Bang Isra Maizal dan Uda Yuan Thohari + Mas Lei (Tidak Doyan Foto) (They are my teachers, best friends, and colleagues) |
Setelah lebih dua tahun bekerja (baca: “menderita”)
di laboratorium (2009 – 2011), akhirnya saya dimutasikan ke bagian administrasi,
kerennya boleh disebut sebagai Quality Assurance Staff atau juga lebih populer
dikenal sebagai ISO Team di perusahaan tempat saya bergabung. Sejak 26 Juli
2011, saya sudah mulai berkantor di ruangan itu yakni di kantor penjaminan
mutu, riset dan pengembangan. Alhamdulillah, hampir satu setengah tahun menjadi
orang kantoran hingga hari ini 3 Januari 2013, berangkat pagi, istirahat siang,
dan pulang sore. Begitulah dinamika hidup saya selama lima hari dalam sepekan,
kecuali tanggal merah, ya pasti libur. Suka duka telah dialami, meski sukanya
lebih banyak dari pada duka. Sekali lagi, alhamdulillah.
Ini tidak lain atas rahmat Allah dan oleh kebaikan
orang-orang di sekitar saya. Setelah satu setengah tahun bersama, saya akhirnya
mulai menganalisis beberapa orang manusia di dalam Quality Assurance Team ini,
hingga saya meraih beberapa pokok-pokok kesimpulan yang akan saya paparkan
secara singkat di dalam tulisan di bawah ini.
Pertama, saya memiliki kolega yang muda dan
berjiwa muda, visioner, dan daya analisis yang tajam. Mereka lahir sebagai manusia yang serius tetapi pandai bercanda. Inilah yang membuat suasana kantor tidak beku.
Kedua, saya dianugerahi para sahabat yang baik. Sejauh saya memahami, hingga saat ini saya tidak pernah celaka atau mendapati kerugian akibat perbuatan sengaja atau tidak sengaja dari mereka. Inilah yang membuat saya semakin yakin bahwa di kantor ini saya memiliki sahabat. Alangkah lebih saya setujui bila mereka disebut saudara.
Kedua, saya dianugerahi para sahabat yang baik. Sejauh saya memahami, hingga saat ini saya tidak pernah celaka atau mendapati kerugian akibat perbuatan sengaja atau tidak sengaja dari mereka. Inilah yang membuat saya semakin yakin bahwa di kantor ini saya memiliki sahabat. Alangkah lebih saya setujui bila mereka disebut saudara.
Ketiga, saya juga berguru setiap saat kepada mereka. Keberuntungan bagi saya adalah memiliki
guru yang siap mengajari saya di sela-sela kesibukan mereka mengurus pekerjaan masing-masing. Inilah yang membuat saya kadang bolak balik mendekati
meja kerja mereka, berjalan dari meja kerja saya ke arah meja mereka, sembari
bertanya sesuatu, apapun itu. Suatu yang mungkin mereka tidak amati tentang
cara bagaimana saya berguru pada mereka dan memposisikan mereka setingkat di atas
saya.
Pokoknya, saya di kantor memiliki kolega
sekaligus sahabat. Senantiasa membimbing dan mengajari saya tentang banyak hal,
tentang kantor dan non-kantor. Mereka adalah guru saya, serius, saya sedang
berterus terang tentang apa yang saya alami dan rasakan. Alhamdulillah.
Ini catatan spesial
buat Bang Isra Maizal (Seorang guru dan sahabat yang cerdas, taat, adaptif dan
humoris. Tidak benar kalau beliau kolega saya, sebetulnya atasan saya), Uda Yuan Thohari (Seorang kolega, guru, dan sahabat yang terposisikan
dirinya sebagai “uda kandung”, cerdas dan rendah hati, sederhana dan kreatif. Bagaimana menjadi pemaaf, belajarlah darinya),
Mas Legiono (Seorang guru, sahabat, dan kolega yang solutif, berjiwa
ke-Bapak-an (jika tak boleh menyebutnya ke-Ibu-an), cerdas dan solutif). Dan
saya bersaksi bahwa mereka adalah orang-orang baik. Beruntunglah para muslimah dan
orangtuanya yang telah menerima lamaran
mereka. Saya jamin!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar