SELAMAT DATANG DI SITUS BLOG HADZIHI SABILI - JEHADEMUSA

Rabu, 09 Januari 2013

Hemat (Energi) Pangkal Kaya

Jika kita seorang intelektual dan memahami bahwa hemat adalah sebuah kekuatan, tidak ada lagi alasan bagi kita untuk tidak berhemat. “Berhemat itu pangkal kaya”, sebagaimana banyak para tetua kita sering menasihati melalui pepatah tersebut, meskipun sebagian orang menganggap pepatah itu hanya dalam urusan uang saja. Lebih jauh, kita mesti berhemat juga untuk urusan uang dalam bentuk yang lain, ialah ENERGI. Hemat energi itu pangkal kaya.

Energi semakin hari semakin langka. Kelangkaan itu berimplikasi pada kenaikan harga. Mahalnya energi juga akan berdampak pada kenaikan harga-harga lain. Hidup semakin susah, semakin serba mahal. Jika kita boros energi itu artinya kita semakin boros mengeluarkan uang. Bahkan secara global, boros energi juga berakibat pada semakin cepat habisnya cadangan energi kita. Jika habis maka apa yang akan terjadi? Memikirkannya saja sudah ribet, apalagi bila memang benar hal itu terjadi.

Tidak hanya soal harga energi yang semakin mahal, tidak hanya uang dan uang. Energi yang digunakan terlalu boros juga berdampak pada penurunan kualitas lingkungan. Pemanfaatan energi memiliki hubungan yang sangat jelas bagi kita bahwa dari hasil pembakaran materi-materi penghasil energi, akan menghasilkan materi-materi baru yang berbahaya bagi lingkungan bila melebihi ambang batas. Kita sudah tidak asing lagi dengan gas rumah kaca dan efek yang ditimbulkannya. Para ahli memiliki keyakinan yang amat tinggi bahwa semakin besarnya emisi gas rumah kaca di atas bumi maka semakin memicu pemanasan global, ujung-ujungnya akan terjadilah perubahan iklim signifikan. Nah, kembali lagi ke pemborosan energi. Semakin kita boros energi maka lingkungan akan semakin buruk, kualitas kesehatan semakin menurun, dengan makna lain kemiskinan telah menunggu kita semua. Hemat (Energi) Pangkal Kaya, Percayalah!

Di bawah ini marilah kita simak beberapa hal sederhana tentang penghematan energi. Saya yakin hal ini dengan mudah dapat kita lakukan untuk menghemat energi dalam kehidupan sehari-hari.

Pertama. Gunakanlah lampu listrik di rumah dengan cerdas. Hidupkan lampu listrik bila hari memang sudah benar-benar gelap. Sangat sering kita melihat banyak orang menghidupkan lampu di dalam rumahnya pada pukul setengah 6 sore hari, padahal hari masih terang, belum begitu gelap. Seluruh lampu listrik di seantero rumah dihidupkannya. Perilaku ‘bodoh-energi’ ini tanpa sadar sudah membudaya di tengah-tengah masyarakat kita. Kemudian pada pagi harinya, sebaiknya matikanlah lampu secepat mungkin. Apabila hari sudah mulai sedikit terang, matikan! Jangan tunggu hingga matahari utuh menyinari bumi, barulah lampu listrik dimatikan. Perbuatan menunda mematikan lampu itu juga ‘bodoh-energi’. Berlombalah untuk mematikan lampu listrik pada pagi hari, sepagi mungkin. Jadikanlah ini kebiasaan sehingga akan menjadi sebuah budaya.

Kedua. Biasakan hidup hangat. Jangan menggunakan kipas angin atau AC secara berlebih jika memang tidak terlalu dibutuhkan. Kita seringkali mendapatkan orang yang sengaja bernyaman-nyaman dengan hawa dingin. Sedikit saja panas, AC dihidupkan. Tidak tanggung-tanggung, suhunya di bawah 200 C. Bila merasa sedikit saja hangat, denga cepat kipas angin dihidupkan dengan kecepatan super. Kalau perlu, mungkin orang tipe ini lebih baik sekalian saja tinggal di kutub utara, atau jika ada teknologi kulkas terbaru yang bisa menampung manusia, akan lebih baik jika ia tinggal di dalam kulkas itu. Untuk berhemat energi, mari biasakan hidup hangat. Hangat itu menyehatkan tubuh. Berlama-lama di dalam kondisi dingin akan mempercepat penuaan.

Ketiga. Berwudhu itu prinsipnya bukan mandi! Kita kadang melihat orang berwudhu terlalu lama, entah 5 sampai 10 menit. Bayangkan berapa banyak air yang mengucur dari kran air selama waktu itu? Ingat ya, air itu berkorelasi dengan energi. Air mengalir karena dipompa, ada energi yang bekerja. Kecuali kalau wudhunya di laut atau di dalam danau, lima jam pun berwudhu tak masalah. Berwudhulah sekadarnya, prinsip wudhu itu bukan membersihkan tetapi “menyucikan”. Agaknya di lain kesempatan kita harus berdiskusi tentang perbedaan kedua perintah itu, “membersihkan” versus “menyucikan”.


Saya pikir tiga hal sederhana di atas sudah cukup. Seandainya saja jutaan orang tersadar dan mengamalkan hal di atas, tentu saja pemborosan dapat dikendalikan. Habisnya cadangan energi dunia setidaknya dapat kita perlambat. Mari berhemat dalam menggunakan energi, niscaya kita akan kaya. Negeri yang penduduknya hemat energi akan membawa kepada kemakmuran. Sekian!

Tidak ada komentar:

8 Tulisan Populer Pekan Ini