga diakhiri dengan istighfar. Apabila telah datang pertolongan dengan kemenangan dan terlihat umat manusia berbondong-bondong menuju agama Allah, istighfar diperlukan di sana, “fastaghfirhu, innahu kana tawwaban”. Mohonlah ampunan pada-Nya, sebab hanya Dia lah yang menerima taubat.

Istighfar adalah kalimat kunci taubat. Ketika taubat telah diikrarkan maka istighfar adalah pembukanya. Persoalan apakah istighfar diucapkan dengan suara nyaring atau suara rendah atau tersembunyi itu dapat menyesuaikan keadaaan. Taubat pada dasarnya merupakan hubungan Allah dan hamba-Nya, tetapi ada kalanya perlu persaksian dari manusia jika amal itu berkaitan erat dan secara langsung berhubungan dengan manusia.

Lihatlah bagaimana proses panjang istighfar dari seorang Ka’ab bin Malik, prosesnya secara jelas ditampakkan di hadapan umat ketika itu. Ka’ab bin Malik melalui proses taubatnya (baca: istighfar) dalam sepengetahuan publik. Adalah Nabi sebagai orang yang menginstruksikan dan pertama kali melakukan publikasi atas istighfar panjang yang dilakukan Ka’ab hingga kemudian Allah menerima taubatnya. Jelas bagi kita bahwa istighfar adalah urusan Allah untuk menerimanya, baik dengan terlibatnya massa ataupun tidak. Sekali lagi, baik dengan terlibatnya massa ataupun tidak.

Perlu dicatat, tidak semua jenis istighfar berasal dari adanya kesalahan yang dilakukan sebagaimana halnya Ka’ab. Istighfar di akhir shalat adalah jenis lain, bukan karena kesalahan tetapi itu sebagai penyempurna. Istighfar pada intinya sebagai sarana yang disediakan Allah bagi kita untuk menyempurnakan amal, baik yang lalu maupun untuk akan datang. Semoga pertolongan dan kemenangan itu semakin dekat (insyaAllah), maka bersiaplah, beristighfarlah.

Tidak ada komentar:

8 Tulisan Populer Pekan Ini