Ini adalah lanjutan cerita saya
tentang almarhum Ustadz Farhan dari postingan sebelumnya: Ustadz Farhan, Mengenangmu Kembali (Bagian 1).
+++++
Dan kemudian terjadilah perkenalan
secara lebih dalam, antara saya, akh Taufiq, dan Ust. Farhan. Perkenalan kami
sore itu terjadi di bulan Ramadhan. Wajar bila perkenalannya pun seadanya,
tidak pajang lebar karena khawatir mendekati maghrib, waktu berbuka puasa. Saya
menyampaikan maksud bahwa kami berasal dari sebuah yayasan yang aktif di bidang
dakwah kepemudaan di Provinsi Jambi yakni Forum Peduli Remaja Jambi. Beberapa
bulan lalu (Mei 2011), alhamdulillah kita telah mendirikan perwakilan FPRJ di
Tebing Tinggi. Kedatangan kami ke sini adalah mengajak Ust. Farhan bergabung,
mari kita bergerak bersama. Sebagian besar kami adalah karyawan perusahaan,
latar belakang ilmu agama sangat sedikit, besar harapan kami jika Ust. Farhan
bersedia membantu dan mendukung FPRJ. InsyaAllah dalam waktu dekat kita akan
mengadakan kegiatan pesantren Ramadhan di sekolah ini dan sekolah itu (SMA dan
SMP YPMM Tebing Tinggi).
Pertemuan kami
itu ternyata tidak sia-sia, alhamdulillah, Ust. Farhan bersedia untuk berjuang bersama,
Allahu Akbar!
Ust. Farhan bersama seluruh peserta pesantren putra SMA YPMM Tebing Tinggi |
Komitmen Ust. Farhan untuk berdakwah
bersama FPRJ terbukti. Beliau hadir sebagai pembicara di dalam agenda Pesantren
Taqwa (PESTA) Ramadhan FPRJ Tebing Tinggi. Dengan gaya kalemnya, ia mengajak para
remaja peserta pesantren untuk menjadikan Rasulullah SAW sebagai teladan. Tidak
lupa, secara khusus, Ust. Farhan menghimbau para muslimah untuk mengenakan
pakaian taqwa kemana saja bepergian atau keluar rumah. Di dalam acara itu, Ust.
Farhan juga memimpin satu kelompok bina baca Al-Qur’an di pelataran masjid,
tempat kegiatan pesantren berlangsung. Saya melihat semangat yang tinggi
terpancar dari wajah pemuda yang satu ini. Sembari berdoa dalam hati, “Ya Allah
jadikanlah kami bersaudara di dalam barisan dakwah di jalan-Mu, amin”.
Ust. Farhan bersama adik-adik peserta bina baca Al Qur'an |
Selain mengisi pesantren Ramadhan FPRJ,
Ust. Farhan juga pernah menemani saya berbuka
puasa dengan adik-adik mentoring dari SMA YPIU Tebing Tinggi. Saya
meminta beliau menjadi pembicara lagi di dalam agenda ifthar (buka puasa)
tersebut. Alhamdulillah, saya semakin akrab dengan beliau. Bahkan saya juga sudah
berencana dan mengutarakan pada beliau bahwa insyaAllah ba’da Ramadhan ini akan
‘privat’ dengan Ust. Farhan untuk belajar bahasa Arab. Maklum saja, bahasa Arab
saya baru sekadar ‘ngucapin “afwan wa syukran”, “ana dan antum”, hehe. Meski
demikian, saya juga tetap bersyukur bisa mengucapkan kalimat berbahasa Arab (Al
Qur’an-red) sedikit lebih fasih dari pada tidak sama sekali, ya, dari pada
tidak sama sekali.
Ust. Farhan sedang menyampaikan taushiyah saat ifthar jama'i |
Hari terus berganti hingga suatu waktu
seusai Ramadhan, saya memutuskan untuk melanjutkan kuliah ke jenjang magister.
Sebelumnya saya berniat untuk melanjutkan ke ITB (Bandung) pada pertengahan
tahun 2012, dengan catatan bahwa saya harus mengundurkan diri dari pekerjaan sebagai
karyawan perusahaan Sinar Mas pada bulan Mei 2012. Namun ternyata kehendak
untuk segera kuliah tidak terbendung lagi, apalagi setelah melihat akh Taufiq
yang sanggup mengabaikan waktu istirahat di akhir pekannya karena harus mengejar
perkuliahan Sabtu Ahad di Palembang (Universitas Tridinanti). Kalau ke
Palembang saja bisa, mengapa ke Jambi tidak? Sehingga saya mengambil keputusan
bahwa “Saya kuliah dI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS JAMBI”, artinya saya
tidak jadi mengundurkan diri dari perusahaan, artinya lagi bahwa saya tetap
menjadi penghuni rimba akasia. Melanjutkan perjuangan sebagai aktivis dakwah
industri dan aktivis dakwah thulabiyah (kepemudaan).
Kesibukan kuliah dan mungkin bisa
disebut sebagai kelelahan, ini membuat kehidupan saya sedikit melalaikan banyak
silaturrahim, termasuk dengan Ust. Farhan. Saya sudah jarang menyempatkan waktu
untuk berdiskusi dengan beliau, bahkan ketika bertemu di masjid pun (mungkin)
lebih sering “say assalamu’alaikum” saja dan berjabat tangan seperlunya. Tidak
ada diskusi panjang, tidak ada saling bertanya kabar secara serius, tidak ada
juga agenda privat yang saya rencanakan sebelumnya. Pokoknya, saya sibuk,
sibuk, sibuk, dan sibuk. Saya baru hari ini tersadar, sepertinya saat itu Ust.
Farhan bertanya dalam hatinya: “ada apa dengan bang Jul?”.
Bersambung…
(jika ada informasi yang tidak benar tepat atau kurang tepat terkait almarhum, mohon memberitahukan penulis segera, kontak via komentar atau email langsung ke julhasratman@yahoo.co.uk)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar