Dalam sebuah pelatihan dakwah yang saya ikuti,
seorang ustadz bercerita tentang militansi para sahabat Nabi dalam
memperjuangkan Islam. Di akhir kisah beliau menambahkan tentang sebuah kisah unik
dari Partai Komunis yang pernah ada di Indonesia. Sang ustadz bercerita bukan
berarti agar kader dakwah mendukung gerakan komunisme, tetapi hanya sedikit
memberikan pelajaran bagaimana militansi para kader-kader komunis di zaman
dahulu dalam mempertahankan ideologi komunisme yang mereka yakini sebagai
kebenaran.
Saya tidak ingat kisah yang terlalu detil dari
tuturan ustadz, cuma sempat mendengar satu bagian cerita saja. Ada percakapan seru
antara seorang kader komunis yang tertangkap (tertawan), dimana dalam
percakapan tersebut seorang petugas melakukan interogasi dan intimidasi kepada
tawanan seraya berkata: “Apakah engkau seorang komunis?”, “Iya, sambil
menegakkan kepala” jawab kader komunis tersebut. “Apakah engkau tidak takut
kami bunuh”, petugas bertanya kembali. “Tidak, aku telah rela mati bila mati
tercatat sebagai komunis”. “Baiklah, kalau begitu, kami tidak memaksamu untuk
meninggalkan komunisme, cukup teriakkan saja aku bukan komunis! Itu sudah cukup
bagi kami”, demikian petugas melakukan pemaksaan dengan cara halus kepada kader
komunis tadi. Lalu apa yang dijawab oleh kader komunis? : “Tidak hanya lidah
atau mulutku saja yang komunis, hingga kotoranku pun adalah komunis!”.
Mari renungkan kisah militansi luar biasa yang
ditunjukkan oleh kader komunis di atas. Ia membela kebatilan dengan keberanian
yang memuncak tapa rasa takut akan kematian. Rasa takutnya telah terlampaui
karena dilandasi kecintaan yang tinggi pada ideologi komunisme yang diyakininya
benar. Mati pun rela, asal tetap mati dalam komunisme. Lalu bagaimana dengan
kita, para kader dakwah yang seharusnya jauh jauh jauh lebih baik dari komunis.
Kita memperjuangkan Islam, lantas kita masih ragu, malu, lemah, tidak percaya
diri di hadapan para manusia. Lihatlah, orang-orang yang mendukung gerakan
kebatilan saja sangat berani, mengapa kita yang mendukung kebenaran tidak lebih
baik dari mereka?
Sungguh, jika Allah telah memuliakan hamba-Nya
maka tidak ada seorang pun yang mampu menghinakannya. Dan sungguh, jika Allah
telah menghinakan hamba-Nya maka tidak ada seorang pun yang sanggup memuliakannya.
Menjadi kader dakwah, ialah semulia-mulia manusia karena mereka bergerak
berjuang mengajak manusia ke jalan taqwa. Dimana taqwa adalah posisi tertinggi
manusia di hadapan Allah, tiada duanya.
Marilah mengalahkan militansi komunis, sebab
kita tahu bahwa Islam jauh lebih tinggi di atas komunisme dan ideologi lain di
atas bumi ini. Islam adalah satu-satunya “ideologi” mulia karena bersumber dari
Yang Maha Mulia. Militansi kader dakwah adalah kekuatan perjuangan dakwah, jika
sampai kalah dengan komunis, bagaimana mungkin kemenangan dakwah diberikan
Allah?
+++
Written by Jul
Hasratman D. Musa
Untuk diperhatikan bahwa kisah tentang
percakapan kader komunis dengan petugas di dalam tulisan ini, saya belum
mendapatkan sumber yang jelas.Apalagi ketika mendengar ceramah ustadz, saat itu
saya hanya ‘sayup-sayup’ mendengarnya (sedang kurang fokus). Mohon bantuan
pembaca untuk meluruskan dan memberikan informasi yang lebih akurat. Terima
kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar