SELAMAT DATANG DI SITUS BLOG HADZIHI SABILI - JEHADEMUSA

Senin, 04 Februari 2013

Mengalahkan Militansi Komunis


Dalam sebuah pelatihan dakwah yang saya ikuti, seorang ustadz bercerita tentang militansi para sahabat Nabi dalam memperjuangkan Islam. Di akhir kisah beliau menambahkan tentang sebuah kisah unik dari Partai Komunis yang pernah ada di Indonesia. Sang ustadz bercerita bukan berarti agar kader dakwah mendukung gerakan komunisme, tetapi hanya sedikit memberikan pelajaran bagaimana militansi para kader-kader komunis di zaman dahulu dalam mempertahankan ideologi komunisme yang mereka yakini sebagai kebenaran.

Saya tidak ingat kisah yang terlalu detil dari tuturan ustadz, cuma sempat mendengar satu bagian cerita saja. Ada percakapan seru antara seorang kader komunis yang tertangkap (tertawan), dimana dalam percakapan tersebut seorang petugas melakukan interogasi dan intimidasi kepada tawanan seraya berkata: “Apakah engkau seorang komunis?”, “Iya, sambil menegakkan kepala” jawab kader komunis tersebut. “Apakah engkau tidak takut kami bunuh”, petugas bertanya kembali. “Tidak, aku telah rela mati bila mati tercatat sebagai komunis”. “Baiklah, kalau begitu, kami tidak memaksamu untuk meninggalkan komunisme, cukup teriakkan saja aku bukan komunis! Itu sudah cukup bagi kami”, demikian petugas melakukan pemaksaan dengan cara halus kepada kader komunis tadi. Lalu apa yang dijawab oleh kader komunis? : “Tidak hanya lidah atau mulutku saja yang komunis, hingga kotoranku pun adalah komunis!”.

Mari renungkan kisah militansi luar biasa yang ditunjukkan oleh kader komunis di atas. Ia membela kebatilan dengan keberanian yang memuncak tapa rasa takut akan kematian. Rasa takutnya telah terlampaui karena dilandasi kecintaan yang tinggi pada ideologi komunisme yang diyakininya benar. Mati pun rela, asal tetap mati dalam komunisme. Lalu bagaimana dengan kita, para kader dakwah yang seharusnya jauh jauh jauh lebih baik dari komunis. Kita memperjuangkan Islam, lantas kita masih ragu, malu, lemah, tidak percaya diri di hadapan para manusia. Lihatlah, orang-orang yang mendukung gerakan kebatilan saja sangat berani, mengapa kita yang mendukung kebenaran tidak lebih baik dari mereka?

Sungguh, jika Allah telah memuliakan hamba-Nya maka tidak ada seorang pun yang mampu menghinakannya. Dan sungguh, jika Allah telah menghinakan hamba-Nya maka tidak ada seorang pun yang sanggup memuliakannya. Menjadi kader dakwah, ialah semulia-mulia manusia karena mereka bergerak berjuang mengajak manusia ke jalan taqwa. Dimana taqwa adalah posisi tertinggi manusia di hadapan Allah, tiada duanya.

Marilah mengalahkan militansi komunis, sebab kita tahu bahwa Islam jauh lebih tinggi di atas komunisme dan ideologi lain di atas bumi ini. Islam adalah satu-satunya “ideologi” mulia karena bersumber dari Yang Maha Mulia. Militansi kader dakwah adalah kekuatan perjuangan dakwah, jika sampai kalah dengan komunis, bagaimana mungkin kemenangan dakwah diberikan Allah?

+++

Written by Jul Hasratman D. Musa
Untuk diperhatikan bahwa kisah tentang percakapan kader komunis dengan petugas di dalam tulisan ini, saya belum mendapatkan sumber yang jelas.Apalagi ketika mendengar ceramah ustadz, saat itu saya hanya ‘sayup-sayup’ mendengarnya (sedang kurang fokus). Mohon bantuan pembaca untuk meluruskan dan memberikan informasi yang lebih akurat. Terima kasih.

Tidak ada komentar:

8 Tulisan Populer Pekan Ini