Catatan Nasihat: Bekal Bagi Para Calon Suami
Kalau ini adalah pendapatku dan
salah, maka jangan lanjutkan membacanya. Kalau ini adalah firman Allah dan sabda Nabi, maka
ikutilah.
"Tiga golongan yang Allah
tidak akan melihat mereka di hari kiamat ialah pendurhaka kepada orangtuanya, perempuan
yang menyerupai laki-laki, dan laki-laki yang dayus." (Hadis riwayat
Ahmad). Rasulullah ditanya tentang apakah arti dayus lalu dijawab
oleh baginda beliau : “yaitu seseorang
yang tidak peduli dengan siapakah ahlinya (keluarganya: isteri dan anak-anaknya) berjumpa/bersama.” (
Hadis Riwayat At-Tibrani).
Ah, itu berlebihan. Demikian
mereka menjawab ketika ditanya kepada perempuan-perempuan itu apakah suamimu seorang
pencemburu? Ah, itu berlebihan. Padahal cemburu itu adalah sifat mulia bagi
seorang suami, jika ia mengetahuinya. Seorang laki-laki yang mengerti syariat
akan menanamkan rasa cemburu di dalam hatinya ketika melihat isterinya bersama
laki-laki lain, apapun jenis kesempatan kebersamaan itu, termasuk di tempat
bekerja. Suami yang tidak pernah peduli dengan siapa isterinya bertemu dengan
orang selama satu hari ketika mereka pulang dari tempat kerja, itulah tipe-tipe
lelaki dayus. Waspadalah! Ketika suami tidak lagi peduli dengan isteri, itu
pertanda bahaya. Bahaya akan ancaman Allah di akhirat.
Kawan, ganasnya dinamika hidup di
zaman ini, perang pemikiran yang dilancarkan oleh musuh-musuh Islam membuat
kita semua anti dengan kata “cemburu”. Padahal cemburu itu diatur ketat di
dalam Islam, wajib bagi seorang suami untuk memperhatikan isterinya setiap
waktu, dengan siapa saja ia bertemu. Cemburu jangan diartikan sebagai buruk
sangka namun lebih bermakna
positif yakni kewaspadaan dan wujud kepedulian serta pemeliharaan agar keluarga kita tidak
terjerumus ke dalam perbuatan yang tidak dibolehkan dalam agama. Bukankah Allah
berfirman: “Peliharalah dirimu dan ahlimu (keluargamu) dari api neraka!”.
Kawan, bobroknya akhlaq perempuan
di zaman ini tidak lagi membuat seorang isteri malu untuk saling berboncengan
dengan yang bukan mahram, atau seorang isteri semobil berdua dengan lelaki yang
tak terpaut hubungan darah sama sekali dengannya, baik sepengetahuan atau
tanpa sepengetahuan suaminya. Mungkin suatu kesempatan yang dianggap ‘hanya lucu’ dan biasa saja, seorang isteri duduk
sebangku dengan orang lain yang bukan mahramnya tidak lagi menjadi suatu hal
yang aneh, itu dianggap lazim, lumrah. Isteri tadi berpikir, ah, tidak mungkin
suamiku cemburu padahal kami tidak “ngapai-ngapain” di atas motor, kami tidak “melakukan
apapun” di atas mobil, toh duduk sebangku juga karena solidaritas rekan
sekantor. Kalau suamiku cemburu, itu berlebihan. Ya, itu berlebihan, ujarnya. Ketika dinasihati malah orang yang
dinasihati disebut sebagai orang yang berpikiran kotor. Nah!
Allah memerintahkan kita agar “ketika engkau
memiliki keperluan dengan mereka (berinteraksi dengan perempuan) maka mintalah
keperluan itu dari balik hijab”. Hijab adalah suatu yang menghalangi baik fisik maupun non fisik, tidak
boleh diambil pengertian salah satunya saja, misalnya penghalang fisik saja
atau penghalang non fisik saja. Bagaimana ada hijab fisik kalau duduk sebangku,
duduk sekursi? Bagaimana ada hijab fisik jika berboncengan? Bagaimana ada hijab
fisik jika berada satu mobil? Bagaimana logikanya? Ingat, sebagian besar
penyebab terbukannya hijab non fisik lantaran hijab fisik yang dibuka terlebih
dahulu.
Nabi pun berpesan, diharamkan
bagi seorang lelaki muslim
untuk bersentuhan
dengan seorang perempuan yang bukan mahram. Ada ancaman yang sering disepelekan hari ini “Ditusuknya kepala
seseorang dengan pasak dari besi, sungguh
lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang bukan mahramnya.” Demikianlah nasihat dari saya
melalui tulisan singkat ini, mudah-mudahan diri pribadi komitmen menerapkan
syariat di dalam kehidupan pribadi saya sendiri. Bagi sahabat pembaca yang
yakin dengan perkataan Allah dan Rasulullah SAW, marilah mengambil manfaat dari
tulisan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar