SELAMAT DATANG DI SITUS BLOG HADZIHI SABILI - JEHADEMUSA

Minggu, 20 Januari 2013

Pemanfaatan TIK dalam Dakwah Islam


Terkadang bila canda berlebih, suatu yang tak terkira sebagai peluka, mohon maaf lahir batin, sungguh tak sengaja bila itu salah dan khilaf

Kalimat di atas saya tulis di dalam akun Twitter dan status Facebook beberapa bulan silam. Beberapa menit setelah saya publish, seseorang berkomentar pada status Facebook saya bahwa salah seorang temannya (yang saya tidak kenal dan juga berteman dengan orang tersebut di Facebook) juga menulis kalimat yang persis seperti itu di dalam statusnya. Sehingga karena melihat kesamaan itu, komentator facebook saya berasumsi bahwa itu semacam pesan berantai yang diteruskan dari orang ke orang, tidak jelas dari mana asalnya.

Membaca komentar di atas, saya langsung menanggapi bahwa itu adalah murni saya tulis sendiri, bukan kopi pasta. Mungkin secara kebetulan kami seide atau mungkin ada penyebab lain yang membuat tulisan itu sama. Di dalam hati saya menduga, seorang follower saya memindahkan ‘kalimat’ tersebut ke dalam bentuk SMS dan mengirimkannya ke beberapa orang, lalu seseorang menuliskan kembali isi SMS itu ke dalam status Facebooknya. Ah, lupakan tentang cerita panjang dan berbelit tersebut. Mari kita lanjutkan ke persoalan yang lebih serius.

Pemanfaatan TIK atau Teknologi Informasi dan Komunikasi, bukan lagi hal yang baru di dalam kehidupan kita saat ini. Bahkan mungkin dalam waktu dekat, (maaf) untuk “beol” pun kita akan segera menggunakan TIK, hehe (kebayang nggak ya?). Ya, itu adalah dramatisasi betapa TIK sudah memasuki segala aspek di dalam kehidupan manusia dewasa ini. TIK bukan lagi barang yang mahal, semua sudah mampu memilikinya sesuai dengan dana yang tersedia dan spesifikasi yang sesuai dengan kebutuhan manusia. Tidak hanya kalangan menengah ke atas yang menggunakan TIK tetapi kalangan menengah ke bawah sudah menggunakannya, bahkan mungkin lebih ‘lebay’ dari pada golongan menengah ke atas. Yang saya maksud dengan lebay adalah sesuatu yang berlebihan dan seperti menggilai sesuatu itu. Lihat saja orang-orang yang baru pertama punya hape, atau orang-orang yang baru pertama punya akun Facebook, perhatikan ke-lebay-an mereka.

TIK secara sederhana dipahami sebagai teknologi yang mempersingkat waktu dan jarak dalam upaya memindahkan informasi atau sekumpulan data atau dalam upaya memproses informasi atau data tersebut. Singkatnya waktu dan jarak adalah salah satu keunggulan TIK. Inilah yang seharusnya menjadi poin penting yang harus dimaknai oleh para juru dakwah dimana pun mereka berada. Dakwah adalah ajakan yang sangat penting untuk disampaikan, bila ingin menyingkat waktu dan jarak, agar efisien maka gunakanlah TIK. Seperti kisah yang saya tuturkan di atas adalah salah satu bukti bahwa TIK dapat membuat pesan cepat menyebar dalam hitungan detik. Kita tentunya ingin agar kalimat dakwah cepat sampai kepada para objek dakwah. Kebutuhan kita akan efisiensi penyampaian dakwah itu dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan TIK sebaik-baiknya.

Proses distribusi pesan kebaikan dan kebenaran di zaman ini agaknya kalah cepat dengan distribusi pesan kebatilan. Mengapa? Karena para dedengkot kebatilan telah selangkah lebih maju dari para juru dakwah. Orang-orang kafir dan fasiq memanfaatkan TIK untuk mempercepat kehancuran umat. Bila para juru dakwah tidak ikut berlomba di dunia maya, salah satu bentuk aplikasi TIK, maka jangan harap kemenangan akan mudah diraih. Bukankah Allah telah menjanjikan ‘Sulthan’ sebagai sebuah kekuatan menguasai. Jika TIK adalah Sultan maka pergunakanlah ia. Jangan sampai kita ditertawai oleh kebatilan lantaran mengharamkan TIK yang dalilnya dicari-cari tanpa dasar yang kuat dan jelas.

Tidak ada komentar:

8 Tulisan Populer Pekan Ini